Kamis, 08 November 2012

Maskapai Garuda Pernah Diserang Hacker


Indonesia beberapa kali pernah menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya. Salah satunya maskapai terbesar Garuda Indonesia. "Saat itu pesawat empat hari berjejer di bandara karena schedule yang diacak oleh hacker membuat pilot dan pramugari schedulenya berantakan," ujar Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) Djoko Setiadi dalam siaran pers yang diterima redaksi, Rabu (7/11).

Maskapai Garuda Pernah Diserang Hacker
foto : berita8.com

Menurut Djoko, ancaman terhadap keamanan informasi pemerintah, swasta maupun masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran. Dari ancaman konvensional menjadi ancaman modern, dari simetris menjadi asimetris.

"Tren ancaman informasi saat ini sudah menggunakan teknologi tinggi dan harus disikap dengan teknologi tinggi pula," katanya.

Menurut dia, berbagai ancaman dan tindak kejahatan cyber bentuknya memang tidak terlihat seperti angin tapi dampaknya dapat menghancuran. Terutama jika yang diserang keamanan negara. "Kalau kita tidak waspada dengan kejahatan ini, kita bisa kedodoran. Setuju tidak setuju kejahatan dunia cyber ada dan harus ditanggulangi," kata Djoko


Ia mencontohkan serangan cyber terhadap negara Estonia tahun 2007 yang melumpuhkan negara itu dalam beberapa hari.

Karena itu, Djoko mengimbau agar masyarakat juga jangan terlena dengan perkembangan teknologi dan harus waspada dengan ancaman yang siap menyerang. Di era keterbukaan informasi publik, Lemsaneg berupaya mengawal serangan cyber kepada masyarakat. Akan tetapi masyarakat juga ikut berperan serta dalam menjaga keamanan informasi yang dimiliki, seperti menjaga data-data di sosial media.

"Kalau kita siap, pasti kita bisa menghalau ancaman tersebut tapi kalau kita terlena dengan teknologi maka kita bisa hancur," katanya.

Menurut Djoko, kerja sama teknis yang segera dilakukan adalah pembangunan kapabilitas cyber security khususnya pengembangan kapasitas SDM melalui pendidikan pascasarjana di bidang Keamanan Informasi.

Lemsenag sendiri sejauh ini memiliki TIM Terpadu seperti kerja sama dengan BIN dan Kemlu. Tim ini akan bekerja terus menerus untuk cek perwakilan di luar negeri. "Mereka cek apakah aman atau tidak, dan hasilnya 90 persen tidak aman, inilah ancaman buat kita," jelasnya.

Sementara itu Rektor ITB Akhmaloka yang menjadi mitra MoU Lembaga Sandi Negara, menyatakan bahwa kerjasama yang dijalin akan dilakukan selama lima tahun, dalam bentuk kerja sama keilmuan dan teknologi sains.

"Peran ITB mempunyai fungsi mengembangkan keilmuan di matematika, nantinya kita bisa mengembangkan ilmu-ilmu itu. Ke depan mungkin bisa jadi basis di Lembaga Sandi Negara akan mengembangkan teknologi IT security yang dimiliki ITB," ujar Akhmaloka.



Sumber : Jurnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar