Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Kamis, 12 Desember 2013
Korsel Lanjutkan Proyek Pesawat Tempur KFX
Proyek produksi bersama pesawat temput KFX antara Indonesia dengan Korea Selatan masih belum jelas. Namun Menhan Purnomo Yusgiantoro menyebut Korsel justru telah memberi lampu hijau.
"Untuk KFX sudah ada green light dari Korsel, mereka bilang mau diterusin," kata Purnomo usai rapat bersama di Komisi I, di Gedung DPR, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/12/2013).
Meski yakin sudah diberi lampu hijau, namun Menhan belum bisa memastikan kapan proyek itu dimulai. Alasannya, hal itu masih dibahas oleh parlemen Korsel.
"Ini sudah dapat laporannya, keputusannya nanti tergantung kongres, tergantung parlemen sana," paparnya.
Menhan mengatakan, karena sudah mendapat sinyal, para teknisi pun kembali dipersiapkan. "Ini kan prosesnya ada di Bandung juga dan kita masih tahap pengembangan," ucapnya.
Joint production ini sebelumnya sempat berjalan mulus. Tetapi pada tahun 2013 Korsel menyatakan menunda 1,5 tahun proyek ini. (Tempo)
yang terpenting adalah penambahan sukhoi fakpa staeil generasi 5 yang tercanggi hingga dijaman ini milenium tegnologi
BalasHapusLampu hijau sudah ada tapi parlemen Korsel blm memutuskan? Jujur saja saya ragu dengan program ini. Eks Kepala Staf TNI AU Chappy Hakim pun sangat mempertanyakan program ini. Program kerjasama untuk kemandirian industri strategis Indonesia saya dukung selalu, tapi untuk program pesawat tempur kenapa harus sama Korsel? Posisi Industri aviasi Indonesia dan Korsel tidak lah begitu jauh, keunggulan mereka dlm pesawat tempur hanya krn bisa buat KT-1 dan T-50. Itu juga T-50 sepenuhnya mengandalkan teknologi dari Lockheed Martin AS. Korea masih belajar membuat pesawat tempur jet. Kenapa Indonesia mau partner sama yg baru belajar?
BalasHapusKelas pesawat tempurnya saja simpang siur. Pertama sekelas F-16 (Gen-4), sekarang jadinya di antara F-16 dan F-35 atau Gen-4,5. Mesin dari awalnya twin engine menjadi single engine. Desain terakhir sangat mirip dengan F-35 tapi dengan dimensi lebih kecil yang berakibat menurunnya kemampuan radius tempur KFX. Asal tau persayaratan Indonesia dlm proyek ini adl radius tempur pesawat 600 NM. Bandingkan F-35A yang dimensi lbh besar hanya sanggup 590NM.
Berita terakhir sekarang mengatakan Korsel sedang mencari partner industri avionik, radar, dan mesin untuk proyek KFX. Lockheed, Boeing, GE, EADS dll sudah bertemu dgn Korsel membahas kemungkinan mereka untuk terlibat di KFX. Bahkan Korsel pun kesulitan mencari teknologi krusial pesawat tempur moderen dan harus meminta dari produsen barat.
Pembelian F-35 oleh Korsel juga disikapi dengan hati2 oleh AS. Pentagon Chief of the Defense Technology Security Administration baru-baru ini mengancam melarang ekspor KFX jika Korsel ketahuan mencuri teknologi F-35. Mungkin AS tidak mau terkena kasus seperti Jerman dimana Korsel tanpa seijin Jerman berniat menjual teknologi kapal selam kelas 209 kepada Indonesia, yang akhirnya insinyur kita hanya boleh menonton saja proses produksinya.
Turki yang menolak ikut KFX saja memutuskan untuk membuat sendiri pesawat tempurnya dengan bantuan SAAB AB Swedia yang adalah produsen pesawat tempur generasi 4 JAS-39 Gripen. Mereka belajar sama yang punya pengalaman. Kenapa Indonesia tidak? Ada agenda apa dibalik proyek ini?
Kembali lagi ke KFX. Pesawat tempur baru selalu dibuat untuk menjawab tantangan atau ancaman untuk 10-20 tahun ke depan semenjak operasional. KFX direncanakan terbang sekitar 2020-2025. Masa yang sama saat F-35 sudah operasional di Singapura dan Australia.
Indonesia sudah membayar Rp 1,6 Triliun untuk tahap pertama KFX. Skema pesawat blm fixed dan masih di atas kertas. Saya bukan menentang proyek ini tapi kenapa kita harus kerjasama dengan Korsel? Kalau tidak mau dengan barat masih ada China/India yang bisa diajak kerjasama.
Mngantisipasi adanya rencana2 terselubung dr yg semula pnundaan prkmbngan dlm thpan pnelitian n pngembngan proyek IFX/KFX, dng mlanjutkan kmbali proyek IFX/KFX, n ancman A.S jika korsel mnggunakan teknologi IFX/KFX dng rncn Indonesia mnggntikn pswt tmpr F5 yg dikhawatirkn jika Indonesia pilih SU 35 BM, mka dpt mngancam keamanan australia, papua nugini, singapura n filipina serta malaysia sbg bgn negara persemakmuran inggris raya, juga pangkalan A.S di australia, singapura, filipina,thailand,filipina, n papua nugini, tdk ada salahnya jika indonesia jg mengadakan SU 35 BM sbnyak 14 skuadron dan T 50 PAK FA sbnyak 14 skuadron n IFX diadakan sbnyk 7 skuadron, 5 skuadron Rafale, 8 skuadron grippen seri E/F, ditmptkan dipulau2 besar serta jika ada F 16 blok 25 diupgrade blok 52 sbnyk 15 skuadron, yg disebar ke pulau2 terluar.
BalasHapusKalo mau lebih serius langsung saja kerjasama dg Rusia seperti India, kita bs bikin Sukoy yang tercanggih atau T 50 PAK FA sekalian yg setara dg F 22 Raptor atau F 35-nya USA..
BalasHapusMantab kan...?