Keterbatasan dana yang diberikan pemerintah kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membuat sejumlah program termasuk pembuatan satelit belum berjalan optimal.
Tahun ini Lapan mendapatkan alokasi anggaran Rp 800 miliar. Sementara rata-rata biaya pembuatan satelit mencapai Rp 2,5 triliun.
"Kami juga prihatin dengan anggaran untuk antariksa yang besar itu jauh dari semestinya. Kita dengar bank nasional membeli satelit sendiri dengan harga Rp 2,5 triliun untuk 7 sampai 15 tahun ke depan. Dengan anggaran Lapan hanya kurang dari Rp 1 triliun, saya anggap anggaran masih sangat kecil dibandingkan harga satu satelit komunikasi saja," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin saat melakukan kerjasama penandatangan penggunaan teknologi dengan Pemerintah Daerah di Gedung Utama Lapan, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (23/06/2014).
Thomas menjelaskan, kepemilikan satelit bagi Indonesia penting, untuk berbagai tujuan, seperti untuk komunikasi, kerahasiaan informasi negara, informasi cuaca dan manfaat lainnya. Bila kebutuhan yang besar ini tidak dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka Indonesia akan sepenuhnya menumpang satelit dari organisasi atau negara lain.
"Kebutuhan satelit informasi dan penginderaan jauh kita masih bergantung dari negara lain. Satelit sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari negara kita. Satelit jelas membantu mengembangkan daerah. Kalau begitu kita harus mandiri. Sejak tahun 1976 kita menjadi pengguna satelit komunikasi dan hingga saat ini masih bergantung dari negara lain," tuturnya.
Ia sangat berharap pemerintah mendatang bisa membuat program pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Salah satu harapan dia adalah pemerintah mendatang memberikan porsi anggaran yang jauh lebih besar untuk membangun dan mengembangkan IPTEK di dalam negeri.
Lapan bermimpi bisa meluncurkan satelit penginderaan jarak jauh sendiri. Kemudian merancang, membuat, meluncurkan, dan mengorbitkan sendiri. Selain itu Lapan juga berharap sama untuk membangun satelit komunikasi dengan wahana sendiri dan mempunyai bandara sendiri.
"Itu cita-cita besar kami. Mudah-mudahan janji capres dan cawapres untuk mengembangkan IPTEK bukan hanya sekedar janji. Kita harap tahun 2015 pengembangan IPTEK akan tinggi lagi," cetusnya. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Selasa, 24 Juni 2014
Anggaran Terbatas, Lapan Belum Bisa Produksi Satelit Nasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
Kejujuran 11 prajurit Kopassus mengakui kesalahan, menembak empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan Sleman, Yogyakarta, mendat...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
-
Perusahaan tekstil dan garmen, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah sudah tersohor di seluruh dunia karena kualitas kain d...
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul mengatakan jajaran Kodam XVII Cenderawasih dan Polda Papua...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar