Jumat, 08 November 2013

KSAL : Ngotot Ingin Penuhi Kebutuhan Kapal Selam Indonesia


"Selain itu, sebuah bangsa dikatakan hebat dan maju jika bisa membuat kapal selam dan kapal perang sendiri." 
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengatakan TNI kekurangan alat utama sistem persenjataan berupa kapal selam untuk melindungi seluruh wilayah laut Indonesia. Menurut Marsetio, setidaknya dibutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga wilayah laut Indonesia.

KSAL : Ngotot Ingin Penuhi Kebutuhan Kapal Selam Indonesia
Kapal Selam KRI Nanggala 402. TEMPO/Fahmi Ali

"Sementara saat ini Indonesia baru punya dua kapal buatan tahun 1980-an," kata Marsetio dalam sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, 6 November 2013. Kedua kapal selam itu, yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala, sudah uzur. Bahkan, di tahun 2020 kedua kapal tersebut genap berusia 40 tahun dan harus pensiun.


Saat ini Indonesia sedang memesan tiga unit kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan. Dalam pembelian ini, Indonesia dan Korea Selatan sepakat ingin menjalin kerja sama alih teknologi. Indonesia ingin kapal selam pesanan ketiga dibangun di galangan kapal PT PAL dan dikerjakan oleh putra-putri bangsa yang diawasi oleh perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering.

Sebagai Komisaris Utama PT PAL, Marsetio ingin mendorong kesiapan fasilitas pembuatan kapal selam di galangan kapal milik PT PAL di Surabaya. Pemerintah pun setuju mengucurkan duit Rp 1,5 triliun untuk membangun fasilitas khusus kapal selam di PT PAL. "Sebab, galangan kapal selam itu berbeda dengan kapal biasa, harus tertutup, lebih khusus seperti produk buatan tangan," ia menjelaskan.

Selain itu, PT PAL juga sedang mempersiapkan tenaga ahli dan teknisi terbaik untuk dikirim ke pabrik Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering. Sesuai rencana, total 206 perwakilan PT PAL akan belajar di Negeri Ginseng. Sayang Marsetio tak mau menjelaskan detail proses alih teknologi itu. "Pokoknya dari teknisi, desainer, sampai tukang las PT PAL akan dikirim ke Korea Selatan," kata dia.

Marsetio sendiri yakin jika PT PAL bisa memperoleh ilmu pembuatan kapal selam bakal berdampak positif bagi TNI AL, khususnya pemenuhan kebutuhan kapal selam. Dengan begitu, kebutuhan 12 kapal selam Indonesia bisa dibantu dengan produksi dalam negeri.

Marsetio menyatakan dirinya sedikit ngotot memenuhi kebutuhan kapal selam Indonesia. Sebab, menurut dia, kapal selam punya efek deteren (tangkal) yang sangat kuat bagi pertahanan laut suatu negara. Berbeda dengan efek deteren sebuah kapal perusak biasa.

"Selain itu, sebuah bangsa dikatakan hebat dan maju jika bisa membuat kapal selam dan kapal perang sendiri."

Meski begitu, Marsetio membutuhkan kapal-kapal perang kelas fregat dan corvet untuk menjaga wilayah laut, khususnya dari permukaan. Setidaknya, dia melanjutkan, TNI AL butuh 20 kapal kelas fregat untuk membantu pengamanan laut Indonesia. Saat ini Indonesia sudah memesan tiga unit kapal fregat dari Inggris serta dua kapal lain dari Belanda.

"Sisanya (kebutuhan 20 kapal perang) tetap kami berharap PT PAL dan BUMN lain bisa mandiri membuat kapal perang," kata dia. "Sesuai rencana PT PAL juga akan mengupayakan alih teknologi dari kapal perang buatan Belanda." (Tempo)

8 komentar:

  1. memang harus ngotot pak, termasuk ngotot supaya hibah 10 biji KS Kilo dari Rusia segera terwujud.

    BalasHapus
  2. sekarang tinggal menunggu kepastian dari pemerintah Russia...demikian kata menteri pertahanan..Pak Purnomo ..... nunggu surat resmi bro...soal hibah 10 kapal selam kilo ......

    BalasHapus
  3. jika jadi ada hibah ... tahun 2024 minimal TNI AU sudah punya 2 + 3 + 10 + lain lain ...... bisa punya minimal 15 kapal selam +++

    BalasHapus
  4. ( ralat ...TNI AL ) jika jadi ada hibah ... tahun 2024 minimal TNI AL sudah punya 2 + 3 + 10 + lain lain ...... bisa punya minimal 15 kapal selam +++

    BalasHapus
  5. indonesia idealnya harus punya 50 kapal selam, 20 stand by 30 patroli. Frigate jangan kelas corvette, hrs sekelas Kirov or Arleigh Burke. Destroyer paling tidak 50 kapal, 20 stand by. Target ngirit2x amat kalo sampe 2024. garis pantai Indonesia itu TERBESAR di DUNIA boss!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ideal juga harus sesuai dengan kemampuan ekonomi Indonesia. 50 Destroyer dan 50 kapal selam untuk apa? Mau perangin semua tetangga kita? Kita mau bikin armada atlantik? Mau tandingin China? Operasi, logistik dan perawatan kapal perang emang murah?

      US Navy punya 285 (62 Destroyer) kapal perang krn armada mereka beroperasi di seluruh samudera dunia. Negara terbesar di dunia tidak harus punya militer terbesar dan terkuat di dunia, yang penting seimbang dengan kemampuan ekonomi dan berdaulat di wilayahnya.

      Kita jg harus percayalah kalau petinggi2 dan perencana TNI-AL kita tau apa yg harus mereka lakukan demi mempertahankan kedaulatan NKRI.

      Hapus
  6. Perlu dipertimbangkan kekuatan kapal selam negara lain di kawasan jika ingin memiliki efek deteren.
    Di sisi selatan ada Collins Class (Australia), sisi utara ada Scorpene Class (Malaysia & Singapura), Archer Class (Singapura), belum lagi dari Cina (untuk antisipasi konflik di LCS).
    Apakah Changbogo Class ini mampu mengimbangi kapal selam di kawasan? Bukan bermaksud "under estimate", tapi rasanya kita perlu kapal selam yang benar2 bisa jadi efek deteren, pilihan adalah Kilo Class atau Lada Class (export version Amur Class).
    Untuk kapal perang, baik frigat ataupun korvet, saya yakin PT PAL mampu memproduksi-nya.
    Untuk kapal perang pun dibagi lagi, fungsi strategis dan fungsi pemukul. Saat ini kita "baru" memiliki KRI Oswald Siahaan sbg fungsi strategis yang dilengkapi dengan rudal Yakhont, perlu dipikirkan untuk penambahan jumlahnya, tentu melengkapi korvet atau frigat dengan rudal Yakhont.

    JALESVEVA JAYAMAHE..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yang harus dikembangkan TNI-AL dlm menghadapi kapal selam negara2 tetangga adl ASW (Anti Submarine Warfare) baik lewat pesawat patroli, helikopter, dan kapal perang, karena kalau mau adu kualitas dan kuantitas kapal selam masih sulit lawan kekuatan ekonomi/buying power negara tetangga.

      PT.PAL sy juga yakin bisa bangun kapal perang apa pun yg TNI-AL butuhkan. Kendala utamanya mungkin hanya persenjataan rudal, radar, ciws dan mesin kapal yg harus impor dr negara lain. Kita perlu membangun industri pendukung itu.

      Yang paling penting dan berbahaya untuk armada kapal perang kita malah kurang diperhatikan oleh TNI-AL, Air Defence. Air Power negara2 tetangga sangat kuat, jika terjadi perang sekarang, TNI AL tdk punya kesempatan untuk melawan. Yakhnot/Exocet kita memang punya efek deteren yg kuat, tp musuh kita pasti akan kirim pesawat tempur yg lebih murah dan efisien dalam membunuh kapal perang kita. Pertahanan Udara kapal2 perang kita hanya rudal Mistral yg jangkauan efektif hanya 4 km? Sedangkan rudal anti kapal yg diluncurkan dr pesawat ada yg bisa ditembakkan dr jarak 150 km. Kapal perang kita harus di upgrade pertahanan udaranya. Percuma punya banyak Yakhont/Exocet kalo ngga punya payung pertahanan udara.

      Hapus