Doktrin pertahanan yang bernama “masuk dulu baru digebuk” sudah mulai ditinggalkan oleh pengawal republik dan berganti baju dengan “berani masuk digebuk”. Ini sejalan dengan hakekat rencana pembentukan Kogabwilhan yang menyatukan komando matra darat, laut dan udara dalam satu komando gabungan di hotspot yang diprediksi menjadi pusat konflik teritori. Setidaknya ada 4 hotspot yang disiapkan, dua diantaranya hotspot teritori yaitu Ambalat dan Natuna. Dua lainnya adalah hotspot separatis yaitu Aceh dan Papua.
Natuna adalah hotspot yang harus dipersiapkan untuk menjadi titik tumpu pertahanan berskala brigade gabungan. Pembangunan pangkalan angkatan laut dan udara saat ini untuk bisa menampung beberapa kapal perang dan jet tempur secara permanen merupakan keniscayaan untuk memastikan doktrin berani masuk digebuk, bisa dipercaya. Bukan apa-apa, kita sedang berpacu dengan waktu karena demam yang tak kunjung usai bahkan tensi semakin meninggi dengan aura sengketa batas teritori yang saling berklaim di seberang pagar Natuna yang kaya itu.
Pembangunan pangkalan militer di Natuna untuk ketersediaan alat tempur utama yang dibutuhkan seperti kapal perang berkualifikasi striking force, sejumlah jet tempur, helikopter tempur, satuan radar, satuan peluru kendali anti serangan udara, batalyon infantri dan intelijen gabungan. Memperkuat Natuna mirip-mirip dengan memperkuat Tarakan di Kaltara ketika konflik Ambalat memanas beberapa tahun silam. Natuna hampir sama dengan Tarakan, sama-sama sebuah pulau yang disekitarnya kaya dengan sumber daya alam tak terbarukan.
Saat ini di pulau Tarakan sudah tersedia brigade gabungan AD, AL dan AU. Lanud Tarakan sudah dinaikkan kelasnya, mampu “menginapkan” jet tempur segala jenis, sudah tersedia satuan radar militer, pangkalan AL sedang dikembangkan, kapal perang berpatroli rutin setiap saat. Di Nunukan juga sudah dipersiapkan 1 brigade TNI AD berikut satuan intelijen dan satuan radar yang mampu mengawasi pergerakan pesawat di Sabah Malaysia. Hasilnya, jiran sebelah tak segalak dulu lagi, bahkan suaranya sudah “nyaris tak terdengar” di sekitar Ambalat.
Latihan gabungan AU dan AL dengan komando Hanudnas selama sepekan ini yang berakhir di penghujung Oktober 2014 di Natuna, Batam, Dumai dan Pontianak adalah untuk menguji koordinasi, komunikasi dan kecepatan respons terhadap adanya ancaman di garis border itu. Tiga jenis jet tempur dilibatkan yaitu 4 Sukhoi, 6 F16 dan 8 Hawk bersama sejumlah kapal perang yang disiagakan di Dumai, Batam dan Natuna. Pesan jelasnya adalah mensimulasikan doktrin berani masuk digebuk, termasuk adanya force down pesawat sipil Singapura yang nyelonong masuk teritori pada saat latihan itu berlangsung.
Kehadiran militer berkualifikasi siap tempur di Natuna bersama sejumlah alutsistanya sejatinya mendapat dua manfaat sekaligus. Dalam beberapa tulisan terdahulu kita berpandangan bahwa pembangunan kekuatan militer di Natuna seperti peribahasa, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Maksud utamanya adalah untuk menjaga teritori kita dari ancaman “lidah naga”. Benarlah kemudian karena ternyata pembangunan pangkalan militer itu memberikan manfaat kedua, mampu memberikan nilai gentar pada negara jiran. Beberapa pendapat di forum militer Malaysia memberikan makna strategis bagi militer Indonesia karena pangkalan militer Natuna dikhawatirkan mampu memberikan sekatan alias blokade militer dari Semenanjung Malaysia ke Sarawak dan Sabah jika konflik terjadi di Ambalat.
Kita meyakini bahwa dalam waktu 2-3 tahun ke depan Natuna sudah tersedia kekuatan menyengat untuk pihak lawan yang ingin mengganggu. Natuna memang dipersiapkan model pertahanan sarang lebah untuk musuh dari Utara namun kalau ada tetangga kiri kanan yang merasa khawatir, itu adalah dampak dari strategi pertahanan RI yang bermain cantik tanpa harus menyinggung perasaan tetangga. Kalau mau khawatir sih boleh-boleh saja. Kita juga khawatir jangan-jangan Natuna juga diklaim atau mau dicaplok. Jadi pembangunan pangkalan militer di Natuna adalah implementasi konsep Kogabwilhan untuk membentengi diri dari kekuatan Utara yang punya ambisi ekspansi teritori.
Sudah tentu isian alutsista untuk memperkuat militer Indonesia di renstra kedua MEF ini akan semakin gahar lagi. Disamping mempersiapkan Natuna juga mempersiapkan Biak untuk home base skuadron tempur dan Sorong untuk home base Marinir yang dikembangkan menjadi 3 divisi. Sangat wajar dengan tambahan 2-3 skuadron tempur dalam lima tahun ke depan bersama 100 tank Amfibi dan sejumlah kapal selam, fregat,korvet atau KCR. Alutsista jenis lain yang diprediksi datang adalah satuan peluru kendali anti serangan udara jarak sedang, sejumlah radar militer, pesawat UAV.
Natuna adalah pertaruhan kehormatan dan harga diri kedaulatan. Mempersiapkan Natuna adalah dalam rangka pertaruhan kedaulatan itu dari kacamata militer. Jangan lupa ruang diplomasi yang menjadi kekuatan tawar setara itu harus dibayangi dengan kekuatan militer agar tidak ada unsur “anggap enteng” karena sekali lagi negara yang kekuatan militernya setingkat anjing kampung akan ditertawakan oleh pihak sana. Jadi disamping punya keandalan dan kecerdasan diplomasi juga harus dikawal dengan kekuatan milter segahar herder.
****
( Jagvane | Analisisalutsista )
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Selasa, 04 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Kelebihan Pesawat Airbus A400M Yang Akan Di Beli TNI AU
- Kapal Patroli Hiu Dihadang Kapal Coast Guard Malaysia Di Perairan Indonesia
- Prajurit Kopassus TNI, Lebih Takut Pelatih daripada Setan
- KRI Banda Aceh-593 dan KRI Halasan-630 Ikuti Pameran Maritim di Malaysia
- Mabes TNI Beri Penjelasan Terkait Mobil TNI Angkut Logistik di Acara Prabowo-Sandi
Berita Populer
-
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letjen TNI R Ediwan Prabowo, Selasa (11/11), memimpin The 10th Indonesia – Russia Commission Meet...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/09/201...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima Bintang Kehormatan DKAT (Darjah Kepahlawanan Angkatan Tentera) dari Pemerintah Malaysia, Sen...
-
PT Pindad (Persero) akan meluncurkan 2 panser Anoa varian terbaru pada awal November 2014 di acara Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran, Ja...
-
Dua perusahaan plat merah, PT Dahana (Persero) dan PT Sucofindo (Persero) bersinergi dalam penyediaan barang dan jasa di sektor bahan peleda...
-
Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin menegaskan, pihaknya sama sekali tidak membawa kepentingan tertentu da...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Selasa (1/3) malam kemarin terjadi baku tembak tak jauh dari pintu masuk Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Rupanya baku tembak tersebut ant...
-
Kebutuhan prajurit TNI terhadap peluru per tahunnya masih defisit sekitar 450 juta butir. Kekurangan itu coba dipasok PT Pindad yang awal ta...
-
Menurunnya visi kemaritiman bangsa Indonesia setelah era Presiden Sukarno disebabkan karena masih melekatnya visi kontinental yang terpatri ...
semoga semakin canggi tegnologi indonesia apa lagi nanti di tambah skuadron jet tempur uav f35 NKRI maritim natuna remote radar satelite auto ,
BalasHapusmantap..maju terus TNI doa rakyat bersamamu
BalasHapusyang hrs diperkuat tni al.. dan tni au...perbanyak kapal perang dan pesawat tempur...serta rudal......
BalasHapusmaju terussss..
BalasHapus