Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penjaga keamanan laut dan yurisdiksi Indonesia, Badan Keamanan Laut (Bakamla) terus meningkatkan kualitas dengan mengikuti training yang diselenggarakan Makarov Training Centre (MTC), 15-27 Desember 2014 di Moskwa.
TRAINING – Kantor Makarov Training Centre Moskwa Rusia. Bakamla terus meningkatkan kualitas personil | Foto: Wikimapia |
Empat personel Bakamla beserta dua personel dari KKP, dua personel dari TNI AL, satu personel dari Bea dan Cukai, dan satu personel dari Lembaga Sandi Negara mengikuti pelatihan mengenai pengoperasian sistem keselamatan di kapal serta penanganan musibah dalam kapal.
Sistem yang digunakan dalam pelatihan adalah Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS). Selain GMDSS, peserta training juga mengikuti Training dan Advance Fire Fighting (AFF). Pelatihan bertujuan meningkatkan kemampuan personel Bakamla dalam pemantauan dan pengawasan kapal, terutama pengembangan sistem peringatan dini yang sudah ada di Bakamla.
Selain pelatihan tersebut, Bakorkamla yang kini sudah bertransformasi menjadi Bakamla, sebelumnya telah mengikuti pelatihan pembacaan anomali pada AISSAT Bakorkamla. Hal ini dilakukan guna pengelolaan data maritim menjadi informasi bersifat Early Warning System (EWS). Dengan demikian, dapat membantu Bakamla dalam pengumpulan data intelijen guna mengenali pelanggaran hukum di yurisdiksi Indonesia dan mempermudah gerak operasi yang tepat sasaran.
Tidak hanya pelatihan teknis, pelatihan non-teknis sebagai dasar penegakan hukum di laut juga didapatkan Bakamla. Pelatihan berupa pemaparan materi mengenai sejarah hukum laut internasional dari awal perkembangannya hingga sekarang, kekuasaan Laut, terbentuknya negara kepulauan, UNCLOS 1958 dan 1982, hingga lintas batas dan pemanfaatan laut secara pertahanan dan keamanan.
Selain itu, pembahasan mengenai proses penegakan hukum tindak pidana di laut, seperti pembajakan, perompakan, penyelundupan narkotika, illegal fishing, perusakan lingkungan, pencurian benda cagar budaya, keimigrasian, dan beberapa kasus kejadian yang dapat menimbulkan ketidakstabilan keamanan di laut.
Bakamla terus berbenah diri menjadi Penjaga Poros Maritim Dunia. Diperlukan peningkatan kualitas, baik sumberdaya manusia maupun teknologi, mengingat wilayah laut Indonesia yang luas. Dibutuhkan personel dan alat utama keamanan laut mumpuni dalam mengemban tugas dan fungsi Bakamla. (JMOL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar