Kawan dari Malaysia dalam ajang Trade Media Briefing 2016 yang diselenggarakan oleh Airbus Defence and Space di Munich, Jerman 20-21 Juni 2016 bercerita bahwa Pemerintah Malaysia saat ini tengah mempertimbangkan untuk membeli jet tempur multiperan modern Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon. Mengapa dua penempur ini yang disorot? Banyak hal, tiga di antaranya jadi faktor pemicu. Baik Rafale atau Typhoon keduanya sudah combat proven, keduanya bermesin ganda, dan pihak pabrikan masing-masing menawarkan skema kerja sama termasuk dalam hal perawatan pesawat.
Malaysia yang sudah memiliki Sukhoi Su-30MKM sebanyak 18 unit lengkap dengan persenjataannya, apakah tidak ingin membeli Su-35 atau penempur lainnya? “Bisa saja, tapi saat ini arah yang paling kuat adalah kepada Rafale atau Typhoon,” ujarnya. Meski demikian, ia tidak dapat menjamin 100% karena politik di Malaysia sangat berperan besar dalam memilih salah satu alutsista yang akan dibeli. Ramai dibicarakan A, bisa jadi pemerintah tiba-tiba membeli B. “Itulah gambaran di Malaysia,” tambahnya.
Dampak bagi Indonesia
Menarik untuk ditelaah, lalu apa dampak paling signifikan bagi Indonesia bila Malaysia membeli salah satu dari dua jet tempur andalan juntuk menggantikan peran MiG-29 mereka itu? Perimbangan kekuatan di kawasan regional jelas akan makin terasa tentunya. Menghadirkan Rafale atau Typhoon di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, maka sama dengan menghadirkan pisau baru ke kawasan ini.
Singapura mengandalkan F-15SG dan F-16C/D yang sedang di-upgrade lagi radarnya ke AESA. Indonesia mengandalkan Su-27/30, F-16A/B, dan F-16C/D, Thailand mengandalkan F-16A/B dan Gripen C/D, Vietnam mengandalkan Su-27/30, Malaysia mengandalkan Su-30MKM dan F/A-18D, sementara Australia mengandalkan F/A-18A/B, F/A-18E/F, EA-18G, dan F-35. Perlu diingat, negara-negara lain tidak hanya telah melengkapi kekuatannya dengan pesawat tempur saja, tapi juga dengan pesawat misi khusus(AEW&C) yang akan memandu pesawat tempur di medan pertempuran.
Dari sisi persenjataan, pesawat-pesawat yang disebut hampir semua dapat membawa rudal-rudal mutakhir. Catatan untuk Rafale maupun Typhoon, kedua pesawat sudah disiapkan mampu membawa rudal-rudal mutakhir andalan Eropa produksi MBDA seperti ASRAAM, MICA, Meteor, Brimstone/ SCALP EG, dan lainnya. Perlu diingat juga, negara lain membeli pesawat tempur biasanya satu paket langsung lengkap dengan persenjataan dan suku cadangnya untuk beberapa tahun ke depan. Tidak “ngeteng” dan membiarkan penempurnya menjadi macan ompong terlebih dahulu selama bertahun-tahun.
Kehadiran jet-jet tempur modern di kawasan yang saling berdekatan, jelas akan membawa pengaruh signifikan. Intersepsi antarpesawat akan sangat sering terjadi dengan berbagai alasan terutama menjaga dan mengamankan kedaulatan udara masing-masing. Diplomasi dari sisi kekuatan senjata akan meningkat tajam dengan hadirnya penempur-penempur modern. Pesan yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana, bahwa (negara) saya punya, saya siap damai, dan siap berperang. (Angkasa)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 27 Juni 2016
Malaysia Berencana Beli Rafale atau Typhoon, Bagaimana Sikap Indonesia?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Kalau memang benar adanya maka ini akan menjadi pemicu perlombaan persenjataan mutakhir dikawasan SEA. Secara politis akan memacu untuk lebih intens lagi dalam butgeting pertahanan Indonesia. Sehingga targeting anggaran pertahanan sebasar 1.5% dari PDB lebih cepat terealisasi.
BalasHapusDan yang lebih utama adalah mempercepat kemandirian dalam industri militer dalam negeri serta penguasaan teknologi modern masa kini.
Semoga saja. Aamiin.
Saya rasa tidak sedemikian juga...perlu kita ingat dari pihak tudm ataupun TNI AU..dalam pembelian pesawat tempur merwka sama2 membeli pesawat karna mereka perlu mengganti perangkat perang mereka dari yg sudah tua dan di anggap sudah tidak relefen lagi.itu artinya hanya pergantian...bukan penambahan...dan pembelianya pun tidak lebih dari 24 yunit.itupun saya rasa sudah maksimum bagi pembelian perangkat sekelas negara malaysia dan indonesia...hanya dari pihak medianya saja yg seolah2 membesar2kan berita.dan bila kita melihat secara detail...sebenarnya peremajaan perangkat perang kedua negara sebenarnya tidak saling di tujukan kepada malaysia ataupun indonesia...tapi kedua negara merasa was2 atas pecahnya konflik di LCS..dan semakin agresifnya pergerakan cina di LCS..
BalasHapusSaya rasa tidak sedemikian juga...perlu kita ingat dari pihak tudm ataupun TNI AU..dalam pembelian pesawat tempur merwka sama2 membeli pesawat karna mereka perlu mengganti perangkat perang mereka dari yg sudah tua dan di anggap sudah tidak relefen lagi.itu artinya hanya pergantian...bukan penambahan...dan pembelianya pun tidak lebih dari 24 yunit.itupun saya rasa sudah maksimum bagi pembelian perangkat sekelas negara malaysia dan indonesia...hanya dari pihak medianya saja yg seolah2 membesar2kan berita.dan bila kita melihat secara detail...sebenarnya peremajaan perangkat perang kedua negara sebenarnya tidak saling di tujukan kepada malaysia ataupun indonesia...tapi kedua negara merasa was2 atas pecahnya konflik di LCS..dan semakin agresifnya pergerakan cina di LCS..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusperbanyak saja gripen. jgn rafale dan typhon. jumlah ideal gripen cocok utk patroli mencover, iriit biaya. kl melwan rafale, tyhon. ya jagonya hebat SU-35 sifat mengintecept.. kl coba2 menggunakan rafale,typhon. biaya lbh boros..
BalasHapusTidak seperti yg anda bayangkan...pembekian jet tempur gripen oleh TNI AU tidak akan pernah bisa untuk lebih meminimkan anggaran tni yg perlu di keluarkan.karena dengan bertambahnya jenis pesawat tempur yg berbeda di tubuh TNI AU...maka akan semakin boros juga dalam pengeluaran anggaran dalam hal perawatan dan maintend nya...saya lebih setuju sama para petinggi tni...bila mana TNI AU tidak akan menambah jenis pesawat yg berbeda...tapi hanya melengkapi dengan jenis yg sudah ada...berarti kita lebih fokus pada keluarga T 50..F16
Hapus.DAN KELUARGA SUKOI...itu saya rasa lebih mempermudah dalam jangka panjangnya.
Tidak seperti yg anda bayangkan...pembekian jet tempur gripen oleh TNI AU tidak akan pernah bisa untuk lebih meminimkan anggaran tni yg perlu di keluarkan.karena dengan bertambahnya jenis pesawat tempur yg berbeda di tubuh TNI AU...maka akan semakin boros juga dalam pengeluaran anggaran dalam hal perawatan dan maintend nya...saya lebih setuju sama para petinggi tni...bila mana TNI AU tidak akan menambah jenis pesawat yg berbeda...tapi hanya melengkapi dengan jenis yg sudah ada...berarti kita lebih fokus pada keluarga T 50..F16
Hapus.DAN KELUARGA SUKOI...itu saya rasa lebih mempermudah dalam jangka panjangnya.
pasti nya tni au 2019 sudah memiliki pesawat tempur buatan dalam negri hasil anak anak bangsa indonesia yang sekolah di korea di bidang jet tempur , kfx atau ifx
BalasHapusJika tidak ada eropa timur maka tidak akan ada nkri...silahkan telaah selanjutnya...
BalasHapusBeli semua dehhh berapa sihhh 250 juta penduduk indonesia siap membayar 20 persen gaji mereka perbulan untuk beli alutsista hidup nasionalisme
BalasHapusBeli semua dehhh berapa sihhh 250 juta penduduk indonesia siap membayar 20 persen gaji mereka perbulan untuk beli alutsista hidup nasionalisme
BalasHapus