Sabtu, 23 Januari 2016

KAI dan PTDI Berkerjasama Membuat Pesawat Pesawat Komersial 100 Seater


Korea Aerospace Industries (KAI) telah meluncurkan sebuah proyek untuk mengembangkan jet penumpang, pasar yang telah lama didominasi oleh Boeing dan Airbus, ujar sumber KAI 13/1/2016.

“Kami sedang terjun ke pasar pesawat komersial melalui sebuah proyek bersama dengan perusahaan pertahanan Indonesia,” kata seorang pejabat KAI The Korea Times.


KAI dan PTDI Berkerjasama Membuat Pesawat Pesawat Komersial 100 Seater

Langkah ini dilakukan pada saat Boeing dan Airbus mendapat tantangan dari Cina, yang baru-baru ini meluncurkan sebuah pesawat komersial.

BUMN Commercial Aircraft Beijing Cina, atau Comac, menyalurkan pesawat penumpang pertama, ARJ21 ke di Chengdu Airlines pada akhir November 2015.


Comac juga sedang mendorong pengembangan pesawat jet yang lebih besar, C919, dengan tingkat efisiensi sebanding dengan Airbus A320neo dan Boeing 737 MAX, menurut media lokal. Sebuah prototipe dari pesawat 158-to-174 seater telah diresmikan pada awal November 2015.

Untuk ikut perlombaan ini, KAI menandatangani Perjanjian Kerjasama Strategis (SCA) dengan perusahaan BUMN Indonesia, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), 4 Desember 2015, kata pejabat perusahaan itu.

Berdasarkan kesepakatan itu, kedua perusahaan akan memperkuat kerjasama dalam industri penerbangan pertahanan, tetapi juga bekerja ke arah membuat pesawat komersial.

Perusahaan Indonesia sudah berpartisipasi dalam proyek pengembangan jet tempur dalam negeri Korea, KFX.


KAI dan PTDI Berkerjasama Membuat Pesawat Pesawat Komersial 100 Seater

PTDI memiliki pengalaman dalam mengembangkan sendiri pesawat 50-seater N-250 dan pesawat udara sipil 100-seater N-2130 di tahun 1990-an, sementara KAI telah berhasil mengembangkan pesawat militer seperti pesawat latih supersonik T-50 dan pesawat tempur ringan FA-50.

“Ini akan menjadi win-win bagi kedua belah pihak, karena masing-masing dapat membantu yang lain dengan keunggulan teknologi masing-masing,” kata pejabat itu.

Dia mencatat bahwa kedua perusahaan berencana untuk bertemu dua kali setahun untuk membahas kerjasama mereka dalam pengembangan pesawat jet sipil dan pesawat lainnya termasuk drone.

“Pertemuan pertama akan berlangsung dalam semester pertama tahun ini,” katanya.

Dia menambahkan bahwa studi kelayakan untuk mengetahui potensi permintaan pesawat sipil juga sedang berlangsung. “Mengamankan permintaan di pasar domestik dari kedua negara, Korea dan Indonesia adalah tujuan awal kami”, ujarnya.

Tahun 2008-2013, KAI mengembangkan pesawat empat kursi, sayap rendah, bermesin tunggal KC-100 Naraon yang ditandai sebagai pesawat penumpang pertama buatan Korea Selatan. The Naraon diharapkan masuk layanan pada tahun ini.

Presiden KAI dan CEO Ha Sung-yong mengatakan tahun lalu bahwa komersialisasi pesawat Naraon merupakan suatu kesempatan, KAI akan melakukan upaya untuk mencapai ambisinya untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat penumpang yang lebih besar, 100-seater.

Langkah ini tampaknya datang karena penjualan pesawat di dunia, 80 persen dari pasar penerbangan sipil, sehingga ada kendala, jikahanya berfokus pada industri penerbangan pertahanan. (
Jun Ji-hye / Koreatimes | JKGR)

1 komentar:

  1. lebih baik mandiri sendir di keolah bumn, ptdi aja tidak ada kerjasama dengan korea, ingris ,anerija jerman dan rusia membuat sukhoi super jet 100 juga, karena citra ptdi akan keropos

    BalasHapus