Kebutuhan produk bahan peledak di Indonesia masih tinggi. Permintaan bahan peledak umumnya datang dari perusahaan tambang batu bara, semen, minyak, hingga emas yang berlokasi di bumi pertiwi.
Dari permintaan bahan peledak sekitar 400.000 ton per tahun, mayoritas masih dipasok oleh perusahaan pembuat bom nomor 1 dan 2 dunia. Layaknya madu, pasar bom Indonesia menjadi rebutan bagi produsen bahan peledak dalam dan luar negeri.
“Namun sebagian besar pasarnya masih dipegang oleh pemain asing. Nomer 1 di dunia Orica yang nomer 2 itu Dyno. Mereka pemainnya,” kata Chief Executive Officer (CEO) PT Dahana (Persero) Harry Sampurno kepada detikFinance di Pabrik Dahana di Subang, Jawa Barat, Jumat (9/5/2014).
Dahana sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kategori strategis yang mengembangkan dan memproduksi produk bom untuk kebutuhan industri dan militer.
Harry menjelaskan Dahana mampu menghasilkan produk bom tambang hingga kapasitas 150.000 ton. Kapasitas ini diperoleh dari tambahan pasokan bahan baku (Amonium Nitrat). Pasokan itu datang dari pabrik bahan baku di Bontang, Kalimantan Timur.
“Sekarang menjadi 75.000 ton. Karena kita melakukan services di lapangan sudah di 30 lokasi. Sehingga totalnya menjadi sekitar 150.000 ton,” sebutnya.
Harry menuturkan pasar terbesar produk bahan peledak datang dari tambang milik perusahaan sekelas Newmont, Freeport Indonesia, Adaro, hingga Kaltim Prima Coal.
Khusus tambang terbesar di Indonesia seperti milik Freeport dan Newmont, pasokan bahan peledak dikuasai oleh perusahaan asing dunia.
“Kalau Freeport dan Newmont belum. Kalau saja dikurangi. Di luar dikuasai asing itu. Dahana kira-kira 60% menguasai pasar. Memang besar. Kalau digabung dengan 2 besar itu, kita menjadi kurang dari 20%,” paparnya.
Meski harus bersaing ketat dengan perusahaan asing, produk dalam negeri tak kalah bersaing. Putra-putri Indonesia mampu mengembangkan dan memproduksi produk bahan peledak bersertifikasi.
“Kalau dari sisi produk, itu nggak kalah. Yang kalah itu dari soal branding, kemampuan modal, kemampuan manajerial itu yang kita kalah. Itu kita akui,” tegasnya.
Untuk industri tambang, Dahana terus memperluas ekspansi usahanya. Hal ini didukung dengan kapasitas produksi yang terus ditingkatkan. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 12 Mei 2014
Produsen Bom Kelas Dunia Berlomba-lomba Jualan di Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
AH-64E Apache Untuk Indonesia merupakan tipe terbaru walau bukan tercanggih (AH-64D Longbow sebagaimana dimiliki Angkatan Darat Singapura) ...
-
Kejutan menyenangkan datang di akhir tahun 2013 ini. Sejumlah pengadaan alutsista yang termaktub dalam MEF terus berlangsung, bahkan di perc...
-
Densus 88 menerima pelatihan, dukungan perbekalan dan operasional yang luas dari Kepolisian Federal Australia. Namun muncul bukti yang sema...
-
Mantan Presiden dan Menristek BJ Habibie angkat bicara soal rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selat...
-
6 Polwan cantik yang merupakan presenter NTMC POLRI, Rabu (2/3) pagi mengikuti kegiatan latihan menembak yang berlangsung di Lapangan Tembak...
-
Ekspedisi Belanda tiba di Nusantara pada 1596. Kapal-kapal Belanda menyusul, hingga terbentuk The Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). ...
-
Pesaing utama rudal AIM-120 AMRAAM andalan Amerika Serikat, R-77 kerap dijuluki AMRAAMSKI. Pertanyaan paling mendasar, sehebat apakah rudal ...
-
Pembangunan pesawat tempur generasi baru berkemampuan siluman KFX/IFX merupakan projek prestisius dalam bidang militer antara Korea Selatan ...
-
Presiden ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa mengandalkan sumber daya manus...
-
Puncak Everest di Pegunungan Himalaya, dengan ketinggian 8.848 meter, merupakan impian bagi setiap pendaki gunung di dunia untuk bisa mencap...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar