Senin, 22 Desember 2014

Silmy Karim Diangkat Jadi Dirut Pindad


Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Silmy Karim jadi direktur utama (dirut) PT Pindad (Persero) menggantikan Sudirman Said yang sudah jadi Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Silmy Karim
Silmy Karim
Pelantikan dilakukan di kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, hari ini sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah dilantik, Silmy pun menemui awak media yang bertugas di Kementerian BUMN.

"Pertama, ada amanah dari UU No 16 tahun 2012 untuk kemandirian industri pertahanan," ujarnya di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/12/2014).


Ia mengatakan, porsi Pindad adalah yang digunakan oleh matra darat, angkatan darat, dan kepolisian. Nah, hal tersebut yang akan jadi fokus Silmy saat memimpin Pindad ke depan.

"Hal ini akan yang dijadikan fokus kita memenuhi perencanaan kebutuhan TNI Polri. Nah, kita lihat dalam 5-10 tahun ke depan apa yang dibutuhkan oleh mereka," jelasnya.



Janjikan Kemandirian Industri Pertahanan

Kepastian pengangkatan Silmy disampaikan oleh Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Muhamad Zamkhani, dengan menyerahkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-270/MBU/12/2014 disaksikan jajaran direksi dan komisaris Pindad di kantor Kementerian BUMN, Senin (22/12/2014).

Zamkhani meminta agar Silmy dan jajaran direksi lebih bisa fokus dalam peningkatan kapasitas produksi dan pemenuhan kebutuhan alutsista TNI/Polri yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.


Dirut Baru Pindad Janjikan Kemandirian Industri Pertahanan

“Kini susunan dewan direksi telah lengkap, dengan demikian Pak Silmy bisa kerja lebih keras dan solid untuk menjawab kebutuhan pasar alutsista domestik bagi TNI dan Polri," ujar Zamkhani.

Silmy dalam kesempatan ini menyambut baik penunjukan dirinya sebagai Direktur Utama Pindad. Sosok yang dikenal sebagai profesional yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan pertahanan ini telah lama menggeluti kebijakan dan seluk beluk industri pertahanan di Indonesia.

Dalam kesempatan sama, Silmy menegaskan sikapnya menguatkan kemandirian industri pertahanan yang telah menjadi tugas pokok Pindad.

"Saya sedang pelajari, dan kami yakin dengan dukungan pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya dari Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN, TNI dan Polri, Pindad mampu merancang program peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar domestik," ujarnya.

Menurutnya, peningkatan kapasitas produksi ini, sejalan dengan tekad manajemen untuk menjawab tantangan membangun kemandirian industri pertahanan.

Dalam catatan Silmy, manajemen Pindad akan fokus pada produksi peluru berbagai kaliber, termasuk kaliber besar seperti 20 mm dan 105 mm yang diperlukan TNI, juga kendaraan tempur yang telah dirintis dengan hadirnya panser Anoa, kendaraan taktis Komodo hingga panser kanon 90 mm yang diberi nama Badak.

"Di persenjataan pun kami akan lebih mengasah kemampuan dengan melahirkan produk unggulan seperti yang telah dirintis rekan-rekan dengan hadirnya senapan serbu 7,62 mm hingga senapan penembak runduk (SPR2) yang mampu menjangkau sasaran efektif 2 kilometer dengan peluru 12,7 mm," katanya.

Di samping peningkatan kapasitas produksi, strategi lain yang akan dipertajam oleh Silmy adalah dengan menggandeng mitra strategis dari manca negara yang telah memiliki reputasi dan jaringan pemasaran alutsista global.

Lebih lanjut dikatakan Silmy, Pindad telah merintis berbagai program kemitraan strategis yang dapat membantu terjadinya alih teknologi dan pembukaan pasar baru.

Dirinya pun memberikan contoh soal upaya kerjasama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) yang juga berinduk ke Rheinmetall di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang.

Hal itu merupakan bagian dari upaya strategis untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi bagi para karyawan Pindad untuk memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI.

"Lebih dari itu sekaligus kami menekankan pula pada kerjasama ini mesti mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari supply chain global yang harus kita kuasai kelak," ujarnya.

Di mata Silmy industri pertahanan nasional mesti tumbuh sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Silmy yakin betul bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian industri pertahanan nasionalnya.

"Jangan mau ketinggalan dari negara lain, kebangkitan dan pertumbuhan industri pertahanan cermin keberhasilan pembangunan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia sekaligus ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa," ujarnya.
(Detik|Tribunnews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar