Cari Artikel di Blog Ini

Senin, 27 Juni 2016

Malaysia Berencana Beli Rafale atau Typhoon, Bagaimana Sikap Indonesia?

Kawan dari Malaysia dalam ajang Trade Media Briefing 2016 yang diselenggarakan oleh Airbus Defence and Space di Munich, Jerman 20-21 Juni 2016 bercerita bahwa Pemerintah Malaysia saat ini tengah mempertimbangkan untuk membeli jet tempur multiperan modern Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon. Mengapa dua penempur ini yang disorot? Banyak hal, tiga di antaranya jadi faktor pemicu. Baik Rafale atau Typhoon keduanya sudah combat proven, keduanya bermesin ganda, dan pihak pabrikan masing-masing menawarkan skema kerja sama termasuk dalam hal perawatan pesawat.

Malaysia Berencana Beli Rafale atau Typhoon, Bagaimana Sikap Indonesia?

Malaysia yang sudah memiliki Sukhoi Su-30MKM sebanyak 18 unit lengkap dengan persenjataannya, apakah tidak ingin membeli Su-35 atau penempur lainnya? “Bisa saja, tapi saat ini arah yang paling kuat adalah kepada Rafale atau Typhoon,” ujarnya. Meski demikian, ia tidak dapat menjamin 100% karena politik di Malaysia sangat berperan besar dalam memilih salah satu alutsista yang akan dibeli. Ramai dibicarakan A, bisa jadi pemerintah tiba-tiba membeli B. “Itulah gambaran di Malaysia,” tambahnya.


Dampak bagi Indonesia

Menarik untuk ditelaah, lalu apa dampak paling signifikan bagi Indonesia bila Malaysia membeli salah satu dari dua jet tempur andalan juntuk menggantikan peran MiG-29 mereka itu? Perimbangan kekuatan di kawasan regional jelas akan makin terasa tentunya. Menghadirkan Rafale atau Typhoon di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, maka sama dengan menghadirkan pisau baru ke kawasan ini.

Singapura mengandalkan F-15SG dan F-16C/D yang sedang di-upgrade lagi radarnya ke AESA. Indonesia mengandalkan Su-27/30, F-16A/B, dan F-16C/D, Thailand mengandalkan F-16A/B dan Gripen C/D, Vietnam mengandalkan Su-27/30, Malaysia mengandalkan Su-30MKM dan F/A-18D, sementara Australia mengandalkan F/A-18A/B, F/A-18E/F, EA-18G, dan F-35. Perlu diingat, negara-negara lain tidak hanya telah melengkapi kekuatannya dengan pesawat tempur saja, tapi juga dengan pesawat misi khusus(AEW&C) yang akan memandu pesawat tempur di medan pertempuran.




Dari sisi persenjataan, pesawat-pesawat yang disebut hampir semua dapat membawa rudal-rudal mutakhir. Catatan untuk Rafale maupun Typhoon, kedua pesawat sudah disiapkan mampu membawa rudal-rudal mutakhir andalan Eropa produksi MBDA seperti ASRAAM, MICA, Meteor, Brimstone/ SCALP EG, dan lainnya. Perlu diingat juga, negara lain membeli pesawat tempur biasanya satu paket langsung lengkap dengan persenjataan dan suku cadangnya untuk beberapa tahun ke depan. Tidak “ngeteng” dan membiarkan penempurnya menjadi macan ompong terlebih dahulu selama bertahun-tahun.

Kehadiran jet-jet tempur modern di kawasan yang saling berdekatan, jelas akan membawa pengaruh signifikan. Intersepsi antarpesawat akan sangat sering terjadi dengan berbagai alasan terutama menjaga dan mengamankan kedaulatan udara masing-masing. Diplomasi dari sisi kekuatan senjata akan meningkat tajam dengan hadirnya penempur-penempur modern. Pesan yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana, bahwa (negara) saya punya, saya siap damai, dan siap berperang. (Angkasa)

12 komentar:

  1. Kalau memang benar adanya maka ini akan menjadi pemicu perlombaan persenjataan mutakhir dikawasan SEA. Secara politis akan memacu untuk lebih intens lagi dalam butgeting pertahanan Indonesia. Sehingga targeting anggaran pertahanan sebasar 1.5% dari PDB lebih cepat terealisasi.
    Dan yang lebih utama adalah mempercepat kemandirian dalam industri militer dalam negeri serta penguasaan teknologi modern masa kini.
    Semoga saja. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Saya rasa tidak sedemikian juga...perlu kita ingat dari pihak tudm ataupun TNI AU..dalam pembelian pesawat tempur merwka sama2 membeli pesawat karna mereka perlu mengganti perangkat perang mereka dari yg sudah tua dan di anggap sudah tidak relefen lagi.itu artinya hanya pergantian...bukan penambahan...dan pembelianya pun tidak lebih dari 24 yunit.itupun saya rasa sudah maksimum bagi pembelian perangkat sekelas negara malaysia dan indonesia...hanya dari pihak medianya saja yg seolah2 membesar2kan berita.dan bila kita melihat secara detail...sebenarnya peremajaan perangkat perang kedua negara sebenarnya tidak saling di tujukan kepada malaysia ataupun indonesia...tapi kedua negara merasa was2 atas pecahnya konflik di LCS..dan semakin agresifnya pergerakan cina di LCS..

    BalasHapus
  3. Saya rasa tidak sedemikian juga...perlu kita ingat dari pihak tudm ataupun TNI AU..dalam pembelian pesawat tempur merwka sama2 membeli pesawat karna mereka perlu mengganti perangkat perang mereka dari yg sudah tua dan di anggap sudah tidak relefen lagi.itu artinya hanya pergantian...bukan penambahan...dan pembelianya pun tidak lebih dari 24 yunit.itupun saya rasa sudah maksimum bagi pembelian perangkat sekelas negara malaysia dan indonesia...hanya dari pihak medianya saja yg seolah2 membesar2kan berita.dan bila kita melihat secara detail...sebenarnya peremajaan perangkat perang kedua negara sebenarnya tidak saling di tujukan kepada malaysia ataupun indonesia...tapi kedua negara merasa was2 atas pecahnya konflik di LCS..dan semakin agresifnya pergerakan cina di LCS..

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. perbanyak saja gripen. jgn rafale dan typhon. jumlah ideal gripen cocok utk patroli mencover, iriit biaya. kl melwan rafale, tyhon. ya jagonya hebat SU-35 sifat mengintecept.. kl coba2 menggunakan rafale,typhon. biaya lbh boros..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak seperti yg anda bayangkan...pembekian jet tempur gripen oleh TNI AU tidak akan pernah bisa untuk lebih meminimkan anggaran tni yg perlu di keluarkan.karena dengan bertambahnya jenis pesawat tempur yg berbeda di tubuh TNI AU...maka akan semakin boros juga dalam pengeluaran anggaran dalam hal perawatan dan maintend nya...saya lebih setuju sama para petinggi tni...bila mana TNI AU tidak akan menambah jenis pesawat yg berbeda...tapi hanya melengkapi dengan jenis yg sudah ada...berarti kita lebih fokus pada keluarga T 50..F16
      .DAN KELUARGA SUKOI...itu saya rasa lebih mempermudah dalam jangka panjangnya.

      Hapus
    2. Tidak seperti yg anda bayangkan...pembekian jet tempur gripen oleh TNI AU tidak akan pernah bisa untuk lebih meminimkan anggaran tni yg perlu di keluarkan.karena dengan bertambahnya jenis pesawat tempur yg berbeda di tubuh TNI AU...maka akan semakin boros juga dalam pengeluaran anggaran dalam hal perawatan dan maintend nya...saya lebih setuju sama para petinggi tni...bila mana TNI AU tidak akan menambah jenis pesawat yg berbeda...tapi hanya melengkapi dengan jenis yg sudah ada...berarti kita lebih fokus pada keluarga T 50..F16
      .DAN KELUARGA SUKOI...itu saya rasa lebih mempermudah dalam jangka panjangnya.

      Hapus
  7. pasti nya tni au 2019 sudah memiliki pesawat tempur buatan dalam negri hasil anak anak bangsa indonesia yang sekolah di korea di bidang jet tempur , kfx atau ifx

    BalasHapus
  8. Jika tidak ada eropa timur maka tidak akan ada nkri...silahkan telaah selanjutnya...

    BalasHapus
  9. Beli semua dehhh berapa sihhh 250 juta penduduk indonesia siap membayar 20 persen gaji mereka perbulan untuk beli alutsista hidup nasionalisme

    BalasHapus
  10. Beli semua dehhh berapa sihhh 250 juta penduduk indonesia siap membayar 20 persen gaji mereka perbulan untuk beli alutsista hidup nasionalisme

    BalasHapus

Lazada Indonesia

Berita Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters