Militer Indonesia dikenal memiliki tradisi “gila” dalam berlatih, yakni latihan dopper. Latihan ini senyatanya bertujuan menguji nyali prajurit, mereka wajib merayap di lahan berlumpur dengan satu atau lebih pelatih menembaki kiri kanan mereka dengan peluru tajam.
“Tidak boleh ada keraguan atau kesalahan, harus merayap rata tanah, lurus dan jangan berhenti. Kalau berhenti, pelatih akan makin rajin menembaki di sekitarnya. Kalau sampai panik, malah bisa kena tembak. Sudah banyak korban dari latihan ini,” tutur Kapten Inf Ony Mulyanto, perwira Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD saat Pameran Teknologi di Solo, Kamis (12/8).
Ony memaparkan, karena sifat latihan yang sangat berisiko, para peneliti senjata di TNI AD berupaya menciptakan senjata khusus untuk latihan dopper. “Sampai saat ini belum ada negara yang menciptakan senjata khusus itu, ya karena tidak semua negara punya tradisi dopper,” terangnya.
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Tampilkan postingan dengan label RISET. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RISET. Tampilkan semua postingan
Selasa, 16 Agustus 2016
Litbang TNI AD Ciptakan Senapan "Dopper" Untuk Tembaki dan Uji Nyali Prajurit Komando
Label:
Industri Pertahanan,
Produk Nasional,
RISET,
Senapan,
TNI AD
Kamis, 23 Juni 2016
Satelit Buatan Indonesia Lapan-A3 Berhasil Meluncur ke Antariksa
Satelit Lapan-A3 hasil buatan antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mencatatkan sejarah setelah berhasil diluncurkan dari Sriharikota, India menuju orbit di luar angkasa, Rabu (22/6).
Diluncurkan di Tanah Hindustan pada pukul 9.25 waktu setempat atau sekitar 10.55 WIB, Satelit Lapan-A3 ini telah mengangkasa di orbit polar setinggi 500 kilometer.
Lapan-A3 bukan satu-satunya yang menebeng roket PSLV C-34 milik India.
Roket PSLV-C34 India memboyong 20 satelit sekaligus yang ukurannya kecil. Selain Lapan-A3 dari Indonesia, 19 lainnya berasal dari Kanada, Jerman, dan Amerika Serikat.
Diluncurkan di Tanah Hindustan pada pukul 9.25 waktu setempat atau sekitar 10.55 WIB, Satelit Lapan-A3 ini telah mengangkasa di orbit polar setinggi 500 kilometer.
Lapan-A3 bukan satu-satunya yang menebeng roket PSLV C-34 milik India.
Roket PSLV-C34 India memboyong 20 satelit sekaligus yang ukurannya kecil. Selain Lapan-A3 dari Indonesia, 19 lainnya berasal dari Kanada, Jerman, dan Amerika Serikat.
Label:
Industri Pertahanan,
Lapan,
Produk Nasional,
RISET,
Satelit
Rabu, 22 Juni 2016
Satelit LAPAN Diluncurkan Hari ini, Tonton Video Strimingnya
Otoritas antariksa nasional India, Indian Space Research Organisation (ISRO), sejak pekan lalu mengabarkan bahwa satelit milik Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN), LAPAN-A3 (disebut juga LAPAN/IPB) dijadwalkan meluncur hari ini, Rabu (22/6/2016).
Berita ini tentu sangat menggembirakan, mengingat peluncuran satelit sempat mengalami penundaan karena kendala teknis. Peneliti Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) LAPAN Robertus Heru Triharjanto mengatakan, peluncuran LAPAN-A3 mundur dari rencana semula (20/6/2016).
"Pemasangan satelit yang akan diluncurkan ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan. Total, ada 20 satelit yang harus dipasang," kata Heru.
Satelit LAPAN-A3 diluncurkan dengan menumpang (piggyback) roket PSLV-C34 milik India. Peluncurannya menumpang misi utama peluncuran Cartosat, serta dua satelit buatan perguruan tinggi di India, yaitu Sathyabamasat dan Swayam.
Berita ini tentu sangat menggembirakan, mengingat peluncuran satelit sempat mengalami penundaan karena kendala teknis. Peneliti Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) LAPAN Robertus Heru Triharjanto mengatakan, peluncuran LAPAN-A3 mundur dari rencana semula (20/6/2016).
"Pemasangan satelit yang akan diluncurkan ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan. Total, ada 20 satelit yang harus dipasang," kata Heru.
Satelit LAPAN-A3 diluncurkan dengan menumpang (piggyback) roket PSLV-C34 milik India. Peluncurannya menumpang misi utama peluncuran Cartosat, serta dua satelit buatan perguruan tinggi di India, yaitu Sathyabamasat dan Swayam.
Label:
Industri Pertahanan,
Lapan,
RISET,
Satelit
Sabtu, 18 Juni 2016
Flying Dutchmen, Kapal Trimaran Bersayap Inovasi ITS
Kebanggaan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia melahirkan kesadaran untuk memiliki kemampuan dalam mengendalikan keamanan lautnya. Maraknya Illegal Fishing, penyelundupan, pembajakan, terorisme serta berbagai aksi kejahatan melalui laut lainnya telah mendorong empat mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) menciptakan alutsista laut yang mumpuni untuk menangkal aksi-aksi di atas.
Untuk menghadapi tantangan operasi keamanan laut tersebut, diperlukan sebuah kapal perang dengan performa yang mumpuni dari aspek kecepatan, hidrodinamika, effisiensi power kapal, ketahanan kapal, sistem persenjataan hingga kemampuan tactical tempur kapal.
Adalah Anisa Prasetyo, Cakra Wijaya, Pratama Yuli dan Rahmat Diko, mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, menciptakan desain Kapal Trimaran Bersayap yang disebut Flying Dutchmen. Dibawah bimbingan Septia Hardy Sujiatanty, ST, MT, keempat mahasiswa ini mengkombinasikan desain kapal berlambung tiga (trimaran) dan konsep pesawat wing in surface effect, sehingga kapal dapat terbang rendah di atas permukaan air maupun darat.
Untuk menghadapi tantangan operasi keamanan laut tersebut, diperlukan sebuah kapal perang dengan performa yang mumpuni dari aspek kecepatan, hidrodinamika, effisiensi power kapal, ketahanan kapal, sistem persenjataan hingga kemampuan tactical tempur kapal.
Adalah Anisa Prasetyo, Cakra Wijaya, Pratama Yuli dan Rahmat Diko, mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, menciptakan desain Kapal Trimaran Bersayap yang disebut Flying Dutchmen. Dibawah bimbingan Septia Hardy Sujiatanty, ST, MT, keempat mahasiswa ini mengkombinasikan desain kapal berlambung tiga (trimaran) dan konsep pesawat wing in surface effect, sehingga kapal dapat terbang rendah di atas permukaan air maupun darat.
Label:
Industri Pertahanan,
Pesawat Tempur,
RISET
Jumat, 27 Mei 2016
Didukung Penuh TNI, Pindad Terus Hasilkan Senjata Baru Yang Lebih Canggih
Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim mengapresiasi komitmen TNI Angkatan Darat mendukung produk dalam negeri. Dukungan itu mendorong Pindad untuk terus menghasilkan senjata-senjata baru.
“Awal Juni kami akan launching di Kementerian Pertahanan beberapa senjata yang kami sampaikan untuk keperluan TNI,” kata Silmy, namun masih merahasiakan jenis senjata yang ia maksud.
Menurut Silmy, selama ini sejumlah negara telah memesan senjata dari perusahaan yang ia pimpin. Pindad pun telah mengirim pesanan senjata dari salah satu negara, yaitu Laos.
Dengan senjata buatan Pindad jenis pistol G2 itu, kata Silmy, petembak Laos memperoleh medali emas dalam sebuah perlombaan dari.
“Awal Juni kami akan launching di Kementerian Pertahanan beberapa senjata yang kami sampaikan untuk keperluan TNI,” kata Silmy, namun masih merahasiakan jenis senjata yang ia maksud.
Menurut Silmy, selama ini sejumlah negara telah memesan senjata dari perusahaan yang ia pimpin. Pindad pun telah mengirim pesanan senjata dari salah satu negara, yaitu Laos.
Dengan senjata buatan Pindad jenis pistol G2 itu, kata Silmy, petembak Laos memperoleh medali emas dalam sebuah perlombaan dari.
Minggu, 15 Mei 2016
Prototype Tank Boat Pindad dipamerkan Bulan November 2016
Sukses dengan senapan khusus SS 2 Subsonic, PT Pindad (Persero) kembali melakukan inovasi. Kali ini, perusahaan pelat merah berlogo Pasopati itu, sedang memproduksi tank boat alias tank kapal canggih. Menariknya, kapal tempur ini berbeda dengan kapal tempur lainnya.
Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim mengatakan tank kapal ini merupakan yang pertama di dunia. “Kami sedang membangun prototipe tank boat, dimana investasi untuk research and development sekitar USD15-20 juta,” ujarnya kepada Sindonews, Sabtu (14/5/2016).
Menurut dia, jenis kapal perang ini berbeda dengan kapal perang kecil kebanyakan negara. Karena memiliki hull ganda atau lazim disebut catamaran. Sehingga bisa dikatakan yang pertama di dunia. Jadi tank boat ini hanya Indonesia yang memproduksi, tidak meniru negara lain.
Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim mengatakan tank kapal ini merupakan yang pertama di dunia. “Kami sedang membangun prototipe tank boat, dimana investasi untuk research and development sekitar USD15-20 juta,” ujarnya kepada Sindonews, Sabtu (14/5/2016).
Menurut dia, jenis kapal perang ini berbeda dengan kapal perang kecil kebanyakan negara. Karena memiliki hull ganda atau lazim disebut catamaran. Sehingga bisa dikatakan yang pertama di dunia. Jadi tank boat ini hanya Indonesia yang memproduksi, tidak meniru negara lain.
Selasa, 03 Mei 2016
Ongen Sukses Ciptakan Drone dan Rancang Kapal Laut Tanpa Awak
Sukses membangun pesawat tanpa awak, Drone OS-Wifanusa, Yulian Paonganan alias Ongen kini tengah mempersiapkan kapal tanpa awak (Unmanned Surface Vehicle/USV). Kapal yang mengusung teknologi canggih ini dibangun untuk pertahanan Indonesia.
"Ya, saya sedang merancang kapal tanpa awak, mudah-mudahan segera terealisasi," ujar Ongen, Senin (2/5/2016).
Hebatnya, ide pembangunan kapal tanpa awak ini hadir di tengah doktor lulusan Institut Pertanian Bogor tersebut terjerat UU Pornografi dan UU ITE karena mengunggah foto Jokowi bersama Nikita Mirzani dengan hastak #PapaDoyanLonte dan #PapaMintaPaha di media sosial.
"Saya optimis, eksepsi diterima hakim. Karena surat dakwan yang dibacakan JPU banyak error in procedure," imbuhnya.
"Ya, saya sedang merancang kapal tanpa awak, mudah-mudahan segera terealisasi," ujar Ongen, Senin (2/5/2016).
Hebatnya, ide pembangunan kapal tanpa awak ini hadir di tengah doktor lulusan Institut Pertanian Bogor tersebut terjerat UU Pornografi dan UU ITE karena mengunggah foto Jokowi bersama Nikita Mirzani dengan hastak #PapaDoyanLonte dan #PapaMintaPaha di media sosial.
"Saya optimis, eksepsi diterima hakim. Karena surat dakwan yang dibacakan JPU banyak error in procedure," imbuhnya.
Kamis, 04 Februari 2016
Indoneisa Miliki Sumber Nuklir Ramah Lingkungan selain Uranium
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memperkirakan ada sekitar 210.000-280.000 ton thorium yang tersimpan di perut bumi Indonesia. Thorium merupakan salah satu jenis nuklir di samping uranium, namun limbah radio aktif yang dihasilkannya jauh lebih rendah dibanding uranium.
Tetapi thorium belum dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dalam waktu dekat, masih butuh penelitian panjang untuk mengembangkannya hingga siap untuk digunakan.
Salah satu kendala yang dihadapi BATAN untuk penelitian dan pengembangannya adalah ketiadaan dana. Untuk pemetaan potensi thorium saja BATAN butuh Rp 3 miliar per tahun. Penelitian thorium hingga siap digunakan membutuhkan dana hingga US$ 299 juta atau Rp 3,9 triliun.
Tetapi thorium belum dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dalam waktu dekat, masih butuh penelitian panjang untuk mengembangkannya hingga siap untuk digunakan.
Salah satu kendala yang dihadapi BATAN untuk penelitian dan pengembangannya adalah ketiadaan dana. Untuk pemetaan potensi thorium saja BATAN butuh Rp 3 miliar per tahun. Penelitian thorium hingga siap digunakan membutuhkan dana hingga US$ 299 juta atau Rp 3,9 triliun.
Selasa, 02 Februari 2016
PT LEN Kembangkan Teknologi Penangkal Rudal
Setelah PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat pesawat N219, Indonesia juga berhasil mengembangkan teknologi mobil penangkal rudal yang dikembangkan oleh PT LEN Industri, perusahaan BUMN yang dipercaya untuk mengembangkan teknologi di bidang militer, khususnya mengenai rudal.
Dari pantauan Okezone, telah terdapat sejumlah mobil merek land rover yang telah berhasil dikembangkan dengan dilengkapi teknologi penangkal rudal.
“Kita kerja sama dengan Inggris, tapi kita rakit di sini. Meski bukan 100 persen buatan Indonesia, tapi teknologinya serta baterainya kita kembangkan di sini,” ujar General Manajer Bisnis elektronika pertahanan PT LEN, Upari Rahardi, di lokasi penyimpanan mobil, Subang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).
Dari pantauan Okezone, telah terdapat sejumlah mobil merek land rover yang telah berhasil dikembangkan dengan dilengkapi teknologi penangkal rudal.
“Kita kerja sama dengan Inggris, tapi kita rakit di sini. Meski bukan 100 persen buatan Indonesia, tapi teknologinya serta baterainya kita kembangkan di sini,” ujar General Manajer Bisnis elektronika pertahanan PT LEN, Upari Rahardi, di lokasi penyimpanan mobil, Subang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).
Label:
PT LEN,
Radar Pertahanan,
RISET,
Rudal
Dua Puluh Lima Unit Rudal R-Han 122B Berhasil Diluncurkan
Uji dinamis kembali dilakukan terhadap 25 unit R-Han 122B yang dilakukan pada tanggal 27-29 Januari 2016 bertempat di Pantai Tempursari Lumajang, Jawa Timur. Acara pengujian ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan (Kabalitbang Kemhan) Anne Kusmayati, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Balitbang Kemhan (Kapuslitbang Alpalhankam Baliltbang Kemhan) Laksamana Pertama TNI Budihardja Raden, Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rika Andiarti, dan Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad (Persero) Ade Bagdja, serta para anggota Konsorsium Roket Nasional yang terdiri dari LAPAN, PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), dan perwakilan dari Universitas Gajah Mada (UGM). Dengan menggunakan Multi Launcher Rocket System (MLRS) RM-70 GRAD Marinir, 25 unit R-Han 122B berhasil diluncurkan dan membelah langit pesisir pantai Lumajang.
Uji fungsi ini dilakukan untuk menguji konsistensi performansi roket setelah uji terbang tahap pertama yang dilakukan pada Oktober 2015 lalu, dinilai telah berjalan dengan baik, yang melakukan pengamatan dan perekaman data perilaku terbang roket pada saat diterbangkan. Uji dinamis yang dilakukan kali ini untuk mendapatkan data hasil uji dinamis berupa prestasi terbang roket dan keandalan muatan yang dibawa roket, serta konsistensi performansi roket. Dalam pengujian kali ini juga dilakukan pencatatan jarak capai dan kehandalan terhadap spesifikasi desain.
Uji fungsi ini dilakukan untuk menguji konsistensi performansi roket setelah uji terbang tahap pertama yang dilakukan pada Oktober 2015 lalu, dinilai telah berjalan dengan baik, yang melakukan pengamatan dan perekaman data perilaku terbang roket pada saat diterbangkan. Uji dinamis yang dilakukan kali ini untuk mendapatkan data hasil uji dinamis berupa prestasi terbang roket dan keandalan muatan yang dibawa roket, serta konsistensi performansi roket. Dalam pengujian kali ini juga dilakukan pencatatan jarak capai dan kehandalan terhadap spesifikasi desain.
Senin, 25 Januari 2016
PT. DI Rancang Drone Kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE)
Dron rancangan PT. Dirgantara Indonesia mampu terbang non stop 24 jam dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki, dan mampuh menembakan rudal.
Kemampuan PTDI untuk membuat pesawat fix wing, tidak perlu diragukan lagi. Sejumlah pesawat sudah mereka rakit dan mereka ciptakan.
Kini PTDI akan masuk mengembangkan drone atau Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE). Drone ini dirancang mampu terbang non stop 24 jam dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki.
“Drone ini dirancang mampu terbang 24 jam di udara,” ujar Chief Engineer untuk PTTA, PTDI, Bona P. Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Dengan memiliki kemampuan terbang 24 jam tanpa jeda, drone canggih ini dirancang untuk misi terbang jarak jauh, yang bertugas hingga ke pulau-pulau terluar.
Kemampuan PTDI untuk membuat pesawat fix wing, tidak perlu diragukan lagi. Sejumlah pesawat sudah mereka rakit dan mereka ciptakan.
Kini PTDI akan masuk mengembangkan drone atau Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE). Drone ini dirancang mampu terbang non stop 24 jam dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki.
![]() |
MQ-9 Reaper, AS |
“Drone ini dirancang mampu terbang 24 jam di udara,” ujar Chief Engineer untuk PTTA, PTDI, Bona P. Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Dengan memiliki kemampuan terbang 24 jam tanpa jeda, drone canggih ini dirancang untuk misi terbang jarak jauh, yang bertugas hingga ke pulau-pulau terluar.
Label:
Industri Pertahanan,
Produk Nasional,
PT DI,
RISET,
UAV
Selasa, 12 Januari 2016
Alasan Pindad Rancang Senapan kaliber Sekelas AK47
PT Pindad (Persero) terus melakukan inovasi produk senjata. Dalam waktu dekat, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen senjata dan kendaraan tempur itu, akan meluncurkan senapan generasi terbaru.
Senapan dengan kaliber 7.62 x 51 mm ini memiliki jarak tembak efektif sampai 800 meter. Dengan kemampuan itu, senapan varian baru ini diklaim lebih mumpuni daripada senapan serbu legendaris AK 47, yang memiliki kaliber hampir serupa. Lantas apa alasan Pindad masuk ke senapan serbu sekelas AK 47?
Direktur Utama Pindad, Silmy Karim mengaku, tren bisnis pengembangan senapan serbu ringan ke depannya bakal bergeser ke arah senapan, dengan jangkauan tembak lebih jauh, yakni kaliber 7.62 mm. Sehingga Pindad harus menangkap sinyal tersebut.
Senapan dengan kaliber 7.62 x 51 mm ini memiliki jarak tembak efektif sampai 800 meter. Dengan kemampuan itu, senapan varian baru ini diklaim lebih mumpuni daripada senapan serbu legendaris AK 47, yang memiliki kaliber hampir serupa. Lantas apa alasan Pindad masuk ke senapan serbu sekelas AK 47?
Direktur Utama Pindad, Silmy Karim mengaku, tren bisnis pengembangan senapan serbu ringan ke depannya bakal bergeser ke arah senapan, dengan jangkauan tembak lebih jauh, yakni kaliber 7.62 mm. Sehingga Pindad harus menangkap sinyal tersebut.
Label:
Industri Pertahanan,
Pindad,
Produk Nasional,
RISET,
Senapan
Sabtu, 09 Januari 2016
300 ilmuwan Indonesia terlibat dalam pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X
300 ilmuwan dan teknisi pembuat pesawat tempur dari Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk mempelajari pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X.
"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Jakarta, Kamis.
Pengiriman 300 tenaga ahli Indonesia ini adalah bagian dari kesepakatan antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam kontrak pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X yang dikerjakan kedua negara.
Dalam kerja sama pengembangan itu Indonesia-Korea Selatan sepakat membagi biaya pembuatan pesawat dalam skema 20 persen untuk Indonesia dan 80 persen dibiayai Korea Selatan.
"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Jakarta, Kamis.
Pengiriman 300 tenaga ahli Indonesia ini adalah bagian dari kesepakatan antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam kontrak pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X yang dikerjakan kedua negara.
Dalam kerja sama pengembangan itu Indonesia-Korea Selatan sepakat membagi biaya pembuatan pesawat dalam skema 20 persen untuk Indonesia dan 80 persen dibiayai Korea Selatan.
Selasa, 27 Oktober 2015
Mengenal NASDEC (National Ship Design and Engineering Center)
NASDEC (National Ship Design and Engineering Center) merupakan lembaga pusat desain dan rekayasa kapal nasional yang berdiri sejak 2006 berdasarkan kerja sama antara ITS dan Departemen Perindustrian. Berdirinya Nasdec diharapkan mampu menjadi simpul desain kapal dan rancang bangun perkapalan untuk mendukung pembangunan maritim nasional.
Dalam pembangunan poros maritim dunia tentunya NASDEC memiliki peran penting sebagai pusat studi teknologi kemaritiman. Hal tersebut tentunya sangat diperlukan sebagai salah satu elemen pendukung Indonesia untuk mewujudkan tol laut sebagai pendukung poros maritim dunia.
Dalam hal ini sekjen Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), Ahlan Zulfakhri menyampaikan kepada Jurnal Maritim bahwa NASDEC merupakan sebuah lembaga yang sangat penting dalam mendukung pembangunan tol laut menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia. Namun sayangnya fungsi NASDEC selama ini belum mampu berjalan secara optimal untuk memberikan dukungan bagi pembangunan maritim Indonesia.
![]() |
MV. Salila 3D Rendering (Anndi Iswa http://salila-indonesia.com ) |
Dalam pembangunan poros maritim dunia tentunya NASDEC memiliki peran penting sebagai pusat studi teknologi kemaritiman. Hal tersebut tentunya sangat diperlukan sebagai salah satu elemen pendukung Indonesia untuk mewujudkan tol laut sebagai pendukung poros maritim dunia.
Dalam hal ini sekjen Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), Ahlan Zulfakhri menyampaikan kepada Jurnal Maritim bahwa NASDEC merupakan sebuah lembaga yang sangat penting dalam mendukung pembangunan tol laut menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia. Namun sayangnya fungsi NASDEC selama ini belum mampu berjalan secara optimal untuk memberikan dukungan bagi pembangunan maritim Indonesia.
Senin, 26 Oktober 2015
Saab dan Selex Tawarkan Radar Canggih Untuk Pesawat Tempur KFX/IFX
Selama pameran Seoul International Aerospace and Defense Exhibition (ADEX), yang berlangsung dari 20 – 25 Oktober, beberapa perusahaan pembuat radar Eropa berusaha untuk merayu Korea Selatan yang tampaknya kecewa dengan AS.
Setelah perusahaan Saab Swedia menawarkan peengembangkan radar AESA dengan Korea Selatan. Kini giliran perusahaan Selex, bagian dari Finmeccanica mengajukan radar Captor-E yang selama ini menjadi radar andalan pesawat tempur Eurofighter Typhoon.
Perusahaan kedirgantaraan asal Inggris dan Italia itu merekomendasikan Seoul untuk mengadopsi radar dari Selex dan kemudian memproduksinya secara lokal.
“Intinya adalah kita akan mencoba untuk memenuhi keinginan Korea semampu yang kita bisa,” kata seorang pejabat Selex.
Setelah perusahaan Saab Swedia menawarkan peengembangkan radar AESA dengan Korea Selatan. Kini giliran perusahaan Selex, bagian dari Finmeccanica mengajukan radar Captor-E yang selama ini menjadi radar andalan pesawat tempur Eurofighter Typhoon.
Perusahaan kedirgantaraan asal Inggris dan Italia itu merekomendasikan Seoul untuk mengadopsi radar dari Selex dan kemudian memproduksinya secara lokal.
“Intinya adalah kita akan mencoba untuk memenuhi keinginan Korea semampu yang kita bisa,” kata seorang pejabat Selex.
Sabtu, 24 Oktober 2015
Korsel Hampir Kuasai Empat Teknologi Inti Pesawat Tempur KFX/IFX
Meskipun mendapat penolakan dari Washington untuk mendapatkan teknologi penting untuk membangun jet tempur canggih, Korea telah berhasil mengembangkan sendiri beberapa sistem yang dibutuhkan.
Penolakan transfer teknologi dari AS dianggap sebagai kemunduran besar. Permintaan Seoul untuk mendapatkan teknologi inti dari Washington berulang kali ditolak, dan penolakan terbaru datang saat Presiden Park Geun-hye mengunjungi Amerika Serikat awal bulan ini.
Agency for Defense Development (ADD) atau Badan Pembangunan Pertahanan Korea telah berhasil mengembangkan dua dari empat teknologi inti sendiri.
ADD bahkan telah memamerkan versi trial dari sistem Infrared Search And Track (IRST) dan perangkat Electro-Optical Target Tracking Devices (EO TGP) di pameran kedirgantaraan Seoul International Aerospace and Defens Exhibition (ADEX). Produk ujicoba tersebut dibangun bekerjasama dengan perusahaan Korea, dipamerkan secara tertutup dan hanya diperlihatkan untuk tamu-tamu pilihan.
Penolakan transfer teknologi dari AS dianggap sebagai kemunduran besar. Permintaan Seoul untuk mendapatkan teknologi inti dari Washington berulang kali ditolak, dan penolakan terbaru datang saat Presiden Park Geun-hye mengunjungi Amerika Serikat awal bulan ini.
Agency for Defense Development (ADD) atau Badan Pembangunan Pertahanan Korea telah berhasil mengembangkan dua dari empat teknologi inti sendiri.
ADD bahkan telah memamerkan versi trial dari sistem Infrared Search And Track (IRST) dan perangkat Electro-Optical Target Tracking Devices (EO TGP) di pameran kedirgantaraan Seoul International Aerospace and Defens Exhibition (ADEX). Produk ujicoba tersebut dibangun bekerjasama dengan perusahaan Korea, dipamerkan secara tertutup dan hanya diperlihatkan untuk tamu-tamu pilihan.
Label:
Internasional,
Kerjasama Militer,
Pesawat Tempur,
RISET
Senin, 05 Oktober 2015
Menanti Bentuk Transfer Teknologi Militer Rusia untuk Indonesia
Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia Ryamizard Ryacudu ingin lakukan kerjasama dengan Pemerintah Rusia secara langsung tanpa adanya pihak-pihak yang tidak berkepentingan, sehingga tidak terganggu dengan masalah-masalah lain. Menhan memberikan tanggapan yang positif kepada Pemerintah Rusia yang hingga kini tetap bersedia mengadakan kerjasama di bidang pertahanan secara langsung dengan Pemerintah Indonesia.
“Saya tidak mau hubungan kerjasama ini terganggu masalah-masalah lain oleh pihak-pihak yang sebenarnya tidak perlu, akan tetapi jika seperti begini bagus,” Ungkap Menhan.
Hal ini disampaikan Menhan RI Ryamizard Ryacudu kepada Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin, Kamis (28/5) ketika bertemu di Kantor Kemhan, Jakarta.
“Saya tidak mau hubungan kerjasama ini terganggu masalah-masalah lain oleh pihak-pihak yang sebenarnya tidak perlu, akan tetapi jika seperti begini bagus,” Ungkap Menhan.
Hal ini disampaikan Menhan RI Ryamizard Ryacudu kepada Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin, Kamis (28/5) ketika bertemu di Kantor Kemhan, Jakarta.
Kamis, 01 Oktober 2015
Pindad Kembangkan Self Propelled Artillery Berbasis Tank AMX-VCI
Pindad terus mengembangkan kemampuan produksi lapis baja. Setelah berhasil membuat berbagai varian panser Anoa dan Kendaraan Taktis Sherpa, kini Pindad mengembangkan lapis baja penggerak rantai (tracked).
Setelah membuat prototype tanks SBS, Pindad mengembangkan Self Propelled Artillery berbasis tank AMX-VCI.
TNI diperkirakan memiliki sekitar 275 tank AMX. Sebagian tank AMX-13 (canon) telah diretrofit, termasuk mengubah ukuran meriamnya lebih besar, 105mm.
Setelah membuat prototype tanks SBS, Pindad mengembangkan Self Propelled Artillery berbasis tank AMX-VCI.
TNI diperkirakan memiliki sekitar 275 tank AMX. Sebagian tank AMX-13 (canon) telah diretrofit, termasuk mengubah ukuran meriamnya lebih besar, 105mm.
Senin, 28 September 2015
Siang Ini Satelit Buatan Indonesia Diluncurkan Dari India
Satelit pertama karya anak bangsa dan dibuat di Indonesia, bakal diorbitkan ke luar angkasa siang ini (28/9) pukul 11.30. Titik peluncuran ini ada di Pusat Antariksa Satis Dawan di Sriharikotta, India.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia belum mempunyai roket peluncur ruang angkasa. "Sehingga satelit Lapan-A2 atau disebut juga Lapan-Orari menumpang roket milik India," kata dia di Jakarta kemarin.
Guru besar riset bidang astronomi itu menjelaskan, satelit Lapan-Orari ini merupakan adik dari satelit Lapan-A1 (Lapan-Tubsat). Satelit perdana hasil kerjasama Indonesia dengan perusahaan TU Jerman itu diorbitkan ke luar angkasa pada 2007 silam.
Menurut Thomas, masa orbit satelit Lapan-A1 sejatinya diperkirakan berakhir pada 2013 lalu. Tetapi beberapa waktu lalu satelit Lapan-A1 itu masih mengirim video pemotretan bumi dari ketinggian 630 km di atas permukaan air laut. "Kita berharap peluncuran satelit Lapan-Orari ini berjalan sukses," tuturnya.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia belum mempunyai roket peluncur ruang angkasa. "Sehingga satelit Lapan-A2 atau disebut juga Lapan-Orari menumpang roket milik India," kata dia di Jakarta kemarin.
Guru besar riset bidang astronomi itu menjelaskan, satelit Lapan-Orari ini merupakan adik dari satelit Lapan-A1 (Lapan-Tubsat). Satelit perdana hasil kerjasama Indonesia dengan perusahaan TU Jerman itu diorbitkan ke luar angkasa pada 2007 silam.
Menurut Thomas, masa orbit satelit Lapan-A1 sejatinya diperkirakan berakhir pada 2013 lalu. Tetapi beberapa waktu lalu satelit Lapan-A1 itu masih mengirim video pemotretan bumi dari ketinggian 630 km di atas permukaan air laut. "Kita berharap peluncuran satelit Lapan-Orari ini berjalan sukses," tuturnya.
Label:
Industri Pertahanan,
Lapan,
Produk Nasional,
RISET,
Satelit
Jumat, 25 September 2015
PT Pindad (Persero) Laksanakan Uji Statis Warhead Roket
Pengujian merupakan salah satu validasi desain yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian desain dan performance suatu produk hasil penelitian dan pengembangan. Untuk pembuktian hasil desain tersebut, PT Pindad (Persero) malaksanakan pengujian hasil penelitian dan pengembangan salah satu produk pertahanan dan keamanan roket dengan menitik beratkan pada daya hancur serta kemampuan tabir. Pengujian yang dilakukan meliputi uji statis warhead (hulu ledak) roket pertahanan R-Han 122 B dan uji statis tandem shaped charge warhead untuk Anti Tank Guided Missile (ATGM) yang dilaksanakan di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 16-18 September 2015.
Acara ini dihadiri oleh Kepala Divisi Pengembangan Produk dan Proses PT Pindad (Persero), Heru Puryanto dan beberapa anggota Konsorsium Roket Nasional seperti Kementerian Pertahanan yang diwakili oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan (Balitbang Kemhan) dan Direktorat Jenderal Potensi Keamanan Kementerian Pertahanan (Ditjen Pohan Kemhan), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogjakarta.
Kolonel Abdullah Sani, Kepala Bidang Matra Darat Balitbang Kemhan mengatakan bahwa kegiatan pengujian ini merupakan salah satu bagian dari wujud kerja keras sumbangan terhadap bangsa dan negara. “Pengujian warhead roket ini merupakan salah satu program Balitbang Kemhan untuk R-Han 122 B, dimana akan dilaksanakan uji fungsi yang salah satu materinya adalah uji statis. Data-data ini akan sangat kami butuhkan dalam pengembangan roket yang merupakan bagian dari alutsista, sehingga roket ini dapat menjadi kebanggaan dan pada akhirnya bisa digunakan oleh kesatuan-kesatuan TNI,” ujarnya.
Acara ini dihadiri oleh Kepala Divisi Pengembangan Produk dan Proses PT Pindad (Persero), Heru Puryanto dan beberapa anggota Konsorsium Roket Nasional seperti Kementerian Pertahanan yang diwakili oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan (Balitbang Kemhan) dan Direktorat Jenderal Potensi Keamanan Kementerian Pertahanan (Ditjen Pohan Kemhan), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogjakarta.
Kolonel Abdullah Sani, Kepala Bidang Matra Darat Balitbang Kemhan mengatakan bahwa kegiatan pengujian ini merupakan salah satu bagian dari wujud kerja keras sumbangan terhadap bangsa dan negara. “Pengujian warhead roket ini merupakan salah satu program Balitbang Kemhan untuk R-Han 122 B, dimana akan dilaksanakan uji fungsi yang salah satu materinya adalah uji statis. Data-data ini akan sangat kami butuhkan dalam pengembangan roket yang merupakan bagian dari alutsista, sehingga roket ini dapat menjadi kebanggaan dan pada akhirnya bisa digunakan oleh kesatuan-kesatuan TNI,” ujarnya.
Label:
Industri Pertahanan,
Pindad,
Produk Nasional,
RISET,
Roket,
Rudal
Langganan:
Postingan (Atom)
Berita Populer
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan k...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
Kejujuran 11 prajurit Kopassus mengakui kesalahan, menembak empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan Sleman, Yogyakarta, mendat...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Ambisi Besar Sang Jenius Mantan Presiden RI BJ Habibie berencana menghidupkan kembali pesawat N250 yang sempat dipensiunkan oleh Pemerintah...
-
Vietnam baru saja kehilangan salah satu pahlawan perangnya, Jenderal Vo Nguyen Giap. Ratusan ribu orang mengantar kepergian Vo Nguyen Giap, ...
-
Yahudi dan Israel Merasa Disudutkan Indonesia Kelompok pendukung Israel dan Yahudi menilai, Indonesia kerap menyudutkan mereka. Menurut mere...