Tak gampang mengawasi seluruh teritori Kalbar, terutama wilayah perbatasan Kalbar-Sarawak, Malaysia Timur yang rawan penetrasi pesawat asing atau gerakan lawan.
“Dalam waktu dekat ini kita akan dapat bantuan kekuatan satu skuadron pesawat tanpa awak. Kita berharap 2013 ini sudah datang dan siap dioperasikan,” ungkap Danlanud Supadio Kolonel Pnb Ir Novyan Samyoga saat berkunjung ke Redaksi Rakyat Kalbar di Graha Pena Kalbar Jalan Soekarno-Hatta, Kamis (17/1) sore.
ilustrasi (http://pusdikintel.blogspot.com) |
Teknologi maju yang akan digunakan Angkatan Udara khususnya di Kalbar yang berpangkalan di Lanud Supadio sudah menjadi kebutuhan baik pertahanan udara maupun menjaga kedaulatan Republik Indonesia.
Karena itu TNI AU tidak punya pilihan lain selain menempatkan satu skuadron pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV) di Lanud TNI AU Supadio Pontianak.
UAV yang tidak tertangkap radar itu merupakan yang pertama di Kalimantan dan ditempatkan di Supadio. Novyan mengatakan keberadaan pesawat pengintai UAV akan sangat membantu menjaga pertahanan NKRI khususnya di Kalbar.
Pasalnya, tambah Danlanud, Meksiko dan Amerika saja yang sudah didukung dengan segala peralatan dipasang masih menggunakan pagar kawat. Sementara perbatasan Indonesia-Malaysia tidak ada sama sekali perlindungan tersebut.
“Kita harapkan nanti pesawat pengintai itu tidak hanya mengawasi keamanan juga perdagangan ilegal. Terutama perdagangan barang haram seperti narkoba. Selain itu juga kejahatan internasional yang semakin rawan di perbatasan,” kata Novyan.
Ia menambahkan, pesawat tanpa awak itu tidak hanya mengawasi perbatasan darat tetapi juga laut. Pengawasan akan dilakukan sejauh efek side pesawat tersebut. Seperti diketahui, Kepulauan Natuna termasuk salah satu wilayah yang bisa dijangkau dari Supadio.
“Pesawat yang akan beroperasi nanti diperkirakan kemampuannya sekitar 400 km di perbatasan laut. Saat ini kita masih menunggu kedatangan UAV tersebut. Semuanya berdasarkan perintah Menteri Pertahanan,” jelas mantan ajudan wakil presiden tahun 2009 ini.
Novyan Samyoga juga mengakui Kalbar rawan di bidang keamanan dan pertahanan sebagaimana wilayah perbatasan umumnya. Tetapi untuk keamanan ranahnya Polri, sementara TNI fokus pada pertahanan.
“Kita bisa membantu Polri dengan catatan ada permintaan. Tetapi pada intinya kami tugasnya dalam hal keamanan. Kita bersyukur skuadron UAV ini hanya ada di Kalbar, karena kita berada di perbatasan,” jelasnya.
Novyan menambahkan, untuk di Kalimantan, skuadron tanpa awak ini hanya dioperasikan di Kalbar. Walaupun idealnya perlu beberapa skuadron udara. Tetapi memang kondisi ekonomi belum memungkinkan.
“Tetapi yang paling rawan di Kalbar. Pesawat tanpa awak itu hanya mengawasi wilayah NKRI, tidak boleh ke Malaysia. Keuntungannya, melalui pesawat itu kita bisa mengamati Malaysia tergantung sensitivitas sensor yang dimiliki,” tutur lulusan AKABRI Udara tahun 1989 itu.
Pesawat itu juga tidak bisa ditangkap radar militer. Termasuk radar untuk penerbangan yang ada di Bandara Supadio tidak bisa melacak atau menjejaki UAV itu.
Sumber : Equator
Saya usul sebaiknya TNI berkolabirasi dengan Civitas akademik PTN/ PTS seluruh RI untuk membuat dan mendesain pesawat tsb kemudian mahasiswa yang lolos seleksi tsb direkrut menjadi tim ahli di TNI untuk proses lebih lanjut sehingga secara tidak langsung TNI terdiri dari orang-orang brilian dan mahasiswa tsb mendapat pekerjaan sesuai keahliannya .....
BalasHapus