Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Kamis, 12 Juni 2014
RI Tidak Bisa Borong Alutsista, Rusia Enggan Transfer Teknologi
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia meminta Rusia untuk melakukan transfer teknologi atas alutsista yang dibeli. Jika masih tidak bisa dilakukan, RI mengancam akan membeli dari negara lain.
"Justru itu, yang selalu kami minta ke Rusia. Kami mengatakan kepada mereka, apabila tidak bisa transfer of technology (TOT), maka kami akan berpaling ke tempat lain," ujar Purnomo yang ditemui semalam di Hari Nasional Rusia di Jakarta.
Dia menjelaskan, selain dari Rusia, RI juga mendapatkan tawaran alutsista dari Ukraina dan negara blok timur lainnya. "Dan teknologi yang mereka miliki termasuk bagus," kata Purnomo.
Ditanya alasan Rusia masih belum mau TOT, Purnomo mengatakan pembelian yang dilakukan harus dalam jumlah besar. Sementara sistem anggaran yang diterapkan oleh RI tidak memungkinkan untuk memborong dalam jumlah banyak.
"Contohnya seperti India yang kemarin memborong 80 pesawat tempur Sukhoi. Nah, kita tidak bisa seperti itu. Apabila semua anggaran hanya dialokasikan untuk membeli alutsista militer bisa repot," ujar Purnomo.
Hal ini dibantah oleh Duta Besar Republik Federasi Rusia, Mikhail Y. Galuzin. Dia mengatakan masalah ini masih terus dinegosiasikan. "Dari sisi politik, saya melihat tidak ada masalah untuk itu," ujar Galuzin.
Terus Berjalan
Kendati demikian, Purnomo menyebut kerjasama di bidang pertahanan dengan Rusia terus berjalan.
Terakhir, TNI Angkatan Laut kembali menerima 37 unit kendaraan tempur amfibi tank BMP-3F buatan Rusia pada akhir Januari. Alutsista tersebut diserahkan secara resmi di Jawa Timur.
Dengan adanya 37 tank tersebut, maka kian memperkuat alutsista serupa yang sudah dibeli tahun 2010 silam. Saat itu TNI AL menerima sebanyak 17 unit, sehingga total kini telah terdapat 54 unit tank BMP-3F.
Menurut situs resmi TNI, pengadaan 37 unit kendaraan tempur amfibi untuk AL tersebut memakan dana senilai lebih dari US$100 juta atau Rp1,1 triliun. (VivaNews)
Hmm.. Beli dikit kok minta lebih?
BalasHapusSemoga ada jalan keluarnya...
BalasHapusMimpi lah dapet ToT dr Rusia. Memang Rusia terkenal lebih pelit ToT drpd AS, Eropa dan Cina.
BalasHapusIndia aja yg beli banyak dikasih ToT yg standar, yg canggih2 ga dikasih Rusia. Sampai India kesal, mulai dr proyek Sukhoi, Bom Anti Tank, dll Uda cerita lama, makanya India mulai berpaling ke AS untuk persenjataan lapis 2 nya, seperti C-130 Hercules, AH-64 Apache, pesawat intai P-8 Poseidon dan Howitzer M-777. AS bahkan bersedia memberi India offset dan ToT.
Kalau mau berharap ToT itu dr Cina, krn mrk lebih terbuka (butuh kawan), tapi ya sayangnya teknologinya blm sebaik Rusia bahkan AS/Barat.
karena belum percaya juga..liat aja ketika Soekarno jatuh..pespur MiG 21 cs ditukar pesawat AS T-33, UH-34Ddan kemudian, F-5 and OV-10...takut teknologinya dicuri Barat..
HapusHaha iya bung leon, saking bencinya orde baru sama komunis, itu Mig-21/17/19 kita ditukar dengan CAC Sabre/F-86 Ausie trus Mig-21/17/19 diangkut pake C-141 starlifter ke AS dan dijadikan pesawat di Aggressor Squadron. Teknologi Mig-21/17/19 dikuras habis sm AS.
Hapus