Kamis, 28 Juni 2012

Sekilas Gambaran Super Tucano TNI AU


Empat Pesawat tempur ringan turboprop Super Tucano EMB-314/ A-29 buatan Brazil segara dimiliki oleh Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh, Malang -Jawa Timur  awal Agustus 2012. “Di akhir tahun 2012 direncanakan, delapan pesawat Super Tucano tiba di Malang,” ujar Kasi Pemeliharaan Skadron Udara 21, Mayor Anton Firmansyah. Jumlah keseluruhan yang dipesan Indonesia sebanyak satu skadron atau 16 pesawat.

Super Tucano EMB-314 TNI AU
Super Tucano EMB-314 TNI AU


Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak posisi musuh dengan cepat serta memiliki kemampuan penghancuran. Super Tucano EMB-314 mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), untuk melakukan tempur taktis “close air support” bagi bantuan pasukan infanteri maupun kavaleri.  Super Tucano dilengkapi dua senapan mesin di sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Super Tucano mampu bermanuver hingga +7g dan -3.5g dikombinasi dengan kecepatan tinggi dan lincah sehingga memiliki tingkat survivability cukup tinggi.

Pesawat ini didisain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian dan patroli. Nama Super Tucano melejit berkat Operasi Phoenix pada 2008 yang dilakukan Angkatan Udara Kolombia. Super Tucano mereka berhasil menewaskan orang kedua organisasi pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.

Kedatangan pesawat ini untuk menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang pensiun sejak tahun 2007. Pesawat ini digunakan TNI antara lain untuk: Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.

Kokpit Super Tucano EMB-314 TNI AU
Kokpit Super Tucano EMB-314 TNI AU

Amerika Serikat menghentikan produksi pesawat COIN turboprop seperti OV-10 F Bronco karena, telah memiliki superioritas untuk: inteligence, reconnaisance dan surveillance. AS mengandalkan pesawat-pesawat turbojet, turbofan (A-10C Thunderbolt) serta UAV dalam melakukan perang anti-gerilya seperti di Irak dan Afghanistan. Selain itu, AS sempat trauma menggunakan pesawat tempur turboprop karena dalam peperangan di Vietnam, pesawat tempur turbo-prop lima kali lipat lebih banyak terkena tembakan, dibandingkan pesawat tempur jet.

Tentu negara-negara berkembang, tidak bisa melakukannya operasi militer anti-gerilya seperti yang diperagakan AS di IRak dan Afghanistan, karena berbiaya mahal. Untuk itulah pesawat baling baling turboprop seperti Super Tucano tetap dibutuhkan.

Kekosongan ini yang dimanfaatkan Brasil dan mendapatkan sambutan bagus dari militer internasional. EMB-314 Super Tucano telah terjual 650 unit ke 15 negara, sejak diperkenalkan tahun 2014. Penggunanya selain Brasil adalah Kolombia, Chili, Republik Dominika, Ekuador dan Indonesia. Penyempurnaan yang dilakukan dari pesawat sebelumnya meliputi sistem avionik, sistem persenjataan dan sistem komunikasi data. Untuk itu Brasil semakin percaya diri dan mulai memasarkannya hingga ke Timur Tengah.

Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama sehingga cocok untuk anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.

Super Tucano EMB-314 TNI AU Saat Terbang
Super Tucano EMB-314 TNI AU Saat Terbang

Namun pesawat ini memiliki daya angkut senjata yang terbatas. Super Tucano tidak memiliki radar warning receiver sehingga tidak bisa mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar. Kecepatan terbang yang rendah, juga mengurangi efektivitas pemakaian flare (jika dipasang) terhadap misil.

Sementara pesawat jet tidak bisa terbang lama, berbiaya mahal dan tidak bisa melakukan pengintaian. Namun kelebihannya, mampu membawa amunisi lebih banyak, bisa cepat menyergap lawan dan lebih sulit ditembak.

Pesawat tuboprop Super Tucano dan pesawat Jet seperti F 16 dan Su-27/30 peranannya untuk saling melengkapi. Pesawat jet lebih ditujukan untuk perang terbuka dan posisi pesawt turboprop hanya sebagai “air support”. Sementara untuk perang ireguler atau gerilya, pesawat turboprop sangat diandalkan untuk menghancukan soft target dengan bekerjasama dengan pasukan darat.

Selain akan mendatangkan Super Tucano secara bertahap, TNI AU juga mengirim 50 personil yang terdiri dari pilot dan mekanik ke Brasil, untuk melakukan alih teknologi terbatas.


Sumber : Jakarta Greater

Tidak ada komentar:

Posting Komentar