Dewasa ini pesawat patroli maritim yang digunakan oleh banyak negara di dunia pada umumnya adalah berbasis pesawat komersial yang dikonfigurasi ulang menjadi pesawat patroli maritim. Nyaris sangat sedikit pesawat patroli maritim yang tidak berbasis pesawat komersial, dengan pengecualian pesawat seperti C-130 Hercules. CN-235 MPA pun berbasis pada pesawat komersial, hanya saja versi komersial pesawat buatan Airtech (IPTN-CASA) itu kalau laku di pasar dibandingkan versi militernya.
Amerika Serikat kini telah mengoperasikan pesawat patroli maritim P-8A Poseidon yang berbasis Boeing B737 yang sangat laris di pasar pesawat komersial. Kehadiran P-8A Poseidon perlahan akan membuat P-3C Orion untuk pensiun dari masa dinasnya sejak 1960-an. Sedangkan Inggris sekarang tak mempunyai pesawat patroli maritim sejak pesawat Nimrod A.4 yang merupakan pesawat bermesin jet dibatalkan programnya beberapa tahun silam.
Indonesia mengoperasikan dua jenis pesawat patroli maritim, yakni B737-2X9 dan CN235 MPA. Untuk jenis yang terakhir, pesawat itu dioperasikan oleh kekuatan laut dan kekuatan udara Indonesia dengan konfigurasi mission systems yang berbeda. Sedangkan pesawat B737-2X9 yang berbasis B737-200 hanya digunakan oleh kekuatan udara Indonesia.
Penggunaan pesawat jet komersial sekelas B737 untuk patroli maritim memiliki tantangan tersendiri. Dari segi operasi, pesawat itu dirancang untuk optimal pada ketinggian jelajah yang tinggi dan bukan sebaliknya. Pesawat sekelas B737 tidak cocok untuk low altitude concept of operations yang dianut oleh kebanyakan satuan patroli maritim. Lihat saja saat P-8A Poseidon melaksanakan misi patroli maritim di Laut Cina Selatan pada Mei 2015 kemarin, dimana pesawat buatan Boeing itu terbang pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki untuk mengintai pembangunan pulau buatan oleh China.
Sementara itu, pesawat patroli maritim yang menggunakan engine turboprop dapat melaksanakan kegiatan patroli serupa dari ketinggian di bawah 1.000 kaki. Beroperasi dari ketinggian yang cukup rendah itu tidak menimbulkan masalah bagi pesawat turboprop, karena pesawat itu memang dirancang optimal untuk beroperasi pada low altitude.
Manakah yang lebih menguntungkan, apakah mengadopsi pesawat turbofan atau pesawat turboprop untuk patroli maritim? Semua kembali kepada kebutuhan misi masing-masing, di samping kesiapan dana untuk mendukung operasi patroli maritim sesuai jenis pesawat yang dipilih. (DTT) (JMOL)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 29 Juni 2015
Pilihan Jenis Pesawat Patroli Maritim
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
yang pasti nya pesawat turbopan seperti Amfibi Be-200 buatan rusia, yang engga habis pikir kenapa indonesia tidak bisa buat pesawat semua jenis bermesin turbopan di ptdirgantara indonesia , kan indonesia sudah modern alat bahan sudah tersedia,
BalasHapus