Pesawat kepresidenan Republik Indonesia yang dipesan pemerintah dari Boeing tiba di tanah air hari ini, Kamis 10 April 2014 –enam bulan sebelum pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhyono berakhir. ‘Air Force One’ RI itu mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Pesawat RI 1 jenis Boeing Bussiness Jet 2 Green Aircraft (BBJ2) tersebut dibeli Indonesia seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar, dengan rincian US$58,6 juta untuk badan pesawat, US$27 juta untuk interior kabin, US$4,5 juta untuk sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi.
Pemerintah memutuskan untuk membeli pesawat kepresidenan demi efisiensi anggaran, sebab menyewa pesawat dari maskapai Garuda Indonesia ongkosnya lebih mahal. Pembelian pesawat kepresidenan disetujui DPR dan telah dikonsultasikan dengan ahli pesawat.
RI memilih BBJ2 sebagai pesawat kepresidenan karena dua alasan. Pertama, dari segi operasional, para pilot di dalam negeri, termasuk pilot TNI AU, lebih mengenal pesawat jenis Boeing. Kedua, dari segi perawatan, Indonesia lebih siap dan mampu merawat Boeing ketimbang pesawat merek lain. Ini karena Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP berbagai negara di dunia.
Spesifikasi pesawat kepresidenan RI adalah mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, bisa memuat rombongan presiden hingga 70 orang, memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan in-flight entertainment khusus.
Dikutip dari Boeing.com, pesawat BBJ2 yang memiliki konfigurasi dan interior mewah didesain untuk keperluan VIP. Di dalamnya ada ruang tidur utama, toilet dilengkapi shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu.
Untuk eksteriornya, BBJ2 memiliki panjang sekitar 39,5 meter dengan panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dengan diameter 3,37 meter. Sementara untuk interiornya, BBJ2 memiliki panjang 29,97 meter dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter.
Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, BBJ2 dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun jika pesawat terisi jumlah penumpang maksimal, maka jarak tempuhnya 8.630 kilometer. Jarak tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam. (VivaNews)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 10 April 2014
Ini dia sekilas Kehebatan Pesawat Kepresidenan RI yang Tiba Hari Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Cek alat komunikasinya dan didalamnya ada alat sadap gk?
BalasHapusIni kelemahan pesawat presiden ini:
BalasHapus1. tidak nasionalism
2. tidak sensitive penderitaan rakyat
3. mubazir tdk sesuai lapangan terbang RI yg relatif sedang dan kecil
Kita harus bangga punya pesawat kepresidenan negara lain blm tentu punya jgn nolak yg mubazir itu sewa pesawat baru borosin anggaran gimana sih
BalasHapuslalu cn-295 mau dikemanain? kalau bukan kita siapa yg mau beli? kalau bukan kita yg bangga? siapa yang bangg? ane heran produk luar yg lebih mahal, tdk sesuai dgn landasan kita yg lbh kecil dan sedang, kok dibanggain? punya sendiri ga dibanggain? kayanya perlu mata pelajaran cinta produk RI
Hapus