Cari Artikel di Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Radar Pertahanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Radar Pertahanan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Februari 2016

PT LEN Kembangkan Teknologi Penangkal Rudal

Setelah PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat pesawat N219, Indonesia juga berhasil mengembangkan teknologi mobil penangkal rudal yang dikembangkan oleh PT LEN Industri, perusahaan BUMN yang dipercaya untuk mengembangkan teknologi di bidang militer, khususnya mengenai rudal.

PT LEN Kembangkan Teknologi Penangkal Rudal

Dari pantauan Okezone, telah terdapat sejumlah mobil merek land rover yang telah berhasil dikembangkan dengan dilengkapi teknologi penangkal rudal.

“Kita kerja sama dengan Inggris, tapi kita rakit di sini. Meski bukan 100 persen buatan Indonesia, tapi teknologinya serta baterainya kita kembangkan di sini,” ujar General Manajer Bisnis elektronika pertahanan PT LEN, Upari Rahardi, di lokasi penyimpanan mobil, Subang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).

Kamis, 07 Januari 2016

Panglima TNI: Ada Radar yang Hanya Bisa Berdoa Saat ada Pesawat Asing Masuk

Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo pada 27 Desember 2015-3 Januari 2016 melakukan kunjungan ke sejumlah daerah perbatasan. Salah satu yang dikunjungi adalah Pulau Saumlaki di Maluku yang merupakan daerah perbatasan Indonesia di wilayah timur. 

Ada Radar yang Hanya Bisa Berdoa Saat Pesawat Masuk

Di pulau tersebut, kata Gatot, sebenarnya sudah ada radar untuk memantau pergerakan pesawat asing yang masuk otoritas Indonesia. Namun tak ada yang bisa dilakukan setelah radar tersebut mendeteksi adanya pesawat asing yang masuk. Dia mengibaratkan radar itu hanya bisa berdoa ketika ada pesawat asing yang masuk.

"Di Pulau Saumlaki, ada sebuah radar, tetapi jika radar tersebut melihat ada pesawat yang masuk ke wilayah Indonesia, dia hanya bisa berdoa saja. Berdoa, Ya Tuhan semoga mereka bisa segera keluar," kata Gatot kepada wartawan usai menghadiri perayaan Natal di Gedung Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (7/1/2016). Gatot mengatakan hal itu sambil tersenyum.

Selasa, 24 November 2015

Indonesia Digoda Tawaran Paket Kekuatan Udara Dari Swedia

Kediaman Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa Penuh Swedia untuk Indonesia, Johanna Brismar Skoog, dipadati para pewarta dan undangan pada hari Kamis pagi, 22 Oktober 2015. Kedutaan Besar Swedia dan perusahaan militer Saab AB bersama-sama mengadakan pengumuman kepada media mengenai "Paket Kekuatan Udara Swedia" (Swedish Air Power Package) untuk Indonesia.

Indonesia Digoda Tawaran Paket Kekuatan Udara Dari Swedia

Di tengah-tengah persaingan pemilihan pesawat tempur TNI AU terbaru antara Sukhoi Su-35, Lockheed Martin F-16V, Dassault Rafale, dan Saab JAS-39 Gripen, maka Saab menawarkan paket kekuatan udara yang lebih komprehensif dan dinilai akan sangat menghemat biaya pembelian ke depannya.

Peter Carlqvist, Head of Saab Indonesia, menjelaskan aspek Paket Kekuatan Udara Swedia, yang terdiri dari:
1. Pesawat tempur JAS-39 Gripen
2. Erieye AEW&C untuk pengawasan dan kendali wilayah udara dan maritim
3. Command and Control (ground based)
4. Tactical Data Link
5. Kerjasama industri yang mencakup transfer teknologi dan produksi lokal (dengan harapan imbas pembukaan ribuan lapangan kerja baru)

Selasa, 20 Oktober 2015

Ahli Pertahanan Dukung Pengambilalihan FIR dari Singapura

Presiden Joko Widodo memerintahkan kementerian terkait untuk segera mengambil alih Flight Information Region (FIR) yang dikendalikan Singapura. Andi Widjajanto mendukung langkah pemerintah.

Atas perintah International Civil Aviation Organitation (ICAO), FIR di sekitar wilayah Kepulauan Riau, Tanjungpinang, dan Natuna didelegasikan kepada Singapura sejak tahun 1946.


Ahli Pertahanan Dukung Pengambilalihan FIR dari Singapura

Presiden Jokowi meminta agar jajarannya segera mempersiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia agar kontrol wilayah udara di wilayah tersebut bisa diambilalih oleh Indonesia dalam waktu 3-4 tahun.

"FIR-nya wajib untuk segera dikembalikan atau segera dipegang kendalinya oleh Indonesia. Itu wajib. Presiden Jokowi sudah memerintahkan kan," ujar ahli pertahanan Andi Widjajanto usai menjadi pembicara dalam diskusi CSIS di Gedung Pakarti Center, Jl Tanah Abang III, Jakarta, Senin (19/10/2015).

Jumat, 11 September 2015

DPR minta pemerintah ambil alih FIR dari Singapura

Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya meminta pemerintah Indonesia untuk segera mengambil alih Flight Information Region (FIR) di wilayah udara Kepulauan Natuna, Sumatera, yang selama 60 tahun dipegang Singapura.

"Ini bukan hanya masalah bisnis. Ini masalah kedaulatan negara," kata Yahya, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis.


Flight Information Region (FIR)

Kelemahan pengawasan udara ini sering dimanfaatkan Singapura untuk melakukan latihan militer.

"Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Wibawa kita akan semakin melorot di mata negara sahabat, kedaulatan kita juga akan terancam, maka kita perlu tegas," katanya.

Rabu, 02 September 2015

Denmark Tawarkan Kerjasama Transfer Teknologi dan Produksi Bersama Pembuatan Radar

Pemerintah Denmark melalui Duta Besar Denmark untuk Indonesia  menyampaikan tawaran dan keinginan Dermark untuk menjalin kerjasama di bidang industri pertahanan dengan Indonesia. Denmark menyatakan siap untuk melakukan kerjasama khususnya kerjasama dalam transfer teknologi  dan produksi bersama  pembuatan radar.

Denmark Tawarkan Kerjasama Transfer Teknologi dan Produksi Bersama Pembuatan Radar


Tawaran tersebut disampaikan Duta Besar Denmark untuk Indonesia, H. E. Casper Clynge, saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu, Selasa (1/9) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

“Kami sampaikan bahwa komitmen Pemerintah Denmark untuk dapat berinvestasi di Indonesia. Jadi nanti pembelian radar ini tidak hanya semata-mata menjual radar saja, tetapi juga ingin memberikan transfer teknologi, penyediaan lapangan kerja dan juga akan ada produksi bersama”, jelas Dubes Denmark untuk Indonesia.

Sabtu, 18 Juli 2015

Ukraina Tawarkan ToT 60 % Radar “S-300″

Meskipun situasi dalam negeri Ukraina sedang mengalami masalah atau konflik namun tidak mengganggu hubungan antara Indonesia dan Ukraina yang telah berjalan dengan baik.

Project antara kedua negara tetap berjalan dengan baik, Ujar Dubes Ukraina untuk Indonesia Mr. H.E. Volodymyr Pakhil saat melakukan kunjungan kepada Menhan Ryanizard Ryacudu, Jumat (10/7), di kantor Kemhan Jakarta.



Dalam kesempatan ini Dubes Ukraina mengatakan bahwa hubungan di bidang pertahanan dengan Indonesia telah berjalan dengan baik dan belum ditemukan masalah yang berarti selama ini. Untuk itu seperti disampaikan Dubes Ukraina bahwa pemerintahnya menyampaikan keinginannya untuk memperluas kerjasama dengan Indonesia.

Minggu, 12 Juli 2015

Panglima TNI Minta Sistem Radar Diperkuat

Dalam beberapa tahun terakhir, Australia terus memperbarui dan memperluas jangkauan sistem radar yang dimilikinya. Dengan sistem radar Jindalee, yang mulai didirikan pada 1974, Australia kini memiliki jangkauan radar hingga 3000 kilometer atau hingga mencapai wilayah Indonesia.

Panglima TNI Minta Sistem Radar Diperkuat

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, mengakui sistem radar Jindalee yang dimiliki Australia memang sudah berjalan sejak lama. Pun dengan pengembangan yang mereka lakukan. Hingga pengembangan terakhir yang mereka terhadap sistem radar over the horizon tersebut, yaitu pada 2014. Radar tersebut bahkan mampu memantau pesawat udara ataupun kapal laut dengan jarak 3000 kilometer.

Bahkan, radar itu mampu menangkap citra pesawat Indonesia yang terbang di atas Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. ''Jadi kalau pesawat kita terbang dari Madiun itu sudah langsung sudah bisa dimonitor,'' kata Panglima TNI kepada wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (10/7).

Selasa, 10 Maret 2015

Radar militer Erieye AEW&C SAAB juga bisa untuk sipil

Sistem radar, peringatan dini, dan komando Erieye AEW&C dari perusahaan otomotif, dirgantara dan pertahanan Swedia, SAAB AB, bisa dipergunakan juga untuk keperluan sipil, selain untuk kepentingan militer.

Radar militer Erieye AEW&C SAAB juga bisa untuk sipil

"Ada berbagai tingkatan skala konflik yang bisa diputuskan selain status perang secara militer. Kami menawarkan solusi dari peralatan yang kami kembangkan ini, yaitu Erieye AEW&C yang ditempatkan pada pesawat terbang untuk keperluan selain militer,” kata Kepala Pengembangan Bisnis Pemasaran SAAB AB, Lars Ekstrom, di Kantor Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB, di Gotheborg, Swedia, Senin.

Gotheborg di selatan Swedia adalah "rumah" bagi pengembangan piranti lunak dan sistem pertahanan elektronik. SAAB AB menghabiskan 28 persen dananya untuk riset dan pengembangan produk dan sistem.

SAAB Swedia akan tawarkan Erieye AEW&C kepada Indonesia

SAAB AB, perusahaan industri sistem pertahanan dan keamanan Swedia, telah memulai serangkaian pembicaraan tentang penawaran sistem pengamatan udara Erieye AEW&C kepada pemerintah Indonesia untuk mengawal wilayah udara, darat, dan maritim Tanah Air.

SAAB Swedia akan tawarkan Erieye AEW&C kepada Indonesia

"Kami akan senang jika sistem kami itu bisa diterima Indonesia dan kami telah melakukan pembicaraan soal ini dengan pemerintah Indonesia,” kata Wakil Presiden dan Kepala Sistem Pengamatan Udara dan Bisnis Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB Lars Tossman di Gotheborg, Swedia, Senin waktu setempat.

Penawarannya itu, kata Tossman, terkait juga dengan penawaran sistem pesawat tempur JAS-39 Gripen yang turut dalam proyeksi pengganti pesawat tempur F-5E/F Tiger II pada Skuadron Udara 14 TNI AU.

Menurut dia, sistem yang dikembangkan SAAB AB pada piranti Erieye AEW&C sangat pas dengan keperluan Indonesia yang memiliki wilayah udara sangat luas.

Rabu, 18 Februari 2015

Menhan Minta Lockheed Martin Lanjutkan Pembicaraan Dengan TNI AU Soal Radar

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Selasa (17/2), menerima kunjungan Vice President & General Manager Radar Surveillance System Lockheed Martin Corporation Mr Greg Larioni di Kantor Kemhan, Jakarta. Kedatangannya menemui Menhan ini adalah untuk mengetahui kelanjutan program-program kerjasama dengan TNI AU dan Industri Pertahanan dalam negeri. Menhan menegaskan untuk melanjutkan program-program yang telah dibicarakan dengan TNI AU.

Menhan Minta Lockheed Martin Lanjutkan Pembicaraan Dengan TNI AU Soal Radar

Sejak tahun 2010 Radar Surveillance System Lockheed Martin Corporation telah melakukan beberapa pembicaraan dengan TNI AU, dan telah melalui pengkajian dari KKIP mengenai kemungkinan alih teknologi. Sehingga radar ini nantinya dapat dibangun sendiri di Industri Pertahanan dalam negeri dalam hal ini CMI. Saat ini pun Lockheed Martin Corporation telah bekerjasama dengan CMI dalam pembuatan suku cadang untuk dipasarkan ke negara lain.

Kamis, 05 Februari 2015

Radar Minim, Pertahanan Udara dan Laut NKRI Lemah

Radar yang dimiliki TNI Angkatan Udara (AU) hingga saat ini masih minim. Akibatnya  pertahanan udara dan laut Indoensai belum maksimal. Karena objek yang berada di radius ratusan kilometer tidak terdeteksi.

Anggota TNI-AU di Komando Pertahanan Udara Nasional memantau wilayah udara nasional untuk mendeteksi secara dini pesawat asing yang memasuki wilayah nasional. | Foto : antara

Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU), Marsekal Madya TNI Agus Supriatna, mengatakan, TNI AU berusaha semaksimal mungkin menjaga kawasan terluar Indonesia. Namun semua akan maksimal jika Indonesia memiliki radar yang mencukupi.  “Selama ini kami masih kekurangan radar, itu sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan udara di wilayah NKRI. Kami berharap pasokan radar dapat dipenuhi secepatnya oleh Pemerintah,” kata Agus di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (4/2/2015).

Menurut dia, TNI AU membutuhkan 32 radar untuk mendeteksi objek-objek di udara dan laut pada daerah jangkauan radius ratusan kilometer. Selain itu, radar ini berguna untuk mendeteksi kehadiran pesawat asing di wilayah Indonesia. "Tahun ini kami sudah ajukan agar ditambah. Tahun ini akan ada penambahan,” ujarnya.
 

Rabu, 07 Januari 2015

TNI AU Memperkuat Radar Pesawat

TNI Angkatan Udara (AU) akan memperkuat alat utama sistem persenjataannya (alutsista) demi menjaga keamanan negara. Untuk itu TNI berencana terus mempercanggih radar untuk mendeteksi setiap pesawat yang masuk wilayah Indonesia.

Radar MSSR

“Semua untuk angkatan udara prioritas terutama radar-radarnya,” kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Agus Supriatna usai dilantik di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Jumat (2/1/2014).

Menurut KSAU, jika radar-radar TNI AU canggih maka setiap pesawat yang mencoba masuk langit Indonesia akan diketahui.

Rabu, 31 Desember 2014

Analisis Radar : Terbang Rendah dan Kecepatan AirAsia QZ8501 Terlalu Pelan?

Sejumlah pakar terkait penerbangan menyatakan pembacaan awal atas data yang diyakini sebagai "bocoran" layar monitor menara pengawas lalu lintas udara, mendapatkan pesawat AirAsia QZ8501 terbang dengan kecepatan terlalu pelan untuk naik melewati awan kumulonimbus (CB).

Bocoran data radar terakhir dari pesawat AirAsia berkode penerbangan QZ8501 sebelum hilang kontak
Bocoran data radar terakhir dari pesawat AirAsia berkode penerbangan QZ8501 sebelum hilang kontak

"Meski semua penjelasan kemungkinan penyebab hilangnya penerbangan AirAsia adalah spekulasi pada saat ini, kami tak bisa mengabaikan ada kejadian yang sangat mirip, yakni kecelakaan Air France 447 (AF447)," ujar blogger yang menekuni dunia penerbangan, David Cenciotti, seperti dikutip dari theavionist.com oleh AFP.

Cenciotti menambahkan, rendahnya ground speed yang tertera dalam "bocoran" layar pemantau radar tersebut bisa jadi disebabkan sudah ada hantaman keras angin dari arah depan pesawat.

Senin, 22 Desember 2014

Indonesia masih perlu banyak radar untuk kawasan maritim

Pelaku industri radar kemaritiman berpendapat Indonesia masih memerlukan banyak radar untuk mendukung kegiatan di kawasan maritim.
"Kita butuh macam-macam radar untuk awasi kemaritiman, untuk wilayah coastal, kita butuh coastal radar, untuk di pelabuhan kita butuh radar yang didesain untuk pelabuhan," ujar Ir. Beno Kunto Pradekso, M.Sc, MEE, selaku direktur salah satu perusahaan radar kemaritiman dalam diskusi yang diselenggarakan Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) di Jakarta, Sabtu (20/12).


Indonesia masih perlu banyak radar untuk kawasan maritim

Kemudian, lanjut Beno, untuk kebutuhan kapal sendiri Indonesia masih membutuhkan marine radar. Lalu untuk kebutuhan cuaca, dibutuhkan radar cuaca untuk memprediksi berapa besar ombak, kecepatan arus dan arah angin.

Kamis, 23 Oktober 2014

Teknologi Anti-Radar, Panglima Minta Uji dan di Terapkan Untuk Tank TNI

SEPULUH peraih penghargaan HUT Ke-69 TNI berdiri di panggung kehormatan Mabes TNI Cilangkap, 12 Oktober lalu. Mereka merupakan bagian dari upaya TNI mencari anak bangsa yang mampu menciptakan teknologi canggih untuk kepentingan militer.


Sebagai penghargaan atas jerih payah penciptaan karya itu, TNI berjanji mengembangkan dan menggunakan teknologi karya anak bangsa tersebut.

Salah seorang peraih penghargaan itu adalah Bambang Riyanto. Dia mewakili tim IPB yang memenangi kategori inovasi partisipasi publik. Saat naik ke panggung, dia tampak gugup berada di antara ribuan personel TNI yang hari itu mengikuti upacara tersebut.

Apalagi penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Selain kalangan akademis, penghargaan diberikan kepada para inovator dari masyarakat umum, kepala daerah, serta kalangan militer.

Kamis, 02 Oktober 2014

TNI Segera Hadirkan Sistem Antirudal Canggih

Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan mengerahkan seluruh kekuatan mereka dalam sistem persenjataan (Alutsista) pada peringatan HUT TNI ke-69 yang akan digelar di Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Surabaya, Selasa pekan depan, 7 Oktober 2014.

TNI Segera Hadirkan Sistem Antirudal Canggih
Panglima TNI Jenderal Moeldoko
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, pada hari jadi TNI ini
merupakan kesempatan untuk pamer kekuatan militer Indonesia kepada dunia.

"Agar masyarakat bisa melihat, ini bentuk pertanggungjawaban Presiden SBY lewat Panglima TNI. Pertanggungjawab secara keseluruhan, atas pembangunan militer, TNI khususnya. Pemerintah telah mengeluarkan uang, seperti apa bentuknya. Ini transparansi," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko kepada VIVAnews, Rabu, 1 Oktober 2014.

Selasa, 23 September 2014

Indonesia Pertimbangkan Kembali Tawaran Radar Intai SLR-66 Buatan Tiongkok

Indonesia akan mempertimbangkan kembali tawaran radar intai SLR-66 OTH dari Tiongkok untuk mendukung pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

"Indonesia akan melihat kembali spesifikasi teknis yang dibutuhkan, dalam pengamanan di ALKI, lalu interoperability radar yang ditawarkan itu, dengan sistem patroli maritim yang telah dijalankan Indonesia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada Antara di Beijing, di sela kunjungan ke Tiongkok, 21-23 September 2014.


Indonesia Pertimbangkan Kembali Tawaran Radar Intai SLR-66 Buatan Tiongkok

Indonesia dan Tiongkok, menurut dia, juga akan melihat kembali mekanisme pembiayaan untuk pengadaan radar itu.

"Jadi, masing-masing pihak akan melihat lebih dalam semua hal, yang terkait dengan penawaran radar pengintai tersebut," ujarnya.

Selasa, 16 September 2014

Rawan Pelanggaran TNI AU Bangun Radar Pemantau Perbatasan di Nunukan

Sebentar lagi "mata dan telinga" militer Indonesia akan bertambah tajam sejalan pembangunan instalasi radar bergerak di Pulau Nunukan, Kalimantan Utara.

Arah hadap instalasi radar itu sengaja ditujukan ke perbatasan Indonesia dengan negara bagian Sabah, Malaysia Timur itu, untuk mencegah pelanggaran kedaulatan ruang udara nasional. 


Rawan Pelanggaran TNI AU Bangun Radar Pemantau Perbatasan di Nunukan
Dokumentasi pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI Flanker Skuadron Udara 11 TNI AU menggiring pendaratan pesawat asing Boeing B-737 pada Latihan Sriti Gesit di Pangkalan Udara Utama TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulsel

Asisten Operasi Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI Sudipo Handoyo, kepada wartawan, setiba di Bandara Nunukan, Senin, menyatakan, "Radar itu diupayakan beroperasi pada November 2014."

Untuk menempatkan instalasi strategis itu, diperlukan lahan 10 Hektare walau radarnya adalah radar bergerak (mobile radar), yang juga berarti dia bisa bersifat mobil yang dapat dipasang dimana saja.

Kamis, 11 September 2014

Josaphat Sang Profesor Ahli Radar dan Drone yang Berjaya di Negri Sakura [Bagian 2]



Pengembangan Drone atau UAV Seri JX

Suatu saat saya memikirkan cara untuk menguji radar saya,yaitu memasangnya di badan pesawat. Kemudian saya coba diskusi dengan beberapa perusahaan pesawat dan mendapatkan jawaban yang hampir sama, yaitu memasang radar perlu mengubah atau memodifikasi badan pesawat. Modifikasi ini perlu dana sebesar 200 juta yen atau sekitar 20M rupiah. Bagi sebuah laboratorium yang baru memulai kariernya, nilai ini sangatlah besar sekali, kemudian saya balik pikiran daripada memberi dana sebesar itu ke orang lain, lebih baik membuat pesawat atau pesawat tanpa awak (drone/UAV) sendiri. Akhirnya saya pilih membuat pesawat tanpa awak sendiri. Hanya permasalahannya adalah frekuensi yang dipakai oleh synthetic aperture radar (SAR) yang saya buat saat itu adalah L band yaitu 1.27 GHz dengan panjang gelombang sekitar 24 cm. Sehingga memerlukan antenna yang cukup panjang, biasanya 10 lambda atau 2.4 m. 


Agar antenna tersebut dapat dimuat oleh drone, maka bersama anak saya yang masih berumur 4 tahun memikirkan bentuk yang memungkinkan. Agar SAR sensor tidak terlihat dari luar saat mengoperasikan, maka drone dipilih bentuk dimana antenna dipasang didalamnya. Agar gelombang electromagnet yang dipancarkan oleh radar dapat tembus dan terhantar dengan baik, maka bahan untuk badan pesawatpun dipilih campuran kayu balsa dan fiber plastic sehingga diperoleh dielectric constact sekitar 1.3 yang mendekati udara. Akhirnya saya pilih badan drone atau UAV sekitar 5-6 meter dan rentang saya 6 meter untuk menyangga seluruh beban sensor yang akan dibawa. UAV ini diberi nama Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX), dimana UAV pertama diberi nama JX-1.
Lazada Indonesia

Berita Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters