Kerja sama di bidang kemaritiman antara Indonesia dengan Tiongkok memerlukan kontrol agar tetap menjaga kedaulatan negara, kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno.
"Bentuk
hubungan diplomatik, serta kerja samanya (Indonesia-Tiongkok) tidak
perlu berlebihan. Biasa saja," kata Arif Havas saat memaparkan materinya
bertema Peluang Kerja Sama Kemaritiman di Kawasan Asia Afrika dalam
Lokakarya Forum Komunikasi Kelitbangan di Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta, Jumat.
Indonesia, kata dia, selama ini memiliki
politik bebas aktif. Hal itu tidak hanya masuk ranah diplomasi,
melainkan harus masuk dalam berbagai pertimbangan berbagai program
nasional.
Menurut dia, kendati pemerintahan di
bawah Presiden Joko Widodo menekankan pada penguatan kemaritiman,
maksimalisasi pembangunan infrastruktur di bidang kemaritiman misalnya
pelabuhan tidak perlu mengandalkan negara lain.
Tiongkok, menurut
dia, pernah membantu proyek reklamasi untuk pembangunan pelabuhan di
Sri Lanka senilai 1,43 miliar dolar. Namun pada akhirnya sepertiga
pelabuhan itu digunakan untuk pelabuhan kapal-kaal perang Tiongkok.
Dengan
contoh kasus tersebut, Arif Havas bermaksud mengingatkan agar
kedaulatan negara tetap perlu diutamakan dalam kerja sama di sektor
maritim, misalnya dalam rencana pembangunan 24 pelabuhan inti sebagai
Tol Laut seperti yang akan dimulai di Sorong, Papua Barat.
"Apalagi kita kan sudah memiliki pengalaman Freeport, tentu kita tidak ingin itu terulang lagi," katanya.
Selain
itu, menurut dia, Tiongkok sejak lama memiliki misi untuk mengontrol
lalu lintas di Samudera Hindia, selain menguasai Laut Cina Selatan.
Salah satu caranya dengan memiliki pangkalan-pangkalan atau pelabuhan di
negara lain di Asia Pasifik.
Menurut dia, meskipun pembangunan
maritim membutuhkan kerja sama dengan investor asing, namun persentase
terbesar jangan sampai dikuasai investor asing. "Ya, kalau bisa kita
bangun sendiri kenapa tidak," kata dia. (Antara)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Sabtu, 23 Mei 2015
Kerja sama Maritim Indonesia-Tiongkok dinilai perlu kontrol
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- Kelebihan Pesawat Airbus A400M Yang Akan Di Beli TNI AU
- Kapal Patroli Hiu Dihadang Kapal Coast Guard Malaysia Di Perairan Indonesia
- Prajurit Kopassus TNI, Lebih Takut Pelatih daripada Setan
- KRI Banda Aceh-593 dan KRI Halasan-630 Ikuti Pameran Maritim di Malaysia
- Mabes TNI Beri Penjelasan Terkait Mobil TNI Angkut Logistik di Acara Prabowo-Sandi
Berita Populer
-
TNI bersama Kementerian Pertahanan (Kemhan) sepakat memilih pesawat tempur generasi kelima Sukhoi (Su-35) buatan Rusia, sebagai pengganti pe...
-
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro tiba tiba menyampaikan kabar mengejutkan terkait kontrak pengadaan tiga kapal selam Changbogo buatan ...
-
by Narayana ( JKGR ) Jakarta, Medio Maret 2014….Pukul 23.45 wib Malam telah beranjak larut, ketika saya merapihkan setumpuk dokumen yan...
-
"Inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Situs Gunung Padang berpikir untuk melaporkan temuan ini ke TNI-Polri." Inisiator Ti...
-
PT Pindad (Persero) akan meluncurkan 2 panser Anoa varian terbaru pada awal November 2014 di acara Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran, Ja...
-
Yahudi dan Israel Merasa Disudutkan Indonesia Kelompok pendukung Israel dan Yahudi menilai, Indonesia kerap menyudutkan mereka. Menurut mere...
-
Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu di...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima Bintang Kehormatan DKAT (Darjah Kepahlawanan Angkatan Tentera) dari Pemerintah Malaysia, Sen...
-
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/09/201...
-
Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum. Kira-kira apa perintah per...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar