Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ini wajar dicapai Indonesia karena memang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia perakitan dan pembuatan pesawat.
Indonesia memasuki fase baru yakni joint production pembuatan pesawat tempur sekelas F-16 dengan Korea Selatan. Adapun pesawat yang akan dibangun kira-kira memiliki spesifikasi:
Peran : Multirole Stealth Fighter
Pabrikan: KAI & PT DI
Target Operasi: 2020 (estimasi)
Populasi: Proses development
Mesin: 2 x GE F414-GE-400 (2 x 97,9 kN)/ F414 EPE
Jumlah Produksi: 250 pesawat
Rencananya pesawat ini akan dilengkapi radar AESA buatan Korsel, IRST, datalink dan memiliki kemampuan supercruise. Dua disain pesawat sedang dianalisa yakni: KFX-201: twin engine dan KFX:-101: single engine.
Korea Selatan mengaku telah memiliki 63% teknologi untuk membuat KFX dan memiliki 60% dana untuk membangunnya. Sisanya diharapkan bisa diperoleh dari pihak asing terutama Indonesia yang mendukung pendanaan sebesar 20 persen dan berniat membeli 50 pesawat.
Apakah Pesawat KFX/IFX akan terealisasi ?
Beberapa pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.
Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.
Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.
Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.
Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara mereka.
Apa yang terjadi dengan Israel ?
Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir menjadi mumpuni, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.
Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).
Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.
Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut. Kesempatan inilah yang sangat mahal. Para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.
Joint production antara Korsel dan Indonesia dalam membuat jet tempur KFX/IFX merupakan langkah yang jitu.
Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir menjadi mumpuni, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.
Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).
Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.
Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut. Kesempatan inilah yang sangat mahal. Para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.
Joint production antara Korsel dan Indonesia dalam membuat jet tempur KFX/IFX merupakan langkah yang jitu.
Diagram efek KFX yang dirilis Korsel |
Kasus yang sama sebenarnya sedang terjadi dengan TNI AL. Saat ini TNI AL telah berhasil membuat berbagai jenis kapal perang, yang sistem persenjataannya dibeli dari negara asing. Hal ini sebuah kemajuan. Indonesia telah mampu meng-install rudal yakhont maupun C-802 di berbagai KRI.
Kini Indonesia mulai melangkah dengan membuat Combat Management System (CMS) untuk kapal-kapal perang buatan dalam negeri. Indonesia bisa terus bergerak untuk mendapatkan lompatan teknologi, bukan sekedar membelinya dari negara asing.
Hal-hal yang besar di dunia ini, diawali dengan yang kecil. Kini Indonesian bergerak dengan proyek: Pesawat Tempur IFX, Kapal Cepat Rudal Trimaran, Kapal Selam Chang Bogo, Tank Medium Pindad dan Senjata Serbu Pindad. Merdeka Indonesia
Kini Indonesia mulai melangkah dengan membuat Combat Management System (CMS) untuk kapal-kapal perang buatan dalam negeri. Indonesia bisa terus bergerak untuk mendapatkan lompatan teknologi, bukan sekedar membelinya dari negara asing.
Hal-hal yang besar di dunia ini, diawali dengan yang kecil. Kini Indonesian bergerak dengan proyek: Pesawat Tempur IFX, Kapal Cepat Rudal Trimaran, Kapal Selam Chang Bogo, Tank Medium Pindad dan Senjata Serbu Pindad. Merdeka Indonesia
Sumber : JKGR
memang ada diragukan, tetapi bukan lantas berhenti dlm keraguan, krn indonesia amat memerlukan teknologi ini. mau nggak mau indonesia harus berani melangkah shg bisa membuktikan bhw teknologi itu bisa dikuasai berapapun lamanya.
BalasHapussetuju sekali, kalo tidak dicoba dari sekarang... kapan industri militer indonesia bisa mandiri..
Hapus"Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter."
BalasHapusbukannya AU India udah pilih Dassault Rafale ketimbang Eurofighter Typhoon??
Seperti pepatah "Pengalaman adalah guru terbaik". Justru berkaca dari pengalaman negara-negara yang kurang sukses dengan pengembangan pesawat tempurnya, maka Indonesia seharusnya bisa memperbaiki sisi-sisi kelemahannya. Sebelumnya Korea sudah membuat pesawat tempur T-50 dengan bantuan (dan teknologi pesawat) AS dan sejauh ini tidak ada masalah dengan jenis pesawat tersebut.
BalasHapusMaka terlepas dari sukses atau tidaknya program KFX/IFX ke depan tidak semata-mata dilihat dari sisi marketing apakah laku atau tidak, tapi dilihat juga dari sisi prestisenya, karena dengan kemampuan membuat pesawat tempur dapat membuktikan kemampuan kita akan teknologi tinggi..
Penulis topik di atas ini berkata : "Hal-hal besar di dunia ini, diawali dengan yang kecil" tapi mungkin dia sama sekali tidak mengerti kalimat yang fundamental dan penting sekali itu. Disebut bahwa dalam pembuatan jet tempur KFX/IFX ini Indonesia akan "belajar" membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dsb-nya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Satu unit bayangan telah dibentuk di PTDI untuk "menyalin" semua aktivitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PTDI di Korsel untuk mengantisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti. Kalau anda mengatakan membuat pesawat tempur dapat membuktikan "kemampuan kita" akan teknologi tinggi, maka "kita" di sini maksudnya masih tetap kami ini ( para insinyur PTDI, antara lain saya ), bukan termasuk anda atau yang tidak berkompetensi di bidang teknologi penerbangan kan ?
HapusNah, karena saya masih tergolong dalam "kita" yang sebenarnya, dan kawan-kawan saya para insinyur PTDI atau ITB yang lain sedang atau akan mempelajari sistem terbaik utuk diinstall di pesawat tempur tersebut, maka sebagai kawan seprofesi dan segolongan ilmu / akademik, tentu saya harus membantu mereka dong. Saya telah memiliki bayangan desain tersendiri tentang sistem senjata, sistem avionik, mesin propulsi, rangka pesawat dan jenis material pesawat untuk rancangan pesawat tempur X versi saya sejak 15 tahun lalu ( bagian dari Proyek Khusus saya ). Saya punya filosofi ampuh untuk menderivatifkan perhitungan-perhitungan high-lift systems, stability & control dan prestasi terbang plus kemampuan manuver terbaik dari pesawat tempur X ini. "Hal-hal kecil untuk membentuk hal-hal besar di dunia" yang saya pahami ini mempunyai tingkatan relativistik tertentu yang unggul, dan saya akan membuktikan itu.
Terus maju rebut teknologi pesawat tempur IFX/T-50, dr korea selatan dan bekerja terus akhirnya akan mendapatkan hasil.
BalasHapusbetul pak, semoga saja projek ini tidak berhenti di tengah jalan. semoga ahli2 dari Indonesia dapat menganbil pengalaman berharga yang sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kemajuan dirgantara Indonesia
Hapusmaju truzzzz,,,,pantang mundurrr,,,keajaiban suIit ditebak
BalasHapusMajulah indonesiaku ! ............... MERDEKA !!!!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusSaya masih ingat seorang pejabat Indonesia pernah berkata : "Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan", betul sekali Pak, tetapi kemerdekaan ini harus digunakan secara jujur dan benar juga pada saat-saat seperti ini, dimana PTDI akan ikut membuat pesawat tempur KFX/IFX bersama Korsel.
BalasHapusKemerdekaan Indonesia tentu harus didukung oleh pesawat-pesawat tempur yang canggih, dan yang membuatnya tentu insinyur-insinyur PTDI, antara lain saya ( lulus Teknik Mesin KBK Teknik Penerbangan ITB 1991 S-1 dan 1997 S-2 ). Kemerdekaan Indonesia harus mengakui diri saya sebagai Sarjana dan Magister Teknik Penerbangan ITB, karena pada saat ini saya sudah memiliki konsep desain pesawat tempur X versi saya yang sangat canggih. Konsep ini bisa diintegrasikan ke dalam Proyek Jet Tempur KFX/IFX ini.
Suatu kehormatan bagi saya selaku pengelola blog sederhanan ini atas komentar langsung dari bapak Agustinus Nukoboy yang ternyata salahsatu teknokrat kedirgantaraan Nasional RI.
HapusKami selaku rakyat Indonesia tentaunya sangat bangga atas prestasi yang telah ditorehkan putra putri terbaik bangsa ini dalam hal kedirgantaraan. kami juga sangat menati hasil nyata dari projek KFX/IFK yang tengah dijalankan saat ini.
Salam