Pada 1945 Jepang dinyatakan kalah dalam Perang Dunia II. Sebagian tentara Jepang di Indonesia kembali ke negara asal. Tapi sebagian lagi ternyata memilih tetap berada di Indonesia untuk membantu pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda.
Sakari Seorang Veteran Kemerdekaan yang berasal dari Jepang lalu beralih ke warga negara Indonesia, Ia merasa perjuanganya sia-sia melihat banyaknya kasus korupsi yang terjadi di bangsa ini. |
Dalam Sosok Minggu Ini yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (17/8/2014), Yayasan Warga Persahabatan mencatat, 903 orang tentara Jepang memilih membela Indonesia. Dari jumlah itu, 243 orang gugur dalam pertempuran, 228 lainnya dinyatakan hilang dan 324 orang akhirnya memilih Indonesia sebagai tanah air baru.
Salah satu di antara mereka yang menjadikan Indonesia sebagai tanah airnya, Sakari Ono atau kini dikenal sebagai Rahmat Shigeru Ono. Di usia 20-an, Sakari Ono dikirim ke Indonesia. Ia ditugaskan memberi pelatihan teknik bertempur pada pejuang Indonesia.
Ketika Jepang dinyatakan kalah perang, Sakari menolak pulang ke Negeri Sakura. Ia memilih angkat senjata bersama para pejuang Indonesia. Bagi Sakari, pilihan dan langkahnya adalah perwujudan dari janji Kaisar Jepang. Sakari tidak ingin Jepang disebut sebagai penjajah.
Sakari bertanggungjawab penuh terhadap pilihannya. Ia bertempur sepenuh hati. Di mata mereka yang berjuang bersamanya, Sakari seakan tidak kenal takut. Ia bahkan kehilangan tangan kiri di salah satu pertempuran membela kemerdekaan Indonesia.
Sakari akhirnya menikah dengan perempuan asli Indonesia dan dikaruniai 6 orang anak. Namanya berganti menjadi Rahmat Shigeru Ono. Karena jasa-jasanya di zaman perjuangan, Rahmat Shigeru Ono mendapat bintang gerilya pada 1958 di zaman Presiden Sukarno.
Rahmat Shigeru Ono cinta Indonesia. Tapi pejuang kemerdekaan ini sering prihatin dengan situasi Indonesia yang sekarang penuh dengan kasus-kasus korupsi. Rahmat bahkan sering merasa perjuangannya sia-sia.
Sekarang di usia 95 tahun, Rahmat adalah satu-satunya bekas tentara Jepang pembela Indonesia yang masih hidup. Saat Indonesia merayakan hari kemerdekaan ke 69, Rahmat tengah terbaring sakit.
Pejuang kemerdekaan ini tak bisa lagi berbicara panjang. Tapi Rahmat tetap berharap bangsa Indonesia akan bersinar dan semakin jaya.
"Indonesia itu maju... lebih kuat... secara internasional... itu harapan...." ucap Rahmat sambil terbaring lemah di rumah sakit. (Liputan6|Sun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar