Batalion Infantri 762/Tamalatea dari Komando Daerah Militer VII/Wirabuana diberangkatkan sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan TNI di garis perbatasan Indonesia-Papua Niugini, di Papua.
Mereka berangkat dari dermaga Pangkalan Utama TNI AL VI, Makassar, Minggu. Mereka dilepas Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Muhammad Nizam, disaksikan segenap pimpinan TNI AD dan TNI AL, dan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan.
Mereka akan menempati pos-pos penugasan di pelosok perbatasan negara itu hingga enam bulan ke depan. Hingga dua tahun lalu, pasukan satuan tugas pengamanan perbatasan Markas Besar TNI ditempatkan selama setahun, kemudian diubah menjadi enam bulan saja.
Markas Besar TNI memiliki tiga satuan tugas pengamanan perbatasan negara, yaitu di perbatasan Indonesia dengan Malaysia (Pulau Kalimantan), Papua Niugini (Pulau Papua), dan Timor Timur (Pulau Timor).
Nizam meminta semua prajurit batalion infantri yang mengemban tugas itu menjunjung tinggi kehormatan dan kepercayaan negara, memperhatikan prosedur operasional tetap sehingga bekerja semaksimal mungkin.
"Oleh karena itu laksanakan tugas dengan penuh kedisiplinan dan dedikasi tinggi serta loyalitas sesuai jatidiri dan identitas prajurit Sapta Marga sejati," tegasnya.
Menurut dia, isu gangguan dari kelompok separatis yang memanfaatkan wilayah perbatasan Papua Nugini sebagai basis perlindungan, baik sebagai wilayah pelarian maupun sebagai basis tuntutan pemisahan diri dari NKRI harus diwaspadai.
"Kelompok separatis memanfaatkan kesenjangan di daerah-daerah yang tidak terawasi untuk mencoba mengganggu keutuhan dan kedaulatan Republik Indonesia," katanya.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Brigadir Jenderal Polisi Syahrul Mamma, memberi pesan, "Ini tugas negara. Selain membawa nama negara, segenap prajurit juga harus pandai menjaga diri karena keluarga anda masih menanti.
Sumber : Antara
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 04 Februari 2013
Batalion Infantri 762/Tamalatea Kodam VII/Wirabuana Jaga Perbatasan Papua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Pemerintah pusat, daerah hrs bekerja sama utk pembangunan transportasi daerah perbatasan dan agar gerakan pasukan tdk sulit. Karena medannya sangat jelek, utk pengiriman makanan hrs menggunakan heli dan kalau jalan waktunya sangat lama. Kalau bisa daerah perbatasan di Papua, agar ditempatkan transmigrasi dan masyarakat didaerah perbatasan sdh agak ramai.
BalasHapus