Kamis, 08 November 2012

Mengenang Sosok Bung Karno dan Bung Hatta


Hari ini, Rabu, 7 November 2012, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno dan Hatta, tepat tiga hari menjelang peringatan Hari Pahlawan, yang selalu diperingati setiap tanggal 10 November. Penganugerahan dilakukan di Istana Negara, Jakarta, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam sambutannya, Presiden menilai, Soekarno dan Hatta adalah sosok yang saling melengkapi.

Soekarno dan M. Hatta
Soekarno dan M. Hatta
foto : kompas.com

Menurutnya, sosok Bung Karno dan Bung Hatta adalah lambang dan sumber inspirasi perjuangan seluruh bangsa Indonesia di seluruh pelosok negeri. Selain itu, tokoh bangsa yang berperan penting dalam menciptakan gagasan dan pemikiran bangsa yang akhirnya dijadikan menjadi landasan konsititusional Republik Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar 1945.

Berikut catatan kecil tentang sosok Bung Karno dan Bung Hatta...

Bung Karno
(Menjabat Presiden 1945-1966)


"Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa. Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri. Apakah itu kebetulan atau suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang memerintah, akan tetapi apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi kemerdekaan rakyatku bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya."

Ungkapan itu disampaikan Bung Karno kepada penulis otobiografinya, Cindy Adam.

Soekarno, yang bernama kecil Koesno, lahir di Blitar, 6 Juni 1901, dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai. Siapa sangka, 44 tahun kemudian, pria yang akrab disapa Bung Karno itu menjadi pembuka pintu bagi Indonesia meraih kemerdekaannya setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah.


Sejak kecil, Soekarno selalu hidup jauh dari orangtuanya. Saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah rakyat, ia indekos di Surabaya, tepatnya di rumah politisi kawakan pendiri Syarikat Islam Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Dari tokoh inilah, semangat kebangsaannya membara. Maklum saja, di rumah HOS Tjokroaminoto kerap digelar diskusi politik. Pada tahun 1921, Soekarno mempersunting putri bapak indekosnya, Siti Oetari.

Petualangan pendidikan Soekarno berlanjut ke Bandung. Di Kota Kembang ini, ia melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian menjadi ITB. Kerja kerasnya berbuah gelar insinyur pada 25 Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno menemukan jodoh yang lain. Inggit Garnasih, yang dinikahinya pada tahun 1923.

Karier politik Soekarno terejawantahkan saat mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), 4 Juni 1927. Tujuannya, mendirikan negara Indonesia Merdeka. Akibatnya, ia ditangkap, diadili, dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijeboloskan ke penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember 1929.

Bebas dari hotel prodeo, 1931, ia kemudian memimpin Partindo. Belanda kembali menangkapnya (1933) dan membuang Soekarno ke Ende, Flores. Dari Ende, ia dibuang ke Bengkulu selama empat tahun. Di sanalah ia menikahi Fatmawati (1943) yang memberinya lima anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rahmawati, Sukmawati, dan Guruh Soekarnoputra.

Tahun 1942, tentara pendudukan Belanda di Indonesia menyerah kepada Jepang. Penindasan yang dilakukan tentara pendudukan selama tiga tahun jauh lebih kejam. Di balik itu, Jepang sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi Indonesia. Penyerahan diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan Hiroshima, dibom atom oleh tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka cakrawala baru bagi para pejuang Indonesia. Mereka tidak perlu menunggu, tetapi merebut kemerdekaan dari Jepang.

Setelah persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir Soekarno dan Drs Muhammad Hatta, mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 52 (sekarang Jalan Proklamasi), Jakarta.

Soekarno juga dikenal berani. Salah satu ungkapan yang dilayangkannya kepada Amerika, "Go to hell with your aid", sempat menggemparkan. Tahun 1965-1966 menjadi saat genting bagi kedudukan Soekarno. Saat itu, terjadi pertarungan berdarah antara PKI dan unsur-unsur bersenjata yang didukung Barat. Bung Karno sadar, tetapi terlambat. Sedikit demi sedikit ia dijepit. Akhirnya guru bangsa yang besar ini disingkirkan dari panggung kekuasaan, dan digantikan Soeharto. Ia wafat pada tahun 1971, sebagai seorang tahanan politik, di negeri yang kemerdekaannya dengan gigih ia perjuangkan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden dan Wakil Presiden pertama RI, Soekarno-Hatta. Gelar pahlawan nasional kepada dua bapak proklamator itu diberikan di Istana Negara, Rabu (7/11/2012) siang.

Menurut Presiden, sosok Bung Karno dan Bung Hatta adalah lambang dan sumber inspirasi perjuangan seluruh bangsa Indonesia di seluruh pelosok negeri.

"Mereka pula tokoh yang membangkitkan dan menyatukan bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dengan tetes darah, harta, dan jiwa. Perjuangan ini terus terpatri di lubuk hati paling dalam," kata Presiden Yudhoyono.

Presiden menilai sosok Bung Karno sebagai politisi dan pejuang ulung. Bung Karno mampu menggelorakan semangat bangsa dan menumbuhkan solidaritas bangsa untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat. Sementara itu, Bung Hatta dinilai sebagai sosok administrator ulung dan diplomat andal yang kemampuannya tidak diragukan lagi di dunia internasional.



Berikut ini catatan kecil tentang Bung Hatta...
Bung Hatta


Mohammad Hatta merupakan satu dari dua tokoh legendaris Indonesia, yang disebut sebagai sang proklamator. Bersama Presiden pertama RI Soekarno, pria yang akrab disapa Bung Hatta ini memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Hatta yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902, adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden yang telah dijabatnya sejak 1945, pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno.


Mohammad Hatta Proklamator dan Pahlawan Nasional RI
Mohammad Hatta Proklamator dan Pahlawan Nasional RIfoto : .merdeka.com

Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.

Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971). Ia memperoleh gelar kehormatan akademis doctor honoris causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada tanggal 27 Nopember 1956.

Setelah meletakkan jabatan sebagai Wakil Presiden, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar doctor honoris causa dalam bidang ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar doctor honoris causa di bidang ilmu hukum.

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 November 1945 di Desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Putri sulungnya, Meutia Hatta, adalah mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan di Kabinet Indonesia Bersatu. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.

Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun, dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. 




Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar