Rabu, 02 Juli 2014

Indonesia Butuh 755 Kapal Perang, 4 Buah Kapal Induk, 22 Kapal Selam


Pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, berpendapat, perlu ada koreksi mendalam tentang pendekatan penyusunan Minimum Essential Force (MEF). Selama ini, ia menilai, pelaksanaan MEF hanya terfokus pada pendekatan anggaran yang tersedia, tidak didasarkan pada ancaman yang berkembang. Jika ini terus dilakukan, MEF tidak akan tercapai.

Kapal LPD 125 KRI Banjarnmasin 593 buatan PT PAL
Kapal LPD 125 KRI Banjarnmasin 593 buatan PT PAL

“Jika pengukuran MEF itu berdasarkan ancaman, artinya angkanya harus berubah tiap tahun. Ancaman kita 10 tahun lalu, ancaman kita 5 tahun lalu, dengan ancaman kita hari ini, kan sudah berubah,” ucap Connie.

Ia menjelaskan, dinamika ancaman kawasan saat ini sudah cukup kompleks. Oleh karenanya, penegasan terhadap paradigma outward looking TNI yang sudah dicetuskan sejak reformasi 1998, perlu segera diwujudkan, tidak sekadar wacana di atas kertas.


“Seperti ada ancaman ketika Tiongkok menetapkan kebijakan green water policy. Green water policy Tiongkok akan masuk sampai pada Selat Malaka. Dan blue water Tiongkok akan masuk sampai Samudera Hindia. Kalau kita mengukur MEF dari ancaman tersebut, seharusnya sudah berubah hitungan MEF dari Kemhan hari ini,” katanya.

Untuk matra laut, Connie berpandangan, Indonesia setidaknya memerlukan 755 kapal perang KRI, 4 buah kapal induk, dan 22 kapal selam. Kebutuhan ini untuk melindungi kepentingan Indonesia, minimum hingga 60 tahun mendatang.

“Visi MEF saya bagaimana melindungi kepentingan Indonesia minimum 60 tahun mendatang. Visi MEF hari ini itu per 10 tahun, susah. Itu cara perhitungannya berbeda,” cetus Connie.

Dia melihat kemunduran cara berpikir dalam paradigma pembangunan pertahanan Indonesia sekarang. Salah satunya, masih dominannya orientasi pertahanan darat. Seharusnya, jika sejalan dengan doktrin outward looking military, arah penguatannya ada pada matra laut dan udara.

“Paradigma pertahanan kita juga terlalu berorientasi kepada daratan. Cara kita menetapkan ancaman kita juga dari darat. Kenapa kita tidak seperti zaman nenek moyang kita dahulu, seperti kerajaan Ternate dan Tidore misalnya? Mereka melihat ancaman itu dari laut. Makanya kenapa dulu kekuatan maritim kita bisa sampai ke Madagaskar. MEF kita zaman sekarang kalah dengan MEF kita zaman Tidore. Cara berpikir kita sekarang benar-benar mundur,” pungkasnya. (JurnalMaritim)

4 komentar:

  1. mungkin diakhir tahun ini setelah capres no satu jadi presiden " amin' bangkit indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul mungkin diakhir tahun ini setelah capres no satu mungkin jadi presiden!.

      Hapus
  2. Perlu adanya percepatan alih teknologi bagi PT. PAL serta galangan kapal swasta lainnya, untuk memiliki kemampuan dalam memproduksi lebih banyak fregate, dan kapal induk (minimal setengah kapasitas dari kapal induk terbesar USA), mengingat perubahan eskalasi politik yang sangat drastis terutama di Laut China Selatan.

    Juga, perlu adanya perubahan orientasi produksi/bisnis dari PTDI, dalam memproduksi pesawat angkut tempur ringan dan pesawat komersial, menjadi produsen pesawat tempur massal (minimal produsen pesawat tempur sekelas T-50i Korea Selatan) untuk pertahanan wilayah Indonesia, khususnya ZEE Utara dan Selatan.

    Juga, percepatan kemampuan dan alih-teknologi PT LAPAN dalam memproduksi rudal pertahanan dari darat ke udara, minimal untuk jarak 500 km, sehingga dapat diluncurkan dari titik manapun di Provinsi Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat/kota Pontianak, untuk menjangkau langit kepulauan Natuna serta Anambas dengan cepat.

    BalasHapus
  3. Dg kogabwilhan NKRI perlu kapal perang 1000 (termasuk korvet,frigat,destroyer), kapal selam 60 (dua tipe laut dalam, laut dangkal), 300 jet tempur dan rudal jelajah 2000 km. Dg penguatan PT DI melalui SDM, PT Pal, PT Lapan, PT Len, PT Dahana dan PT Pindad, BUMN penelitian serta swasta bergerak di alutsista akan dpt memberikan pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat lapangan pekerjaan yg sangat menjanjikan utk anak2 bangsa

    BalasHapus