Selasa, 22 April 2014

LFX, Pengembangan Pesawat Tempur Indonesia yang Tertunda


belum terlibat (dalam program KFX/IFX) waktu itu karena Pustekbang Lapan itu baru terbentuk 2011. Kemudian kita mengajukan riset itu melalui PKPP Program peningkatan pendidikan perekayasa lalu kita melakukan riset semacam konfigurasi awal untuk pesawat tempur," ucap Sulistyo saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta Senin 21 April 2014.


LFX sendiri memiliki konsep sebagai pesawat latih-lanjut generasi ke 5, dan dengan kemampuan multi-misi dan dirancang agar bisa sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Sulistyo menambahkan, meski dengan anggaran yang sedikit, ia bersama beberapa teman sesama penelitinya sudah berhasil membuat konsep LFX kecepatan supersonik.

"PKPP itu cuma Rp 250 juta, itu untuk penelitian 5 peneliti untuk satu tahun. Rp 250 juta itu untuk honor penelitinya, pembuatan modelnya, dan sebagainya. Itu dikelola Kemenristek, setiap PKPP itu dijatah Rp 50 juta untuk setiap peneliti. Tapi kita sudah di tahap conceptual design, kita sudah merancang bentuk luarnya dan kita uji dengan terowongan angin dan simulasi CFD," imbuhnya.


Project LFX sudah dilakukan sejak tahun 2012, namun sayangnya program ini tidak berlanjut karena masalah anggaran. Selain itu, hampir seluruh tim Pustekbang Lapan sedang mengembangkan pesawat sipil N-219 bersama PT Dirgantara Indonesia.

"Cuma tahun 2012 saja, sebetulnya tahun 2013 ada penelitian intern untuk membuat model terbangnya, tapi ternyata dananya nggak ada. Selain itu tahun ini PKPP tahun ini sudah tidak ada lagi. Tahun ini sudah tidak ada lagi penelitiannya (LFX), karena hampir semua SDM terlibat di N-219 karena itu kan butuh banyak tenaga dan ini (LFX) juga belum prioritas," urai Sulistyo.

Untuk kelanjutan Program LFX, pria yang telah puluhan tahun berpengalaman di teknologi penerbangan ini menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah. Karena ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan anggaran dan penelitian yang lama.

"Tergantung pimpinan nasional kita, bagaimana? Apakah mau meneruskan IFX kalau KFX-nya nggak jadi. Tapi waktu kita mendisain itu ada narasumber dari dokter ITB yang juga terlibat dalam program bersama Korea dan juga Pak Agung Nugroho, beliau juga terlibat dalam KFX. Jadi sebetulnya walaupun konsepnya beda, tapi hampir miriplah dengan program IFX gitu," tambahnya.

Jika diteruskan, ia berharap pemerintah membantu transfer of technology dengan negara lain agar program LFX bisa berjalan dengan cepat. Selain itu, perlu dibangun konsorsium pesawat tempur nasional.

"Pesawatnya nggak terlalu masalah, tapi instrumentasinya kalau kita mau membuat kelas generasi 5 itu sudah siluman. Kalau siluman itu Korea saja teknologinya belum dikasih sama Amerika. Jadi diberi saja tapi ilmunya tidak dikasih. Tapi kita tetap berusaha, karena kan pesawat terbang itu kan tidak hanya dalam jangka waktu 1-5 tahun. Tapi sampai jangka 15 tahun. Siapa tahu pada saat kita harus membuat, entah itu ada pengetahuan atau sudah ada negara lain yang mampu bekerjasama dengan kita," katanya.

"Kalau untuk sampai tingkat prototipe, tentu diperlukan konsorsium, karena Lapan tidak mampu sendiri. Seperti PT DI untuk industrinya, lalu BPPT karena mereka punya laboratorium, ITB dan sebagainnya. Kalau kita tugasnya sebagai perisetnya aja," jelas dia.

Sementara, dihubungi terpisah, juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmi Karim menilai program LFX ini bisa dimaksimalkan agar membantu kemandirian dalam negeri. Ia berharap tim peneliti LFX bisa membantu program KFX/IFX, agar kemandirian pesawat tempur dalam negeri bisa segera terlaksana.

"Kita harus melakukan satu sinergi, baik itu penelitian atau pengembangan riset dan teknologi. Sehingga energinya itu bisa dimaksimalkan di satu tujuan. Kalau Kemenhan punya kebijakan KFX/IFX dengan Korea, terus kemudian ada Lapan dengan LFX. Nah ini kan ada 2 Energi, yang kalau dimaksimalkan lebih bagus. Intinya kita perlu memaksimalkan potensi bangsa," ungkap Silmi. (Tanti Yulianingsih | Liputan6)

5 komentar:

  1. lapan dan ptdi dan juga itb sebuah energi bagi indonesia, yang pasti tni au sangat membutuhkan jet tempur generasi 5 seperti sukhoi su 27/30/35 dan f35 namun pesawat latih cukup f16, hawk 209, golden egle t50, f5 jet tempur low end, generasi 3

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf gan su27/30/35 kan masih generasi 4 sama f16 tapi kalo f35 itu generasi 5

      Hapus
  2. hadeuh makin parah,, klo ga tau jangan asal koment, bung tomihadia, klo bisa browsing dulu di google,
    Hawk 209 itu pesawat latih lanjut, bukan genre 3
    F 5 itu pesawat generasi 4,
    F 16 block A/B generasi 4, tapi F 16 block 52 C/D itu generasi 4+ dan F 16 block 60 itu gerne 4++
    su 27 / 30 itu genre 4+ dan su 35 itu genre 4++
    F 35 USA = genre 5
    F 22 raptor USA = genre 5
    T 50 Fakfa rusia = genre 5
    J 31 china = genre 5
    Mitsubishi ATD-X Shinsin jepang = genre 5
    sampai sekarang genre 6 masih blm ada,

    BalasHapus
  3. buka yuotube jet tempur modern 2014 ciptaan indonesia ifx end ifx , rusia sukhoi 27skm ,sukhoi 35 sukhoi su t50 pakfa, su 47 amerika f117 ,f35 ,f22 , f18, f16, f14
    eropa rapael dan tipon
    china jhock jepan mitsubhi, korea golden egle t50
    inti nya jaman perang dunia 1 pesawat masih baling baling turbo
    jaman perang dunia 2 pesawat sudah jet, di
    jaman perang ke3 di tahun 1990 sudah jet tempur avionik 2 kali suara, bukan jam perang di jam masehi yunani, majapahit, tapi sekarang modern, sudah banyak tegnologi, seperti nasa amerika dan rusia.*
    yang di minta semoga tni au menambah jet tempur sukhoi su 35, su 50 atau f35 atau juga rapale, gripen, f22, f18 dan f14

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,, di suruh browsing di google malah di youtobe, pantes ga nyambung terus

      Zaman perang ke 3 maksud nya apa yah???? perang dunia ketiga itu belum ada
      2 kali suara maksud nya apa?
      bikin bingung yg baca,,,?
      gw terangin deh 1 per 1. ( maaf klo gw lancang nih)
      avionik itu = peralatan elektronik penerbangan yang mencakup seluruh sistem elektronik yang dirancang untuk digunakan di pesawat terbang. Sistem utamanya meliputi sistem komunikasi, navigasi dan indikator serta manajemen dari keseluruhan sistem. Avionik juga mencakup ratusan sistem yang berada di pesawat terbang dari yang paling sederhana seperti lampu pencari pada helikopter polisi sampai sistem yang kompleks seperti sistem taktikal pada pesawat peringatan dini.

      2 kali suara itu, mungkin maksud lu, kecepatan nya,
      2 kali kecepatan suara = 344 X 2 =688 m/detik atau 2476 km/jam).
      kecepatan suara itu = 344 m / detik.

      bung, tau ga F 14 itu dibuat thn berapa?
      kemampuan nya masih kalah jauh dgn F16 TNI yg sekarang, F 14 itu pesawat tempur TUA, ngapain di beli.

      T 50 fak pa ( yang lu tulis SU 50) itu masih prototype baru ada 4 pesawat, dan masih di uji coba, juga blm ada versi expor nya, sama halnya dengan F 22 raptor, USA tidak akan mengexpor nya kenegara manapun. bahkan data tekologi pesawat ini sudah di hapus utk menjaga kerahasianya.

      indonesia belum bisa menciptakan pesawat tempur IFX / KFX karena masih proses pembuatan di korea.
      yg ada itu plan B yg di buat LAPAN utk proyek LFX, utk memback up kalau2 rencana pembuatan IFX/KFX nya gagal



      Hapus