Pemerintah menargetkan pesawat terbang buatan Indonesia, N219, sudah bisa dioperasikan untuk angkutan udara di dalam negeri pada akhir 2015.
"Pertengahan 2015 masih riset dan akhir 2015 kami harapkan sudah terbang," kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti) Muhammad Nasir ketika dikonfirmasi, Jumat, terkait dengan rencana produksi pesawat komersial buatan dalam negeri.
Nasir yang ditemui saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ishlah, Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, itu mengatakan pesawat itu saat ini masih dikerjakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Pesawat N219 itu memang dibuat dengan kapasitas terbatas, hanya 19 orang. Rencananya, pesawat itu memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan domestik, terutama untuk penerbangan Indonesia bagian timur.
"Untuk Indonesia timur, perlu penerbangan jangka pendek. Dengan kapasitas 19 orang, bisa menjangkau kota ataupun pulau kecil, dan tidak memerlukan landasan yang panjang," ujarnya.
Pihaknya mengatakan, riset dilakukan dengan maksimal. Riset tersebut juga akan terus berlanjut sampai sertifikasi penerbangan. Hal itu penting untuk menguji kelaikan pesawat tersebut.
Terkait komponen pembuatan pesawat, Nasir mengatakan akan lebih banyak memanfaatkan komponen lokal, dengan porsi 60 persen. Sementara itu, sisanya masih memerlukan impor.
"Untuk komponen, 60 persen lokal, tapi masih ada yang mengambil dari luar negeri," katanya.
Pihaknya memperkirakan, dalam satu tahun nantinya bisa memproduksi empat pesawat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jumlah itu nantinya juga diharapkan bisa terus bertambah. Rencana produksi akan dilakukan pada 2016 atau 2017.
Ia yakin, rencana pembuatan pesawat itu bisa berhasil. Bahkan, saat ini dengan riset yang sudah dilakukan, sudah mendapatkan tawaran yang baik dari dunia usaha. Terdapat sekitar 150 pasar yang potensial yang. Mereka sudah berkomunikasi dan datang, guna mengetahui lebih lanjut terkait dengan pesawat N219 tersebut.
Rencana pembuatan pesawat N219 ini sangat didukung pemerintah. Merekaa akan memediasi pengembangan hingga peluncuran pesawat komersial bersertifikasi siap produksi yaitu N219. Dalam upaya pembuatan pesawat itu, pemerintah mengucurkan dana Rp400 miliar.
Pemerintah sengaja mengucurkan dana, sebab jika ditanggung oleh badan usaha, cukup berat, sebab biayanya cukup besar.
Selain itu, pemerintah memang menargetkan agar pembuatan pesawat itu bisa terealisasi, agar pesawat N219 tak senasib dengan prototipe pesawat baling-baling N250 yang tidak masuk ke tahap produksi. Proyek pesawat baling-baling N250 itu dilakukan era 1990-an, dan saat ini N250 menjadi besi tua karena berhenti di tengah jalan.
Dibandrol Rp 50 M sampai Rp 60 M
Harga jual pesawat rancangan PT Dirgantara Indonesia bersama Lembaga Penerbangan Antariksa (Lapan), N219, diperkirakan di kisaran Rp 50 miliar hingga Rp 60 miliar.
“Harga segitu adalah harga yang sangat murah untuk kelas pesawat,” kata Menteri Risat, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, M Nasir, saat berkunjung ke Pesantren Al-Ishlah Bandar Kidul Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (26/12/2014).
Meski saat ini masih berada dalam fase riset, kata Nasir, pesawat ini sudah terus disuarakan keberadaannya kepada pasar. “Sudah ada 150 potential market yang mendatangi saya untuk membeli pesawat N219 apabila nanti sudah diluncurkan,” sebut Nasir.
Sebelumnya diberitakan, Nasir menyatakan saat ini masih terus berlangsung pengembangan pesawat berkapasitas 19 orang yang untuk menerbangkannya hanya butuh landasan pacu sepanjang 500 meter.
Nasir menyebutkan, seluruh tahapan riset atas pesawat tersebut rampung pada akhir 2015. Dia menambahkan, 60 persen komponen untuk pembuatan pesawat ini adalah produk lokal. Dengan menghitung waktu untuk uji kelayakan terbang, diperkirakan N219 bisa diproduksi massal pada 2016. (ROL | Kompas)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Sabtu, 27 Desember 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Ayo cintailah produk2 Indonesia, berupa N-219 utk penghubung daerah2 yg jauh....................
BalasHapusAyo cintailah produk2 Indonesia, berupa N-219 utk penghubung daerah2 yg jauh....................
BalasHapus