Jumat, 10 Agustus 2012

SBY - Kekuatan TNI Saat ini, Jauh di bawah standar minimum essential force (MEF)


Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sekarang ini, masih berada jauh di bawah standar minimum essential force (MEF). Terlebih, sudah lama tidak ada modernisasi terhadap alat utama sistem persenjataan di TNI. 



"Sementara itu, sekarang ini tugas TNI bukan hanya dalam rangka pertahanan, yang disebut dengan operasi militer untuk perang, tetapi juga banyak sekali melaksanakan tugas-tugas operasi militer selain perang, misalnya, penanganan bencana, tugas memelihara perdamaian, bahkan dalam pemberantasan terorisme," kata Presiden saat rakor di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (9/8).

Oleh karena itu, menurut Presiden, penting untuk bisa meningkatkan pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista. Apalagi, ekonomi kita tumbuh baik, dimana pada tahun-tahun terakhir ini, anggaran negara menguat dan sehingga ada ruang untuk porsi anggaran membangun TNI. "Lima tahun ini, 2009-2014, kita memang meningkatkan jumlah anggaran yang signifikan untuk membangun kekuatan dan melakukan modernisasi alutsista TNI, dengan arah, agenda, kualitas yang jelas dan dukungan yang diperlukan. Bukan hanya pada saat Indonesia mengalami krisis, sebelumnya pun kita tidak menambah dalam jumlah yang besar," ucap SBY.

Presiden menambahkan, sektor pertahanan merupakan sektor yang penting. Demikian juga, peran TNI juga penting. Domain utama dari kekuatan pertahanan dan TNI adalah penegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara. Sementara, sektor ini menggunakan anggaran yang cukup besar, seperti yang terjadi dibanyak negara, dimana anggaran pertahanan relatif besar. Oleh karena itu, saya meminta agar anggaran ini dikelola dengan baik," ujar Presiden. 
(Jurnas)


Kemenhan Akui Alutsista Indonesia Lemah

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengakui bahwa keberadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia masih rendah dan lemah. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berkunjung ke Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/8).

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin, menjelaskan hal tersebut terjadi, karena Indonesia sebelum tahun 2010 belum mulai membangun alutsita.  Menurut dia, baru pada rencana strategis (renstra) 2010-2014, Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mulai membangun dan memodernisasi alutsita.

"Memang masih lemah karena belum mulai membangun. Tapi sejak 2010 kita sudah mulai membangun," ungkap Hartind, Kamis (9/8). Tak main-main, dalam penganggaran yang dilakukan, pelaksanaan pembangunan sistem persenjataan itu menelan biaya yang tidak sedikit, yakni berjumlah Rp 156 triliun.

Hingga saat ini, ungkap Hartind, belum banyak alutsita yang sudah bisa ditunjukkan ke masyarakat. Tapi memasuki akhir 2012, sejumlah alutsita sudah mulai berdatangan, seperti pesawat militer CN-295. Pesawat yang dibeli dari Airbus Military itu menelan anggaran sebesar 325 juta US Dolar.

Nantinya, pesawat yang dalam kontraknya juga mencakup penyediaan suku cadang dan pelatihan itu akan dioperasikan oleh TNI AUA untuk kepentingan militer, logistik, kemanusiaan, maupun misi evakuasi medis. "2013 ada F-16. Kapal selam kita baru masuk 2015," ungkap Hartind. (Republika)



1 komentar:

  1. Apa benar pembangunan alutsista dimulai pada 2010,pendapat tersebut tdk benar zaman ordelama itu meletakkan dasar/memberi dana utk alutsista dan dilanjutkan orde baru hanya saja dananya diambil sbg sapi perahan. Artinya dana yg digunakan utk membiayai BUMN yg bergerak di sektor alutsista sedikit sekali malahan disalah gunakan dan memang dibuat demikian oleh imperalis(Iggris,AS) agar Indonesia tdk kuat militernya. Nah utk pendanaan alutsista sekarang memang dibesarkan, diawasi oleh badan pengawas dan memang hrs diakui oleh semua fihak dr hasil imbargo(Iggris,AS). Itulah Pemerintah/TNI bangkit utk mendanai BUMN yg berbasis Alutsista dan hasilnya dpt dirasakan sekarang ini.

    BalasHapus