Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Kamis, 08 November 2012
Industri Pertahanan Harus Komprehensif
Pembangunan industri pertahanan dalam negeri harus komprehensif. Demikian salah satu pesan yang diangkat Wakil Presiden Boediono saat membuka pameran industri pertahanan Indo Defence V di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (7/11). Menurut Boediono, industri pertahanan adalah salah satu industri yang mengedepankan teknologi.
"Jadi, dalam membuat rencana dan rancangan, harus diintegrasikan dengan kemampuan secara luas, baik dari industri itu sendiri maupun dengan universitas sebagai motor riset. Kalau tidak, tidak tentu industri pertahanan kita akan mandek," kata Boediono. Pengalaman di banyak negara, Boediono menyebutkan industri pertahanan berkembang sukses karena tumbuh berbarengan berkembangnya industri lain dan riset di perguruan tinggi.
Industri pertahanan, tambah dia, tak bisa tumbuh sendiri tanpa dukungan dari industri lain. Keberadaan UU Industri Pertahanan, lanjut Boediono, bisa menjadi pemandu bagi semua pelaku industri pertahanan. "Tentu sekarang masalahnya bagaimana UU ini diterjemahkan dan direalisasikan dalam program yang lebih operasional dan konkret. Tapi, soal cost dan quality-nya tidak bisa dikesampingkan," lanjut Wapres.
Dia juga menyoroti agar industri pertahanan dalam negeri bekerja sama dengan industri pertahanan di luar negeri yang sudah mapan. Boediono mengatakan banyaknya persetujuan antara pemerintah maupun DPR dengan sejumlah negara dalam mengembangkan industri pertahanan merupakan celah yang bagus untuk mengembangkan industri di kedua belah pihak.
Wapres mengapresiasi penyelenggaraan pameran ini. Menurut dia, dari pameran ini pelaku industri pertahanan bisa mendapatkan banyak insipirasi untuk meningkatkan kualitas produknya di masa mendatang. Industri pertahanan, lanjut dia, merupakan salah satu omzet terbesar.
Merujuk pada pengeluaran anggaran militer pada 2011 yang mencapai 1.735 miliar dollar AS, bisnis pertahanan cenderung stabil. Jumlah tersebut, menurut Boediono, adalah 2,5 kali lipat pendapatan domestik bruto Indonesia atau hampir 10 kali lipat APBN Indonesia. "Jadi, ini peluang yang luar biasa bagi suatu negara," kata dia.
Saat ini, belanja pertahanan Indonesia baru 0,7 persen dari PDB dalam negeri. Ke depan, Boediono berharap dapat terus meningkat dan memberikan peluang bagi pelaku industri pertahanan. Jika dilihat statistik impor alutsista, Indonesia menempati urutan ke-15.
50 Negara
Sebanyak 600 perusahaan dari 50 negara berpartisipasi dalam pameran ini, di antaranya PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT Pindad, PT LEN, PT Lundin, Lockheed Martin, Damen Schelde Naval Shipbuilding, DSME, EADS, Team Australia, Russian Technologies, Bel Tech Export, SSM, Ukrspecexport, Rheinmetall, dan Renault Truck Defense.
Pameran ini dirancang dapat menampung 20 ribu pengunjung, praktisi industri pertahanan, serta praktisi militer. Adapun delegasi resmi dari luar negeri yang ikut serta dalam pameran ini antara lain Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Malaysia, Singapura, Th ailand, Vietnam, Azerbaijan, Belanda, Bosnia Herzegovina, India, Korea Selatan, Prancis, Republik Ceko, Turki, China, Brasil, Republik Kongo, Ukraina, Pakistan, Qatar, Belarus, Ekuador, dan Iran.
Sumber : Koran Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar