Jumat, 22 Maret 2013

CN-235 Pesawat Pertahanan Favorit Produksi Nasional


Pesawat CN235 produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) termasuk jenis pesawat favorit untuk pertahanan karena berkemampuan mendarat dan lepas landas di landasan pendek dilengkapi pintu belakang (ramp door).

CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. Penjaga Pantai Amerika Serikat juga memakai jenis dan tipe yang persis sama walau buatan CASA Spanyol dan diberi kodifikasi H-144. (2003.reports.eads.net)

"Banyak peserta acara Asia-Pacific Security and Defense Expo (APSDEX) dari negara-negara Asia-Pasifik bertanya pada kami tentang CN235," kata Rachmat Eko, staf senior Marketing Aircraft Integration PT DI , kepada wartawan di lokasi pameran APSDEX, Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu.

APSDEX yang berlangsung sampai Rabu diselenggarakan sebagai bagian dari program dua tahunan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) dibuka Presiden Susilo Yudhoyono, Selasa (20/3). Acara ini dihadiri pejabat militer dan sipil dari 33 negara dan berbagai utusan bisnis swasta.


Eko menambahkan pelanggan PT DI adalah negara-negara tetangga yang berminat dengan jenis pesawat ini, dalam waktu dekat ini setelah pengiriman pesawat CN-235 TNI AL selesai, kemungkinan besar Angkatan Udara Filipina akan memesan pesawat CN-235.

"Tahun lalu kami menuntaskan pengiriman empat CN-235 versi patroli maritim ke Korea Coast Guard," katanya.

Dalam acara APSDEX ini bererapa peserta dari negara Asia Pasifik mengunjungi stand PTDI sangat antusias dengan produk-produk PTDI, hal ini akan menjadi prospek yang baik untuk pemasaran produk PTDI ke negara-negara Asia Pasifik di masa yang akan datang.

PTDI memproyeksikan untuk sepuluh tahun ke depan, dunia akan membutuhkan 355 pesawat sekelas CN235 sehingga untuk jenis pesawat ini pangsa pasarnya masih cukup menjanjikan, kata Ghozaly Eko.

Berdasarkan proyeksi tersebut, CN-235 diperkirakan akan punya potensi pasar sejumlah 56 untuk segmen sipil dan 33 militer, sehingga total 89 unit pesawat dalam kurun waktu 2012-2016.

CN235 dirancang pertama kali sebagai produksi kerja sama PTDI (dulu IPTN) dengan CASA dari Spanyol, yang kini sudah berganti nama menjadi Airbus Military.  (Antara)

2 komentar:

  1. Apakah didikan militer kita sdh bukan inlander, kita lihat saja produk2 dalam negeri alutsistanya apakah dipakai atau malah ditelantarkan dan disitu didikan inlander masih kuat merasuk ke jiwa. Slamat yg bukan jiwa Inlander....NKRI Jaya.

    BalasHapus
  2. CN 235 Versi Militer
    Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama “nyaho” kehebatan insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah.

    Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba.

    BalasHapus