Minggu, 12 Juli 2015

Dimanakah Peluang Poros Maritim RI


Sebagai gerbang jantung maritim Asia, sikap, situasi, dan arah politik Indonesia selalu menjadi perhatian dunia. Sorotan ini bertambah tatkala perdagangan berbasis laut (seaborne trade) kian dibutuhkan untuk memenuhi ekonomi dunia di era globalisasi.

Dimanakah Peluang Poros Maritim RI

Oleh karena, sadar atau tidak, Indonesia merupakan bagian penting dalam kelancaran sistem tersebut. Maka tidak heran ketika Presiden Joko Widodo memperkenalkan Poros Maritim Dunia, hal ini ditanggapi serius oleh masyarakat internasional, terutama terkait definisi dan objektif poros maritim yang Indonesia maksud.

Sepanjang sejarah maritim, tercatat beberapa negara yang berkuasa di dunia maritim. Ada yang perlahan berkurang kemudian tenggelam dominasinya, beberapa tetap berkuasa hingga saat ini, dan tidak sedikit pula muncul aktor baru yang mendominasi industri maritim walau faktanya mereka adalah negara kontinental.


Terdapat empat domain yang dipahami secara umum sebagai bidang utama dalam menjamin keberlangsungan sistem perdagangan maritim, yaitu teknologi, keuangan, regulasi, dan politik. Dari kesemuanya, telah bercokol negara yang mendominasi masing-masing bidang tersebut.

Di sebelah barat ada Inggris yang menguasai maritim dari aspek legal, politik, dan finansial. Meskipun beberapa mungkin beranggapan bahwa era Pax Britannica telah usai, namun Inggris masih memiliki kontrol kuat di dunia maritim melalui finansial dan regulasi maritim, dan dengan demikian memiliki posisi berpengaruh dalam politik.

Kemudian di Pasifik Barat ada Amerika yang mendominasi maritim dari aspek militer. Sejak Perang Dunia kedua hingga hari ini, seluruh Sea Lines of Communications (SLOCs) dikuasai oleh kekuatan laut Amerika. Dominasi ini mampu menjamin keberlangsungan sistem maritim, atau dengan kata lain, ekonomi dunia.

Lalu di utara Asia ada Korea Selatan yang menjadikan industri galangan kapal sebagai sentral perekonomian mereka. Sejak memutuskan beralih fokus pada industri tersebut di tahun 1950an, Korea Selatan kini berhasil meraih status sebagai raksasa galangan kapal.

Poros-poros lainnya seperti Denmark dengan Maersk Group yang mengontrol 15% kapasitas kapal kontainer global, Singapura dengan Port of Singapore Authority (PSA) yang merupakan salah satu operator pelabuhan terbesar di dunia, atau Filipina yang terkenal sebagai pemasok pelaut terbesar dalam industri pelayaran global sejak hampir tiga dekade ini.

Dengan situasi yang sudah well-established demikian, dimanakah Indonesia ingin menempatkan diri sebagai poros maritim?  (JMOL)

Penulis :
Amelia Rahmawaty,Tenaga analis di FKPM. Lulus Cum Laude dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran pada tahun 2013. Di tahun 2010, menjadi salah satu perwakilan Indonesia untuk 7th United Nations Youth Assembly di UN Headquarters, New York City.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar