Senin, 11 Agustus 2014

Perkembangan Terbaru Proyek Jet Tempur IFX


PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan dua tipe pesawat asli karya anak bangsa. Pesawat yang dirancang adalah untuk angkutan penumpang dan keperluan tempur. Lantas bagaimana kelanjutan proyek pesawat terbang itu?.

Perkembangan Terbaru Proyek Jet Tempur IFX

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menerangkan pesawat penumpang tipe N219 baru siap diperkenalkan ke publik (roll out) pada awal tahun 2015. Tiga bulan berikutnya atau sekitar bulan Maret, N219 akan menjalani uji coba terbang perdana (first flight).

"Roll out awal 2015. Itu 2-3 bulan habis roll out baru first flight," kata Andi saat acara RITECH Expo 2014 di Kantor BPPT Jalan MH Thamrin Jakarta, Sabtu (9/8/2014).


Setelah uji terbang, N219 baru bisa memperoleh sertifikasi dari Kementerian Perhubungan selaku regulator. Sertifikasi ditargetkan paling lambat keluar pada Februari 2017. Sertifikasi ini penting sebagai syarat untuk produksi massal. Andi membenarkan sampai sekarang, Indonesia belum mempunyai pesawat asli buatan lokal yang lolos uji sertifikasi dari Kemenhub.

"N250 nggak bisa diproduksi karena belum disertifikasi," jelasnya.

N219 merupakan pesawat baling-baling canggih karya putra-putri bangsa. Pesawat ini mampu membawa penumpang dan barang lebih banyak dibandingkan pesawat sejenis seperti Dornier 228-202. Pesawat Dornier ini telah dipakai oleh maskapai Susi Air. Pesawat N219 juga dibandrol jauh lebih murah ketimbang Dornier namun memakai teknologi kokpit terbaru.

"Kita targetnya ingin US$ 4,5 juta. Dornier baru dibeli seharga US$ 8 juta," ujarnya.

Sedangkan untuk pembuatan pesawat tempur, PTDI bersama Kementerian Pertahanan RI dan Korea Selatan memasuki tahap Engineering Manufacturing Development. Proses EMD dimulai tahun ini dan berlangsung hingga 10 tahun ke depan. Proses akhir EMD ini adalah sertifikasi pesawat Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

"Ini kita mulai tahun ini dan baru selesai 2025," katanya.

Andi membenarkan proses EMD sempat tertunda karena adanya beberapa persoalan. Salah satunya adalah perbedaan permintan single engine (permintaan Korsel) dan double engine (permintaan Indonesia).

Akhirnya disepakati bawah KFX/IFX akan memakai double engine. KFX/IFX merupakan pesawat generasi 4.5. Pesawat ini memiliki teknologi di atas F16 dan F18 namun di bawah pesawat F 22 dan F35. Pesawat ini paling tidak memiliki teknologi anti radar meski tidak secanggih pesawat F22 atau F35.

"Generasi 5 dia pakai teknologi tidak bisa dideteksi radar. Banyak teknologi yang dipakai sehingga nggak bisa dideteksi radar. Generasi 4.5 mendekati ke sana, tapi nggak secanggih itu," paparnya. (Detik)

3 komentar:

  1. moga2 sebelum ada kfx/ ifx kekuatan udara indonesia sudah punyai satu skuadron su35 & satu skuadron jet generasi 5 satu satunya di jagat raya ini f 35 usaf, stail siluman, kecepatan 3,0 mact , take off stol, internal rudal, radal sampoerna jarak jangkauan yang sangat jauh, jam terbang sangat lama,

    BalasHapus
  2. Teknologi baja adalah tulang punggung teknologi alutsista, anak2 bangsa hrs menguasainya bgmn negara Uni Soviet hrs menguasai tanur baja dr prancis utk merebut penguasaan baja yg mempunyai nilai tinggi dan hasilnya sangat nyata alutsistanya misalnya senjata AK, Roket, Tank, Kapal, Pesawat serta Satelit . Salam............

    BalasHapus