Selama pameran Seoul International Aerospace and Defense Exhibition (ADEX), yang berlangsung dari 20 – 25 Oktober, beberapa perusahaan pembuat radar Eropa berusaha untuk merayu Korea Selatan yang tampaknya kecewa dengan AS.
Setelah perusahaan Saab Swedia menawarkan peengembangkan radar AESA dengan Korea Selatan. Kini giliran perusahaan Selex, bagian dari Finmeccanica mengajukan radar Captor-E yang selama ini menjadi radar andalan pesawat tempur Eurofighter Typhoon.
Perusahaan kedirgantaraan asal Inggris dan Italia itu merekomendasikan Seoul untuk mengadopsi radar dari Selex dan kemudian memproduksinya secara lokal.
“Intinya adalah kita akan mencoba untuk memenuhi keinginan Korea semampu yang kita bisa,” kata seorang pejabat Selex.
“Pilihan terbaik saat ini bagi Korea adalah menghasilkan radar Captor-E pertama dibawah lisensi, dan setelah mendapat transfer teknologi dari Selex, Korea akan mampu memproduksi sendiri teknologi radar AESA secara lokal,” katanya.
Perusahaan asal Israel juga telah bergabung dengan kompetisi radar, memanfaatkan produk-produk sebelumnya yang sudah digunakan Korea Selatan.
Israel Aerospace Industries (IAI) saat ini menyediakan radar EL/M-2032 pulse Doppler untuk jet tempur ringan FA-50. Perusahaan Israel itu menawarkan radar EL/M-2052 airborne AESA fire control untuk pesawat KF-X.
“Kami bersedia bekerja sama dengan Korea,” kata Igal Karny, wakil direktur divisi pemasaran dan penjualan Elta Systems. “Seluruh radar-radar kami. Kami mengekspor radar sesuai dengan peraturan kami sendiri, ” kata Karny, tampaknya merujuk pada kekhawatiran Korea terhadap pembatasan ekspor radar AESA.
Tidak seperti perusahaan Eropa dan Israel, produsen radar AS sangat berhati-hati ketika berbicara tentang kerjasama radar AESA dengan Korea.
“Saya hanya dapat memberitahu bahwa sekarang kita tidak memiliki izin untuk membahas kerjasama radar pesawat KF-X dengan Korea,” kata seorang pejabat dari Raytheon.
Namun Perusahaan Northrop Grumman sedikit lebih aktif untuk berpartisipasi dalam program KF-X, mereka berusaha untuk menjual radar scalable agile beam kepada Korea.
“Kami sangat tertarik , dan ingin ikut mendukung program (KF-X) sebenarnya,” kata Paul Kalafos, wakil presiden sistem elektronik Northrop Grumman. “Kami memiliki kemitraan lama dengan Korea, dan kami ingin untuk terus bekerja sama dengan Korea dalam jangka panjang.”
Korea Aerospace Industries (KAI), yang bertanggung jawab pada program KF-X, menempatkan prioritas pertama untuk mengurangi risiko sebelum mengembangkan sendiri sistem radar AESA. KAI ingin membeli radar AESA baik dari AS atau negara lain untuk mengembangkan prototype pesawat KF-X.
“Kami merencanakan dua jalur untuk memperoleh teknologi AESA,” kata juru bicara KAI. “Kita bisa mengembangkan jet KF-X yang dilengkapi dengan sistem AESA baik dari AS atau Eropa selama lima tahun ke depan,” katanya. “Sementara itu, Agency for Defense Development (ADD) Korea dan perusahaan radar asing bisa mendorong untuk mengembangkan radar AESA buatan Korea sendiri selama 10 tahun pertama, sehingga pesawat KF-X seri blok berikutnya akan dilengkapi dengan radar produksi Korea.”
“Saya percaya kita dapat mengembangkan radar AESA sendiri dan teknologi kunci lainnya dalam waktu 10 tahun,” kata Penasihat Keamanan Nasional Kim Kwan-jin dalam audit Majelis Nasional 23 Oktober
“Kami sedang mencari bantuan teknis dari mitra asing untuk mengelola atau mengurangi risiko pengembangan independen dari teknologi Inti,” katanya, menambahkan ADD telah menerapkan penelitian dan pengembangan AESA sejak tahun 2006.
ADD telah telah menjalin kontak dengan perusahaan radar dari AS, Eropa dan Israel untuk pembelian radar AESA dan mendapatkan kerja sama teknis.
Perusahaan asing yang terpilih nantinya diharapkan untuk bekerjasama dengan perusahaan asal Korea LIG Nex1, pembuat senjata presisi, untuk mengembangkan radar AESA buatan Korea Selatan. (Defence News| JKGR)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 26 Oktober 2015
Saab dan Selex Tawarkan Radar Canggih Untuk Pesawat Tempur KFX/IFX
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
-
Menurunnya visi kemaritiman bangsa Indonesia setelah era Presiden Sukarno disebabkan karena masih melekatnya visi kontinental yang terpatri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar