Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Rabu, 03 Desember 2014
Pendirikan bersama taruna TNI-Kepolisian Indonesia mulai 2015
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, mengatakan pendidikan gabungan taruna tingkat satu Akademi TNI-Akademi Kepolisian direncanakan mulai 2015. Dia katakan untuk dapat membangun kesamaan karakter dan kesamaan persepsi terhadap keamanan dan pertahanan negara.
Sebelum masa pendidikan Akademi TNI dan Akademi Kepolisian Indonesia menjadi tiga tahun pada 1988, para taruna kedua akademi itu menempuh pendidikan empat tahun, dimana tahun pertama adalah masa pendidikan bersama dengan mengambil tempat di Kampus Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Pada masa-masa itu, para alumni kedua akademi itu saling mengenal satu sama lain, walau jumlahnya menjadi lebih banyak -- sekitar 700-800 orang-- sebelum di-"kirim" pada tahun kedua pendidikan ke akademi-akademi tujuan sesuai hasil tes.
Keempat akademi itu adalah Akademi TNI AL (Surabaya), Akademi TNI AU (Yogyakarta), Akademi Militer (Magelang), dan Akademi Kepolisian (Kawasan Candi, Semarang).
Para taruna itu kemudian bertemu lagi pada tahun terakhir pendidikan mereka, pada masa pendidikan Latsitarda, yang mirip dengan konsep Kuliah Kerja Nyata, bersama-sama dengan rekan-rekan sipil, yaitu para mahasiswa perguruan tinggi umum.
Kini, para taruna Akademi TNI dan Akademi Kepolisian kembali mengecap pendidikan selama empat tahun yang setara dengan pendidikan strata satu; ketimbang dulu yang setara diploma tiga.
Moeldoko menyatakan hal itu saat memimpin upacara serah-terima jabatan komandan jenderal Akademi TNI dari Marsekal Muda TNI Bambang Samudro kepada Mayor Jenderal TNI Harry Purdianto, di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Selasa.
Berbagai terobosan, kata Moeldoko, perlu dilakukan mulai dari perubahan struktural, aspek keterampilan internal dengan unit kerja di bawah kepemimpinannya maupun kerja sama eksternal dalam perluasan kapasitas akademis dan wawasan para taruna, sebagai generasi penerus TNI yang dipastikan tantangannya akan lebih berat.
Di sisi lain, Moeldoko mengharap komandan jenderal Akademi TNI dapat memahami dan mewujudkan Budaya Terintegrasi (Integrative Culture), baik terkait kultur integratif TNI yang mampu merangkum budaya keprajuritan di masing-masing matra TNI menuju reformasi budaya TNI pada era demokrasi.
Juga Budaya Terintegrasi dalam konteks berbagai transformasi nilai, yang harus dilakukan bagi pengembangan organisasi, serta mengantisipasi kecenderungan lingkungan nasional dan internasional yang berkembang. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar