Pemerintah Republik Rakyat China sedang mematangkan rencana pembangunan sebuah terusan atau kanal di Kra Isthmus, Thailand, yang dapat memersingkat pelayaran dari Laut China Selatan menuju Samudera India dan sebaliknya.
Dengan terusan di Thailand ini, kapal-kapal yang membawa muatan dari Afrika, Timur Tengah melalui India menuju China, Korea dan Jepang, atau sebaliknya, tidak perlu lagi singgah di Selat Malaka.
Terusan ini akan mengefisienkan pelayaran, dan di sisi yang lain bisa membuat Selat Malaka dan Kepulauan Indonesia sepi dari kapal-kapal asing. Tentu saja, selain Indonesia, Malaysia dan Singapura juga akan terkena dampak pembangunan Terusan Kra Isthmus.
Dari sejumlah catatan diketahui bahwa upaya Thailand mengalahkan Selat Malaka sudah ada lebih dari 300 tahun lalu. Ketika itu Thailand yang kita kenal sekarang ini belum lagi ada.
Negara di sekitar kawasan tersebut adalah Ayutthaya. Disebutkan, pada tahun 1677, Raja Somdet Phra Narai Maharat alias Ramathibodi III alias Ramathibodi Si Sanphet yang berkuasa antara 1656 hingga 1688 meminta bantuan insinyur Prancis, de Lamar, untuk membuatkan sebuah kanal. Raja Narai menginginkan kanal itu untuk menghubungkan Songkhla dengan Marid yang kini dikenal sebagai Myanmar.
Tetapi gagasan Raja Narai kala itu tidak bisa dipraktikkan karena teknologi yang belum memungkinkan.
Gagasan membangun terusan atau kanal kembali muncul ke permukaan di penghujung abad ke-18. Raja Siam ketika itu, Phraphutthayotfa Chulalok yang juga dikenal sebagai Raja Rama I yang berkuasa 1782-1809 menilai pembangunan terusan diperlukan untuk memperkuat wilayah barat Siam.
Tetapi, baru pada awal abad-19 Kongsi Dagang Inggris Timur tertarik dengan gagasan membangun kanal.
Setelah Burma atau Myanmar kini menjadi koloni Inggris pada 1863, dimulailah upaya mengeksplorasi kemungkinan itu.
Insinyur Prancis, Ferdinand de Lesseps, yang membangun Terusan Suez di Mesir pun disebutkan pernah mengunjungi kawasan itu. Namun ia dilarang melakukan penelitian yang lebih mendalam.
Namun di penghujung abad ke-19, yakni 1897, Thailand dan Inggris sepakat menghentikan rencana pembangunan terusan di Kra Isthmus demi menyelamatkan pelabuhan Inggris di Singapura, yang sebelumnya adalah milik Belanda.
Singapura menjadi milik Inggris setelah ditukar dengan Bengkulu yang ada di barat Sumatera pada 1824.
Andai saja Traktat London yang berisi pertukaran Singapura dan Bengkulu tidak pernah ditandatangani, barangkali sejak pertengahan abad ke-19 Terusan Kra Isthmus sudah bisa dilalui oleh kapal-kapal dagang Inggris untuk memperlemah saingan Eropa mereka di Nusantara, Belanda. (RMOL)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 29 Desember 2014
Keinginan Memperlemah Poros Maritim Nusantara Sudah Ada Sejak 337 Tahun Lalu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Kelebihan Pesawat Airbus A400M Yang Akan Di Beli TNI AU
- Kapal Patroli Hiu Dihadang Kapal Coast Guard Malaysia Di Perairan Indonesia
- Prajurit Kopassus TNI, Lebih Takut Pelatih daripada Setan
- KRI Banda Aceh-593 dan KRI Halasan-630 Ikuti Pameran Maritim di Malaysia
- Mabes TNI Beri Penjelasan Terkait Mobil TNI Angkut Logistik di Acara Prabowo-Sandi
Berita Populer
-
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letjen TNI R Ediwan Prabowo, Selasa (11/11), memimpin The 10th Indonesia – Russia Commission Meet...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/09/201...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima Bintang Kehormatan DKAT (Darjah Kepahlawanan Angkatan Tentera) dari Pemerintah Malaysia, Sen...
-
PT Pindad (Persero) akan meluncurkan 2 panser Anoa varian terbaru pada awal November 2014 di acara Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran, Ja...
-
Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu di...
-
Dua perusahaan plat merah, PT Dahana (Persero) dan PT Sucofindo (Persero) bersinergi dalam penyediaan barang dan jasa di sektor bahan peleda...
-
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro tiba tiba menyampaikan kabar mengejutkan terkait kontrak pengadaan tiga kapal selam Changbogo buatan ...
-
Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin menegaskan, pihaknya sama sekali tidak membawa kepentingan tertentu da...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
NKRI sudah dikepung rapat oleh neokolim yang hampir sekarat ini: Darwin Australia, Cocos Island, Diego Garcia, Guam, Filipina sampai Singapu...
Indonesia baru sadar akan kebodohan strategi abad 21 jalur alaut, tdk harus lewat Selat Malaka lagi dan kita hrs mengadakan intropeksi diri apakan ALKI masih dpt digunakan sebagai pertumbuhan ekonomi dan hrs ada segera berfikir utk Maritim Nusantara yg kita cintai ini.
BalasHapusyg paling keok n nangis darah Singapura bro cz dia itu ga punya SDA cmn jualan jasa terutama pelabuhan....bs perang nih Thailand, Tiongkok vs Singapura, Inggris, USA
BalasHapus