Hari ke-15 bulan Agustus 1945, terjadi ketegangan antara para pemuda dengan Bung Karno. Para pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, BM Diah, dan sejumlah nama lain, sempat mendesak Bung Karno agar mengumumkan kemerdekaan Indonesia, "Sekarang juga!".
Ketegangan antara Bung Karno dan Pemuda itu diungkap oleh Roso Daras di buku Total Bung Karno.
Dengan sabar, Bung Karno menanamkan pengertian. Dengan kalimat gamblang, Bung Karno mencoba memberi alasan mengenai waktu yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Tapi apa lacur, para pemuda yang dilingkupi semangat berkobar-kobar, terus mendesak Bung Karno tanpa sabar.
Perdebatan itu berlangsung berjam-jam tanpa ujung. Situasi cenderung memanas. Para pemuda menghendaki merdeka segera, Bung Karno menyatakan belum waktunya.
Ketika Bung Karno "menyerah" dan mempersilahkan para pemuda jalan sendiri tanpa dirinya, para pemuda justru menolak. Mereka tetap menghendaki Bung Karno sebagai lokomotif.
Yang terjadi, kemudian adalah aksi provokasi. Salah seorang pemuda mengejek, "Barangkali bung besar kita takut. Barangkali, dia melihat hantu dalam gelap. Barangkali juga dia menunggu-nunggu perintah dari Tenno Heika".
Pemuda hunuskan pisau ke Bung Karno
Sejurus kemudian, Wikana, pimpinan pemuda yang lain ikut mengejek Bung Karno. Bahkan, tiba-tiba dia menggertak Bung Karno dengan menghunus sebilah pisau ke arah Bung Karno.
"Kita tidak ingin mengancammu Bung! Revolusi berada di tangan kami sekarang, dan kami memerintah Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu…."
"Lalu apa?!" kata Bung Karno sambil melompat dari kursi, menahan amarah yang menyala-nyala.
"Jangan aku diancam. Jangan aku diperintah. Engkau harus mengerjakan apa yang kuingini. Pantang aku dipaksa menurut kemauanmu!" kata Bung Karno dengan nada tinggi.
Tidak berhenti sampai di situ. Bung Karno melompat ke tengah-tengah para pemuda yang masing-masing memegang senjata di tangan.
"Ini!" kata Bung Karno mengejek. "Ini kudukku, boleh potong… hayo! Boleh penggal kepalaku… engkau bisa membunuhku… Tapi jangan kira, aku bisa dipaksa untuk mengadakan pertumpahan darah yang sia-sia, hanya karena hendak menjalankan sesuatu menurut kemauanmu!" kata Bung Karno.
Suasana hening. Para pemuda giliran ketakutan, bercampur perasaan takut dan bingung. Bung Karno lalu menatap tajam ke wajah-wajah para pemuda satu per satu.
Tajam sekali tatapan mata Bung Karno. Setajam paku. Dan, satu per satu, para pemuda pun menunduk tertusuk tatapan Bung Karno. Mereka pun menjatuhkan pandangan ke bumi.
17 angka suci nan keramat
Ketika suasana terkendali, barulah Bung Karno kembali ke tempat duduk, dan berbicara dengan nada rendah.
"Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah pemilihan saat yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17," kata Bung Karno
Sukarni, tokoh pemuda pertama yang berani angkat tanya, "Mengapa justru tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?" kata Sukarni bertanya dengan nada yang jauh lebih lunak.
"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan secara pertimbangan akal mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku bahwa waktu dua hari lagi adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka keramat. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama, kita sedang berada dalam bulan Ramadan, waktu kita semua berpuasa. Bukankah begitu?" kata Bung Karno melempar pertanyaan.
"Ya," jawab para pemuda serentak.
"Ini berarti, saat yang paling suci bagi kita, Bukan begitu?" kata Bung Karno bertanya kembali.
"Ya," jawab para pemuda itu.
"Hari Jumat ini, Jumat legi. Artinya, Jumat yang berbahagia. Jumat suci. Dan, hari Jumat adalah tanggal 17. Kitab suci Alquran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa salat 17 rakaat sehari? Mengapa tidak 10, atau 20 saja? Oleh karena kesucian angka 17, bukanlah buatan manusia," kata Bung Karno memaparkan.
Bung Karno melanjutkan, "Pada waktu saya mendengar berita penyerahan Jepang, saya berpikir bahwa kita harus segera memproklamasikan kemerdekaan. Kemudian saya menyadari, adalah kemauan Tuhan peristiwa ini akan jatuh di harinya yang keramat. Proklamasi akan diumumkan tanggal 17. Revolusi menyusul setelah itu," kata Bung Karno. (VivaNews)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 29 Oktober 2015
Gelora Pemuda, dan Angka 17 yang dikeramatkan Bung Karno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar