Dalam kurun 20 tahun terakhir, Malaysia dan Singapura sukses menggaet sekitar 60 persen pangsa pasar industri kedirgantaraan dari Paris dan Inggris. Ini terjadi sejak dua negara ini menjadi tuan rumah pameran peralatan pertahanan dalam lingkup maritim dan kedirgantaraan atau luar angkasa serta peralatan sipil lainnya (The Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition/LIMA). Padahal, ajang ini biasanya digelar di Paris dan Inggris.
Prayitno Ramelan dan bukunya, Intelijen Bertawaf: Teroris Malaysia Dalam Kupasan. |
Demikian disampaikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal (Purn) Chappy Hakim saat peluncuran buku Intelijen Bertawaf: Teroris Malaysia Dalam Kupasan karya Prayitno Ramelan, di Apartemen Essence, Jakarta.
"Malaysia dan Singapura telah menyelenggarakan sepuluh kali air show, dan merebut pangsa pasar sekitar 60 persen dari Paris dan Inggris yang berpindah ke Malaysia dan Singapura," kata Chappy, Sabtu (5/12).
Chappy mengatakan, masyarakat dunia telah familiar dengan penyelenggaraan LIMA yang digelar di Langkawi, Malaysia pada tahun ganjil, dan pada tahun genap digelar di Singapura. Pasalnya, jadwal air show ini telah masuk dalam kalender global. Chappy menilai hal ini ironis karena sebenarnya Malaysia dan Singapura belajar penyelenggaraan LIMA dari Indonesia pada tahun 1980-an lalu.
"Yang menyedihkan, mereka (Malaysia dan Singapura) menyelenggarakan air show setelah Indonesia menyelenggarakan air show tahun 1980-an dan setelah itu Indonesia tak lagi menyelenggarakannya," pungkasnya.
SUmber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar