Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Selasa, 19 November 2013
Sadap Indonesia, Australia Harus Bayar Mahal
Mantan Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, menyayangkan penyadapan yang dilakukan negaranya terhadap presiden dan pejabat tinggi Indonesia. Menurut dia, hal ini sangat merugikan Australia. "Ini situasi yang mengejutkan di mana Australia akan membayar harga yang sangat mahal," katanya kepada Sky News. Hal ini, katanya, sangat merusak hubungan baik dua negara bertetangga itu.
Menurut ABC News, nilai perdagangan Indonesia-Australia mencapai US$ 13,7 miliar pada tahun 2012. Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb bersama mitranya dari Indonesia tengah merampungkan draf persetujuan perdagangan bebas kedua negara itu.
Berita penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia menjadi pembicaraan hangat di Negeri Kanguru itu. Hampir seluruh media besar menuliskannya di halaman depan. Terungkapnya penyadapan Australia atas Indonesia berasal dari dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden. Dalam dokumen yang juga diperoleh oleh harian Australia, Sydney Morning Herald, ia mengungkapkan, ada beberapa file penyadapan para pejabat Indonesia, termasuk percakapan pribadi ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, ada satu file yang berisi seluruh percakapan SBY selama 15 hari pada bulan November 2009.
Anggota parlemen Australia asal Tasmania, Andrew Wilkie, mengatakan dirinya mendukung tindakan Snowden membeberkan dokumen materi sensitif tentang Presiden Indonesia itu. "Saya tidak ragu untuk menyebut dia bertindak dalam kepentingan publik ketika dia mengungkapkan informasi itu," katanya kepada wartawan di Canberra. "Ini langkah bagus."
Bagi Australia, kata Wilkie, juga menjadi masukan penting. "Kita jadi tahu bagaimana intelijen kita bekerja," katanya. Ia menyatakan kinerja lembaga intelijen yang menghabiskan anggaran tak sedikit itu harus dievaluasi dengan terbongkarnya kasus ini.
Di Australia, Wilkie adalah anggota Parlemen yang cukup diperhitungkan. Ia adalah mantan analis intelijen yang mengundurkan diri dari pekerjaannya di Kantor Kajian Nasional pada tahun 2003 karena kekhawatiran atas keterlibatan Australia dalam invasi ke Irak.
Senator dari Partai Greens, Scott Ludlam, mengatakan pengumpulan informasi oleh intelijen Australia bersama program pengawasan Amerika Serikat berada di luar kendali. "Apakah kita secara serius percaya bahwa Presiden Indonesia, istrinya, dan tim kepemimpinannya merupakan ancaman keamanan nasional bagi Australia?" katanya.
Mewakili Partai Greens, ia menyatakan harus ada penyelidikan langsung atas hal ini. "Diplomasi, kepercayaan bisnis, dan perlindungan privasi pribadi harus menjadi perhatian utama," katanya. (Tempo)
memang asutralia akan bayar sangat mahal atas kecerobohannya itu. ayo SBY bangunlah, dan beri pukulan telak pada mereka
BalasHapussudah jadi mitos di negara kanguru , kalau bahaya terbesar keamanan datang dari NKRI ........padahal Indonesia adalah negara yang cinta damai ......... hmm ...
Hapushmmm
BalasHapusTunjukkan karakter bangsa Pak SBY
BalasHapuskarakter banci? :-)
HapusAyo..saat nya menunjukan gaya Soelarno..saat kasus POPE....
BalasHapusyg paling penting tiap momment jadikan KEUNTUNGAN buat NKRI,
Gencet balik....
xixixi buka kembali kerja sama jika ada hadiah F-35 yg gress...
tanpa itu ..SEKAT Z ...kasih charge over untuk lalulintas laut nya...:v
Pakemnya ..kondisi gimanapun harus untung..!!
keraguan yg berlebihan kl diblg indonesia ancaman keamanan nasional bagi australia
BalasHapus