Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan saat ini tren politik internasional memasuki suatu masa yang ia sebut dengan "warm peace" atau era perdamaian yang hangat karena meski di hampir seluruh belahan dunia tercapai perdamaian namun masih ada konflik dan juga eskalasi masalah politik yang bisa berimplikasi pada terjadinya perseteruan bahkan menjurus peperangan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (REUTERS/Daniel Hartley-Allen) |
"Era perdamaian yang hangat ini masih jauh dari kondisi perdamaian yang hakiki. Ketika hubungan antara kekuatan besar stabil dan kooperatif, masih ada `seismic power` yang bisa terus mendorong perubahan sistem internasional," kata Presiden saat menghadiri peresmian Strategic Review Forum bekerjasama dengan Foreign Policy Association di Pricewaterhouse Coopers Building, New York, Rabu (26/9) waktu setempat atau Kamis (27/9) waktu Jakarta.
Kepala Negara mengatakan saat ini di sejumlah wilayah masih menyimpan potensi konflik yang bisa berkembang menjadi peperangan. Ia menunjuk kawasan di Semenanjung Korea dan juga di Timur Tengah.
"Salah satu tantangan terberat yang dihadapi era ini adalah bagaimana mengakomodasi munculnya kekuatan baru pada abad 21 pada sistem internasional," kata Presiden.
Presiden menjelaskan kekuatan baru dalam sistem internasional saat ini tidak hanya merujuk pada negara dengan pengaruh politik dan militer yang kuat namun juga negara sebagai kekuatan ekonomi. Kepala negara kemudian memaparkan kekuatan ekonomi bisa mendorong kerjasama yang penting untuk sektor pangan, energi, lingkungan dan tentu saja semua hal yang terkait dengan ekonomi sehingga bisa mendorong kesejahteraan.
"Munculnya kekuatan baru ini menghasilkan sebuah fenomena baru yaitu terjadinya proliferasi kerjasama strategis. Lebih dari itu, kekuatan baru mendorong kerjasama dipolomatik dan juga inisiatif kerjasama lainnya. Proses ini berjalan secara sporadis dan tidak memiliki pola," tegasnya.
Presiden menerangkan, kerjasama antar negara-negara yang tampil sebagai kekuatan baru itu, kemudian mendorong adanya aktivitas diplomasi dan politik diantara mereka yang kemudian ingin menjadi bagian dari solusi sebuah masalah di tingkat regional dan global. Selain ingin memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah, tak jarang posisi sebagai pemegang kendali yang sangat berpengaruh juga diinginkan.
"Sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, sebagai contoh, mendefinisikan kerjasama regional yang sehat melalui ASEAN Community dan ASEAN Centrality, di mana mereka menjadi pemain utama di kawasan," kata Kepala Negara.
Menurutnya berkembangnya kekuatan baru membawa dampak positif bagi sistem internasional. Tak hanya dari sisi ekonomi, dari sisi budaya pun saat ini tidak ada lagi budaya satu negara yang mendominasi dan sifatnya global, semua kebudayaan memiliki peluang yang sama untuk bisa mendunia dan mempengaruhi perkembangan global. Dari sisi ekonomi, kekuatan ekonomi baru juga bisa membantu dunia ketika mengalami krisis ekonomi.
Hadir dalam acara itu George Soros, Prof. Kishore Mahbubani, Lakhdar Brahimi dan Professor Don Emmerson serta pengamat dan praktisi hubungan internasional lainnya.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar