Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle.
Drone yang rencananya akan dipersenjatai dengan missil atau rudal ini, tengah dikebut pengembangannya oleh Konsorsium MALE Drone Indonesia.
Saat ini progres pengembangan program ini berada dalam fase kedua atau pada pengembangan block L, yang digarap oleh BUMN PT. LEN Industri yang telah tergabung sebagai bagian dari konsorsium MALE Drone ini.
PT. Len memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan Mission System untuk Pesawat Terbang Tanpa Awak ini.
Mission System merupakan sebuah sistem kendali dan manajemen misi dari operasi pesawat drone atau MALE Drone Black Eagle.
Dimana lingkup yg tengah dikembangkan oleh PT Len Industri adalah
Flight Control System (FCS) yaitu mission system yang akan di pasangkan pada pesawat Male Drone Black Eagle, menurut informasi dari situs resmi PT DI, untuk FCS akan mengunakan produk yang akan dibeli dari spayol
Lingkup yang kedua adalah Ground Control System (GCS) yaitu mission system yang akan ditempatkan di darat sebagai statsiun kontrol & pengendali drone ini,
Yang terakhir adalah Hardware in the Loop Simulation System (HILS) yang berfungsi sebagai wahana testing semua komponen electronik sebelum diintegrasikan dengan pesawat atau MALE drone yang sesungguhnya.
HILS dan sebagian GCS telah selesai dikembangkan pada tahun 2019-2020, dan kini Len Industri tengah fokus mengembangkan dan mengintegrasikan bagian dari FCS-nya.
Drone ini dirancang untuk melakukan misi-misi operasi Intellegence, Surveillance & Reconnaissance (Pengawasan & Identifikasi) serta misi Combat (Penyerangan) jika dibutuhkan.
Drone combatan buatan Indonesia ini diluncurkan pertama kali pada akhir desember tahun 2019 lalau, di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Kota Bandung, Jawa Barat.
MALE Drone Elang Hitam telah dikembangkan sejak tahun 2015 dan merupakan hasil kolaborasi yang melibatkan TNI AU, BPPT, LAPAN, ITB, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Drone ini memiliki ukuran panjang 8.65 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 2,6 meter. Dengan ukuran yang dimilikinya, drone ini diklaim mampu mengangkut muatan se berat 300 kilogram.
Black Eagle juga dilengkapi dengan mesin yang memiliki kecepatan 235 km/jam. Black Eagle Diperkirakan mampu melakukan penerbangan maksimal selama 30 jam penerbangan.
Black Eagle mampu terbang sejauh 250 kilometer dari jarak statsiun pengendalinya dengan ketinggian maksimum 20.000 kaki dari permukaan laut.
MALE Drone Black Eagle juga dilengkapi dengan teknologi SAR (Synthetic Aperture Radar), yaitu teknologi yang mampu mendeteksi kondisi cuaca maupun titik panas yang menjadi sumber terjadinya kebakaran hutan.
Dengan spesifikasi sebaik ini, drone combatan ini diharapkan mampu meningkatkan propesionalisme TNI dan kemampuan pertahanan TNI.
Black Eagle sendiri direncanakan dapat digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap perbatasan yang rawan ancaman, juga dalam kasus-kasus seperti terorisme, penyelundupan, pembajakan, kasus illegal fishing, dan lain sebagainya.
MALE Drone Black Eagle ditargetkan untuk melakukan uji terbang perdana pada tahun ini. Dan Di tahun 2024, diharapkan Elang Hitam sudah mendapatkan sertifikasinya, sehingga dapat segera memasuki tahap produksi di PT. DI.
Kita patut bangga denga kemjuan yang telah dicapai oleh konsorsium Male Drone Black Eagle, semoga program ini sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Perbanyak juga pepur gen 4,5++ ,gen 6 juga untuk mengibangi armada tempur udara
BalasHapusWhat is the difference between male and Hale drones?
BalasHapusWhat is an example of a male UAV?
How were drones developed?
Who has the best military drones in the world?