Pembangunan poros maritim dunia dengan 5 pilar pembangunan maritimnya sangat berkaitan erat dengan program Bela Negara yang dicetuskan oleh Kementerian Pertahanan. Demikian inti yang disampaikan oleh Pangkolinlamil Laksda TNI Aan Kurnia bersama Gubernur Lemhanas Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Supandji kepada para wartawan di geladak KRI BAC-593 beberapa hari lalu saat seminar Lemhanas bertajuk poros maritim dunia.
Pangkolinlamil Laksda TNI Aan Kurnia (kiri) dan Gubernur Lemhanas Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Supandji (kanan) dalam sebuah konferensi pers di gelak KRI BAC-593 |
“Pangkolinlamil dalam pemaparannya tadi sudah menyampaikan ada lima pilar penting untuk mencapai poros maritim dunia, beliau juga mengajukan rekomendasi untuk berfikir secara kesinambungan yang bukan hanya dikerjakan setahun atau dua tahun tetapi termasuk jangka panjang,” ungkap Gubernur Lemhanas.
Menurutnya, dari lima pilar pembangunan maritim mulai dari budaya maritim, infrastruktur dan konektivitas, pengelolaan sumber daya kelautan, diplomasi maritim, dan pertahanan maritim harus dirumuskan dan dilaksanakan secara kesinambungan agar mampu mendatangkan kesejahteraan buat rakyat Indonesia dan mampu memperkuat ketahanan nasional.
Ketika disinggung mengenai korelasi antara poros maritim dunia dengan program Bela Negara, keduanya pun sepakat bahwa korelasi di antaranya sangat erat. “Tadi pak Aan Kurnia sudah menjelaskan mengenai poros maritim dunia secara soft power-nya yakni 5 pilar pembangunan maritim dan hard power-nya yakni strategi keduanya telah menyinggung juga masalah bela negara dan poros maritim dunia,” kata Budi Susilo Supandji.
Selanjutnya, Gubernur Lemhanas langsung mempersilahkan Laksda TNI Aan Kurnia yang berdiri di sebelahnya untuk memberikan keterangan. Dengan gamblang lulusan AAL tahun 1987 itu mengupas korelasi antara bela negara dengan poros maritim melalui pilar budaya maritim.
“Betul sekali antara bela negara dan poros maritim sangat berkorelasi dan dalam poin pembangunan budaya maritim terdapat revolusi mental yang harus dijalankan secara berkesinambungan mulai dari pendidikan dasar,” terang Pangkolinlamil.
Lebih jauh, mantan Kadishidros itu juga mengurai bahwa poros maritim dunia harus diperkenalkan kepada seluruh lapisan agar tidak membias pemaknaannya. Sehingga, lanjutnya dari situ akan terbentuknya kebijakan politik dan hukum yang selaras dan sinergis sebagai Grand Design negara.
“Isu-isu tentang poros maritim dunia juga harus masuk ke dalam materi dan kurikulum pendidikan sehingga hal itu sudah termasuk dalam bela negara serta revolusi mental untuk membentuk karakter sebagai bangsa maritim,” tegasnya.
Bagi Pangkolinlamil, memiliki karakter maritim sudah pasti juga akan memiliki karakter bela negara dan cinta tanah air yang tinggi. Selama ini, TNI AL melalui Yayasan Hang Tuah yang memiliki tingkat pendidikan dari SD, SMP, dan SMA, di mana di dalam kurikulumnya sudah terkandung materi kemaritiman sejak usia dini.
Belum lagi dengan adanya program pembinaan Pramuka Saka Bahari yang sudah lama dilakukan oleh TNI AL sebagai bagian dari tanggung jawab moral dalam mendidik generasi. “Kita sedang merumuskan dalam penulisan makalah ini agar itu dapat dilaksanakan selam empat tahun ke depan,” tandasnya.
Di akhir pemaparannya, Pangkolinlamil menginginkan agar pemaknaan poros maritim dunia sebagai bagian dari bela negara juga memiliki satu persepsi di antara setiap instansi dan masyarakat. Hal itu dimaksudkan agar perjalanannya dapat sesuai dengan arah dan berkesinambungan serta dengan semangat gotong royong.
“Kita juga sedang mengajukan usulan agar poros maritim dunia ini dikukuhkan dalam suatu undang-undang agar memiliki payung hukumnya,” pungkasnya. (Jurnal Maritim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar