ilustrasi foto : news.okezone.com |
"Kemampuan intelijen kita baik kualitas maupun kuantitas masih bentukan intelijen lama, produk lama. Walaupun ada pendidikan baru tetapi pendekatan dan sosialisasinya cara lama, sementara ancaman sudah canggih di mana kuantitas kecil tapi kualitas tinggi," kata Farouk di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan karena cara-cara yang digunakan intelijen nasional tidak berkembang, akibatnya timbul pertanyaan atas kemampuan lembaga tersebut dalam mencegah munculnya teror di sejumlah tempat.
Menurut dia, dunia intelijen seharusnya mampu bertindak cepat, dan bersifat lintas negara dengan menggunakan teknologi informasi tinggi.