Skadron Udara 2 merupakan skadron pesawat angkut tertua yang dimiliki TNI AU. Dengan slogan 'Pengabdian Pantang Surut', skadron ini berada di bawah jajaran Wing Udara 1 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Skadron yang mempunyai lambang Kuda Terbang atau Flying Horse ini berdiri berdasarkan perintah KASAU Nomor 0493/PR/KASAU/50 tanggal 1 Agustus 1950. Skadron Udara 2 diresmikan dengan armada pesawat C-47 Dakota buatan Amerika sang legendaris pada era 50-an hingga pertengahan 70-an. Demikian keterangan pers dari Dinas Penerangan TNI AU, Rabu (26/9).
Memasuki awal tahun 1955, Marsekal Kliment E Voroshilov (Petinggi Militer Uni Soviet) menghibahkan sebuah pesawat angkut Ilyushin Il-14 Crate sebagai tanda persahabatan antar kedua negara, dan menyusul beberapa pesawat Il-14 termasuk di antaranya Avia-14 (varian lansiran Cekoslovakia) melengkapi kekuatan Skadron Udara 2 menemani C-47 Dakota.
Pada era tahun 70-an Pimpinan TNI AU memperbaharui armada pesawat angkut pengganti C-47 Dakota dengan membeli tujuh pesawat Fokker F-27 TS (Troop Ship) dari Belanda.
Secara bertahap ketujuh pesawat itu didatangkan dan pertama kali pada tanggal 7 september 1976 dengan nomor registrasi T-2701 sampai dengan yang terakhir T-2708 pada tahun 1977.
Pesawat Fokker F-27 TS ini memperkuat jajaran Skadron Udara 2 sampai dengan awal tahun 2012, dan selanjutnya diputuskan untuk tidak diterbangkan kembali (Ground Dead).
Memasuki era tahun 90-an skadron Udara 2 mengawaki enam pesawat CN-235 yang merupakan produksi teknologi anak bangsa PT Dirgantara Indonesia (dulu:IPTN).
Pada tanggal 12 Januari 1993, pesawat CN-235 pertama hadir di Skadron Udara 2, hingga lengkap berjumlah 6 pesawat pada tahun 1995. Pada tahun 2007 Skadron Udara 2 mendapatkan 1 tambahan pesawat CN-235 untuk menambah kekuatannya sampai dengan sekarang.
The Next Generation Flying Horses
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia pesawat Fokker F-27 TS yang sudah lebih dari 30 tahun, pada bulan Juli 2012 Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Imam Sufa’at memerintahkan 4 penerbang dari jajaran Skadron Udara 2 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma dan 18 teknisi dari berbagai jajaran di TNI AU untuk mempelajari cara pengoperasian dan juga pemeliharaan pesawat C-295 M di Airbus Military Seville, Spanyol.
TNI AU direncanakan akan mendapat 9 pesawat C-295 M, sesuai dengan kontrak pembelian antara Kementerian Pertahanan RI dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk memperkuat kekuatan Alutsista di jajarannya.
Pesawat C-295 M adalah pesawat buatan Airbus Military yang akan dikerjasamakan dalam proses produksinya dengan PT DI dan secara bertahap akan diproduksi oleh Airbus Military maupun akan dirakit bersama-sama di fasilitas PT DI Bandung nantinya.
Keseluruhan 9 pesawat direncanakan akan selesai dan diserahterimakan secara bertahap kepada TNI AU mulai akhir tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Dua pesawat pertama dengan nomor registrasi A-2901 dan A-2902, sudah diterbangkan dari Sevilla Spanyol pada tanggal 24 September 2012 dan direncanakan akan tiba di Lanud Husein Satranegara (PT DI) pada tanggal 30 September 2012, dengan masing-masing pesawat diawaki oleh 2 Pilot dari Airbus dan 1 pilot dari PT DI.
Pesawat C-295 M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision googles (NVG). C-295 M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya.
C-295 M mampu membawa sampai dengan total 9 ton cargo atau kurang lebih 71 personel.
Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25.000 kaki dengan kecepatan jelajah maksimum 260 knot (480 km/jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 knots (203 km/jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G) pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/Short Take Off & Landing) yaitu 670 m /2.200 ft dengan berat tertentu.
Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh Skadron Udara 2. Di antaranya, melaksanakan angkutan personel dan logistik, penerjunan pasukan dan logistik, Evakuasi Medis Udara, Patroli Udara terbatas, serta penugasan militer maupun misi kemanusiaan lainnya.
Sumber : Merdeka
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar