Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengakui, tindakan represif seperti penangkapan dan pemenjaraan tak bakal menyelesaikan permasalahan tindak pidana terorisme di Indonesia.
Ketua BNPT Ansyaad Mbai mengungkapkan, sejak tahun 2000 hingga kekinian selalu diterpa aksi terorisme dari kalangan fundalamentalis agama. Aksi itu, terus marak meski polisi sudah menangkap banyak anggota-anggota kelompok teroris sayap kanan tersebut.
"Indonesia sudah dipuji masyarakat internasional karena banyak nenangkap pelaku terorisme. Bahkan, prosedur kita menjadi model dalam penanganan terorisme di banyak negara. Sudah 900 orang lebih teroris ditangkap, dan 600 lebih di antaranya dibawa ke pengadilan dan divonis, ini dianggap keberhasilan," ungkap Ansyaad di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (7/12/2013).
Meski dianggap sukses, kata dia, masyarakat terus dihantui aksi-aksi kekerasan bersifat teroristik. "Karenya, ada asumsi bahwa tindakan fisik, pemenjaraan, atau penangkapan, tidak bisa menghentikan mereka, karena ini masalah keyakinan, keyakinan agama," ujarnya.
Ansyaad menjelaskan, penyebab utama aksi terorisme di Indonesia adalah penafsiran eklektis terhadap dalil keagamaan.
"Karenanya, untuk menghentikan terorisme, tidak bisa dilakukan melalui cara represif. Tapi perlu tindakan persuasif seperti ceramah keagamaan dari alim ulama yang memiliki pemahaman komprehensif," tuturnya.
Untuk itu, kata dia, BNPT bersama Kementrian Agama dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM, mendatangkan tiga ulama dari Timur Tengah.
ketiganya ialah Syekh Ali Hasan al-Khalaby dari Jordania, dan Syekh Najih Ibrahim serta Syekh Hisyam al Najjar dari Mesir.
Sejak Sabtu (7/12/2013) sampai 14 Desember 2013, ketiga ulama itu bakal berbagi pengalaman melalui dialog bersama para narapidana terorisme yang menghuni LP Nusakambangan dan Cipinang.
"Selain itu, tiga ulama tersebut juga akan menjadi pemateri dalam seminar dan dialog bersama tokoh-tokoh nasional," tandasnya. (Tribun)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Minggu, 08 Desember 2013
Penjara tak Bisa Menghentikan Terorisme
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Kelebihan Pesawat Airbus A400M Yang Akan Di Beli TNI AU
- Kapal Patroli Hiu Dihadang Kapal Coast Guard Malaysia Di Perairan Indonesia
- Prajurit Kopassus TNI, Lebih Takut Pelatih daripada Setan
- KRI Banda Aceh-593 dan KRI Halasan-630 Ikuti Pameran Maritim di Malaysia
- Mabes TNI Beri Penjelasan Terkait Mobil TNI Angkut Logistik di Acara Prabowo-Sandi
Berita Populer
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letjen TNI R Ediwan Prabowo, Selasa (11/11), memimpin The 10th Indonesia – Russia Commission Meet...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/09/201...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima Bintang Kehormatan DKAT (Darjah Kepahlawanan Angkatan Tentera) dari Pemerintah Malaysia, Sen...
-
PT Pindad (Persero) akan meluncurkan 2 panser Anoa varian terbaru pada awal November 2014 di acara Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran, Ja...
-
Dua perusahaan plat merah, PT Dahana (Persero) dan PT Sucofindo (Persero) bersinergi dalam penyediaan barang dan jasa di sektor bahan peleda...
-
Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin menegaskan, pihaknya sama sekali tidak membawa kepentingan tertentu da...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar