Genap 50 tahun lalu, Komandan Tjakrabirawa Letnan Kolonel Untung Syamsuri memimpin pasukan untuk menculik seluruh perwira tinggi Angkatan Darat. Penculikan ini berlangsung pada malam hari. Jenderal Ahmad Yani, Abdul Haris Nasution dan 8 jenderal lainnya menjadi target utama untuk dibungkam.
Sehari setelah peristiwa penculikan berlangsung, Untung memerintahkan sejumlah pasukan bernama 'Divisi Ampera' untuk menguasai Radio Republik Indonesia (RRI). Lewat media inilah Untung mengumumkan pengambilalihan kekuasaan sekaligus membentuk 'Dewan Revolusi' menggantikan 'Dewan Jenderal'.
Tindakan yang dilakukan Untung ini tak hanya membingungkan rakyat, seluruh petinggi militer juga terkejut mendengar berita tersebut. Tak ingin berlama-lama, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo bergerak cepat. Dia meminta pasukannya menyerbu RRI dan merebutnya dari tangan Untung.
Kedua belah pihak memandang RRI memiliki posisi yang sangat penting. Untung yang merupakan pemimpin dari gerakan revolusi memandang RRI dapat menggerakkan seluruh simpatisan PKI di Indonesia agar mendukung upaya mereka merebut kekuasaan. Bagi TNI, RRI bisa memecah belah konsentrasi pasukan pemberontak.
Untuk merebut RRI, Kolonel Sarwo Edhie menunjuk Letnan Dua Sintong Panjaitan sebagai komandan pasukan. Dalam waktu singkat, Sintong memenuhi perintah tersebut dan berhasil mengumpulkan pasukan. Sebelumnya, Sarwo Edhie mengungkapkan dapat merebut RRI hanya dalam waktu 20 menit.
Saat matahari mulai terbenam, pasukan mulai bergerak menuju lokasi yang ditentukan. Di saat bersamaan, beberapa pasukan yang sempat berjaga di Monas sudah ditarik kembali ke markasnya masing-masing. Kondisi ini membuat RPKAD lebih mudah bergerak.
Mereka bergerak dari Markas Komando Strategis Angkatan Darat (Makostrad) menuju RRI dengan berjalan kaki. Pasukan ini dibagi tiga, ada yang bergerak lurus, ada pula yang bergerak mengitari bagian selatan maupun utara Monas.
Setelah tiba di gerbang, pasukan RPKAD mengintai keadaan di luar RRI. Mereka menemukan sejumlah orang berjaga di depan.
Salah satu peleton yang bergerak untuk merebut RRI mulai melepaskan tiga kali tembakan. Tindakan ini ternyata efektif untuk mengusir pasukan ilegal tersebut. Mereka lari tunggang langgang saat mendengarnya dan meninggalkan tugasnya. Alhasil, perebutan RRI berlangsung tanpa perlawanan.
Setelah dirasa aman, pasukan mulai memasuki gedung satu per satu. Mereka memeriksa bagian per bagian ruangan, serta membebaskan karyawan yang disandera kelompok Untung. Lalu, Letda Sintong melaporkan keberhasilannya kepada Lettu Feisal Tanjung.
Tapi masalah belum selesai.
Kolonel Sarwo Edhie rupanya tak percaya dengan laporan yang disampaikan Sintong selaku komandan. Dia meminta Sintong kembali mengecek seluruh gedung.
"Apa? RRI sudah diduduki? Coba kamu periksa seluruh ruangan dulu. Itu aktivitas mereka masih di dalam!" tegas Sarwo Edhie, seperti dikutip dari buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto terbitan Kompas Gramedia.
Perintah ini membuatnya bingung, apalagi dia sudah memeriksa seluruh bagian dan tak menemukan satu pun tempat yang masih beroperasi. Setelah yakin, dia kembali melaporkannya. Namun jawaban yang diterima tetap sama.
"Laporanmu tidak benar. Kamu bersihkan dulu sampai bersih. Jangan buru-buru kamu lapor. Tangkap dulu semua orang yang ada di situ," sahut Sarwo Edhie menjawab laporan Sintong.
Tidak lama, Sintong baru menyadari pengumuman yang masih terus mengudara itu berasal dari tape recorder. Kaset tersebut terus berputar meski tak ada yang mengoperasikannya. Demi menghentikannya, dia sempat ingin merusaknya dengan memukulkan popor senjata, namun tindakan ini segera dicegah salah satu karyawan dan menekan tombol off.
Segera setelah RRI diduduki, Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Ibnu Subroto mulai menyiarkan pengumuman lanjutan. Dia membacakan pesan yang ditulis Mayor Jenderal Soeharto selaku perwira tinggi satu-satunya di TNI.
Setelah pembacaan selesai, rupanya temuan tape recorder yang berisi siaran propaganda dari PKI menggelitik seorang perwira senior menyindir Sintong. "Ah kampungan kamu. Masak kamu tidak tahu kalau siaran G30S/PKI itu berasal dari tape recorder?"
Mendengar itu, komandan peleton Sintong langsung menjawab dengan nada bercanda. "Ya, tadi saya mendapat perintah untuk menangkap orangnya," jawabnya disambut tawa.
Keberhasilan ini telah membalikkan keadaan. Letkol Untung yang semula berada di atas angin mulai terdesak. Seluruh tentara yang sempat terjebak kembali ke kesatuannya masing-masing. Dalam waktu singkat, seluruh upaya kup berhasil diredakan. (Merdeka)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 30 September 2015
Kisah RPKAD Rebut RRI dari PKI Hanya Dalam 20 menit
Label:
KOPASSUS,
Prestasi Militer,
Propesionalisme TNI,
Tragedi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar