Jumat, 07 Oktober 2016

Manuver Besar-besaran Militer Indonesia di Natuna Dipantau China


Manuver militer besar-besaran yang digelar Indonesia di Natuna kawasan Laut China Selatan tak hanya jadi tontonan warga Indonesia, tapi juga dipantau Pemerintah China. Demikian pendapat pakar Asia Tenggara di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Ian Storey, Kamis (6/10/2016).

Manuver Besar-besaran Militer Indonesia di Natuna Dipantau China

Sekitar 73 pesawat tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI) ambil bagian dalam latihan perang besar-besaran di Natuna, termasuk bermanuver menjatuhkan bom pada target di lepas pantai. Manuver akbar ini disaksikan langsung Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, serta Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi.

“Latihan ini memiliki satu tujuan dan dua penonton,” kata Ian Storey. ”Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa angkatan bersenjata Indonesia siap untuk membela sumber daya alam negaranya di sekitar Natuna. Dua penonton adalah orang-orang Indonesia dan Pemerintah China,” katanya lagi.


Unjuk Kekuatan di Natuna TNI Siap Pertahankan Keutuhan NKRI


Militer Indonesia unjuk kekuatan, di mana sekitar 73 pesawat tempurnya melakukan manuver besar-besaran di Natuna, kawasan Laut China Selatan pada hari Kamis (6/10/2016). Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan “payung”.

Unjuk Kekuatan di Natuna TNI Siap Pertahankan Keutuhan NKRI

”Presiden memiliki kebijakan bahwa semua pulau-pulau terluar yang strategis akan diperkuat, baik itu udara, laut atau darat,” kata Jenderal Gatot Nurmantyo, kepada wartawan. ”Negara kita perlu memiliki ‘payung’. Dari sudut ke sudut, kita harus menjaganya,” katanya lagi.

Unjuk kekuatan militer Indonesia di kawasan Laut China Selatan ini berlangsung di tengah kondisi ketidakpastian di kawasan, di mana Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte memberi isyarat menjaga jarak dengan Amerika Serikat (AS). Filipina justru mencoba dekat dengan China dan Rusia yang selama ini jadi rival utama AS.


Pemerintah siapkan Rp 200 M buat pembangunan pelabuhan di Natuna


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan kunjungan kerja ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/10). Di sela-sela kunjungan kerja, Susi Pudjiastuti meninjau lokasi pembangunan Kompi Komposit Marinir di Desa Setengar, Natuna.

Pemerintah siapkan Rp 200 M buat pembangunan pelabuhan di Natuna

Peninjauan ini dilakukannya setelah mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan langsung latihan puncak TNI Angkatan Udara (AU) Angkasa Yudha 2016 di Bandara Udara Ranai, Natuna.

Susi, sapaan akrab Susi Pudjiastuti yang ditemui saat peninjauan lokasi pembangunan Kompi Komposit Marinir, mengaku telah mengalokasikan dana sebesar Rp 200 miliar untuk pembangunan pelabuhan dan dermaga serta 94 kapal ikan. Pembangunan pelabuhan dan dermaga kini tengah dikerjakan di Tanjung Sekal, Natuna.

Parlemen : Harus Profesional!, TNI Aktif Tidak Boleh Terjun di Dunia Politik


Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membuka kemungkinan prajurit TNI ikut berpolitik dalam waktu 10 tahun ke depan. Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari tidak sepakat. Menurutnya TNI tetap harus profesional.

"Lebih baik itu tentara jadi tentara profesional saja agar menjaga kedaulatan negara ini menjadi lebih baik, Saya rasa tidak perlu dan tidak boleh berpolitik praktis, harus profesional," kata Kharis saat berbincang dengan detikcom melalui sambungan telepon, Kamis (6/10/2016) malam.


Parlemen : Harus Profesional!, TNI Aktif Tidak Boleh Terjun di Dunia Politik

Kharis menambahkan, para prajurit TNI harus bersikap netral dalam setiap pertarungan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Jika memang di antara mereka ada yang mau berpolitik praktis, maka yang bersangkutan harus mundur dari institusi TNI.

"Nanti kalau mereka berpolitik siapa yang mengamankan negara? Kalaupun ada yang beredar ini tentara boleh menjadi calon kepala daerah tetap harus mundur, ini sesuai semangat reformasi," ungkapnya.


Kamis, 06 Oktober 2016

Puluhan Pesawat Tempur TNI Akan Bombardir Pulau Natuna


Sebanyak 73 pesawat dikerahkan dalam latihan tempur di Kepulauan Natuna. Latihan tempur terbesar Ankasa Yudha 2016 itu mengerahkan berbagai jenis pesawat, mulai dari pesawat tempur, intai, angkut, dan helikopter dari berbagai jenis.

Puluhan Pesawat Tempur TNI Akan Bombardir Pulau Natuna

Beberapa di antaranya, pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, SU 27/30 Sukhoi, pesawat tanpa awak (drone), Hawk-100/200, Golden Eagle T-50i. EMB-314 Super Tucano, helikopter SA-330 Puma, NAS-332, pesawat terbang tanpa awak (PTTA), C-295, C-130 Hercules, C-212, maupun pesawat Boeing VIP/VVIP juga dilibatkan dalam latihan tempur tersebut.

"Iya (latihan) yang terbesar dari yang sebelum-sebelumnya," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya, Kamis (6/10/2016).


Semangat Kebersamaan TNI-Rakyat Dalam HUT TNI Ke 71


SETIAP 5 Oktober kita memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI). Kita semua tentu mengucapkan selamat sambari berharap TNI semakin kuat menjaga kedaulatan republik. Kekuatan TNI tidak hanya bertumpu pada gelaran senjata (alutsista) yang dimiliki, tetapi juga pada  kemampuan TNI mendefinisikan ancaman secara tepat dan meresponsnya secara tepat.

Semangat Kebersamaan TNI-Rakyat Dalam HUT TNI Ke 71

Tidak kalah penting bagaimana TNI mampu mengagregasikan potensi kekuatan rakyat sebagai kekuatan utama negara. Maka, sangat tepat motto HUT yang digagas TNI sejak beberapa tahun terakhir yang mengafirmasi kebersamaan TNI dengan rakyat merupakan faktor utama yang menjadikan TNI kuat, hebat, dan profesional. Hal ini ditegaskan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam amanatnya pada HUT TNI di Mabes TNI Cilangkap, Rabu  5 Oktober 2016 yang mengatakan agar TNI selalu terus hidup berdampingan bersama rakyat karena hal ini merupakan ciri dari TNI yang tidak boleh pudar. Bersama rakyat TNI kuat.

Jika kita baca sejarah lahirnya, TNI memang tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Jauh sebelum Indonesia merdeka, cikal bakal TNI adalah laskar-laskar rakyat yang mempersenjatai diri dengan senjata seadanya untuk melawan penjajah dengan persenjataan yang modern di masanya. Maka, raison de etre  TNI ya  rakyat itu sendiri sehingga sangat tepat jargon yang sering kita baca dan dengar: bersama rakyat TNI kuat.