Soal keberanian pasukan TNI memang tak diragukan lagi. Banyak cerita heroik aksi berani di tengah keterbatasan. Cerita soal para awak kapal KRI Pattimura ini salah satunya.
Saat itu tahun 1975, Kondisi di sekitar perbatasan Indonesia dan Timor Portugis (kini Timor Leste), berlangsung tegang. Apalagi Portugal sudah menarik diri, dan membiarkan wilayah ini di ambang perang saudara.
Situasi semakin tidak terkendali, baku tembak antara massa pro-Indonesia dan pro-kemerdekaan bahkan pro-kolonialisasi terus terjadi. Jenazah dilaporkan bergeletakan hampir di setiap sisi jalan.
Kejadian itu membuat Indonesia waspada, bahkan mengirimkan kapal perangnya untuk menggelar patroli tempur dan mengawasi setiap pergerakan yang mencurigakan di sekitar Laut Timor. Medan tugas yang diberikan meliputi bagian Timur Portugal hingga Pulau Atauro.
Dalam patroli laut tersebut, kapal-kapal perang Indonesia sering kali berpapasan dengan armada tempur Portugal. Kedua belah pihak saling bertegur sapa dan menghindari provokasi yang dapat menimbulkan kerugian bagi Indonesia maupun Portugal.
Namun, akhirnya terjadi beberapa minggu sebelum invansi terhadap Timor Leste berlangsung. Seperti biasanya, KRI Pattimura dan beberapa kala lainnya sedang lego jangkar di Atapupu. Dari kejauhan, terlihat bayang-bayang kapal perang dengan kecepatan tinggi mendekati kapal-kapal Indonesia.
Melihat situasi tersebut, awak KRI Pattimura segera siaga. Bahkan, Komandan Satgas Amfibi Kosgasgab (Komando Tugas Gabungan) Kolonel Laut Gatot Suwardi lompat ke dalam kapal dan memerintahkan anak buahnya siap tempur dan mengarahkan senjatanya ke arah kapal yang kemudian diketahui F488 Afonso Cercueira.
KRI Pattimura segera menarik sauh dan memacu kecepatan maksimum ke arah kapal perang milik Portugal tersebut. Melihat KRI mencoba melakukan perlawanan, kapal tersebut berbalik arah dan menambah kecepatannya hingga 22 knots, sedangkan kecepatan maksimal KRI Pattimura hanya 14 knots.
Kisah itu tertuang dalam 'Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi: Pengabdian Alumni Akabri Pertama 1970' terbitan Kasta Hasta Pustaka tahun 2012.
Saat itu KRI Pattimura sebenarnya tidak benar-benar siap dalam pertempuran laut. Ketika itu, dua meriam utama 3 inci tidak siap melakukan penembakan. Hanya dua meriam kembar 37 mm yang bisa menembak, dan itupun hanya untuk menghadapi serangan udara.
Meski menghadapi kekurangan tersebut, namun awak KRI Pattimura seakan tidak peduli. Mereka semangat berpikir akan terlibat dalam pertempuran laut yang sebenarnya.
"Kami semua di atas kapal rasanya mau perang laut beneran," kata awak KRI Pattimura, Lettu Laut Frits AC Mantiri.
Tak hanya itu, melihat perbedaan kekuatan yang dimiliki KRI Pattimura dengan fregat milik Portugal tersebut sempat membuat perwira kapal berseloroh, setelah ketegangan mereda.
"He, kalian tahu bila terjadi kontak senjata tadi? Nanti akan ada kompleks perumahan Angkatan laut yang jalan-jalannya bernama Jalan Fred Lonan, Jalan Radiman Satriyanto, Jalan Amran karena kita semua mati konyol," kata perwira berpangkat mayor itu pada para juniornya.
Ucapan itu tak lepas dari kondisi KRI Pattimura yang serba minim. Termasuk meriam utama macet.
Bandingkan dengan Afonso Cercueira fregat milik Portugal yang merupakan jenis terbaru sesuai standar NATO dan memiliki empat meriam utama kaliber 100 mm yang serba otomatis. Ada juga dua senjata tambahan berupa Bofors L70. Jika misalkan benar-benar terjadi pertempuran, jelas sangat tak imbang.
Namun kontak senjata tak terjadi. Para awak kapal portugis keburu takut melihat keberanian TNI AL. (Merdeka)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 25 Februari 2015
Kisah keberanian TNI AL mau serang kapal perang canggih Portugal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar