Ditengan optimisme yang begitu menggebu rintangan ternyata sudah menghadang, adalah Korea selatan yang merasa galau untuk menunggu terwujudnya pesawat tempur canggih hasil risetnya, ini memang cukup beralasan karena sekeliling mereka semuanya sudah menggunakan pesawat generasi kelima, Jepang, China dan Rusia. Sedangkan riset KFX/IFX yang sedang dikembangkan adalah generasi empat setengah. Mereka merasa mereka perlu untuk memiliki pesawat generasi lima (sheath/siluman). Korsel akan membeli pesawat generasi kelima keluar, hal ini berdampak terhadap keberlangsungan projek KFX/IFX dimana Korset memotong akngaran riset untuk tahun 2013 ini. meskipun begitu nanti offset pembelian pesawat generasi 5 itu, digunakan untuk membangun KFX. Makanya mereka mencari offset industri. yaitu dengan FX-III.
Dengan tersiarnya kabar yang mengejutkan sehubungan Korea Selatan akan menunda atau memotong anggaran pembiayaan KFX/IFX di tahun 2013, wajar rasanya jiga rasa pesimis pun datang menghantui. Akan tetapi, Kementrian Pertahanan, sebagai pemangku kebijakan justru merasa tetap optimis dengan kelanjutan proyek KFX/IFK.
Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, M.Sc |
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian pertahanan, Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, M.Sc mengungkapkan beberapa pendapatnya mengenai keberlanjutan projek KFX/IFX ini kepada Situs ARC, berikut beberapa pernyataanya :
ARC (T) : Katanya pembiayaan program KFX tertunda?
Kabalitbang Kemhan (J): Bukan pembiayaannya tapi programnya ditunda karena terjadi pergantian parlemen, pergantian presiden, jadi mereka harus mengkaji ulang
T: Tapi kita tetap akan komit untuk meneruskan?
J: Kita tetap komit tapi kan dua tahun pertama ini kontrak Technology Development (TD) Phase, sudah selesai. Sekarang masuk ke Engineering and Manufacturing Development (EMD) Phase.
T : Bukannya harusnya mulai awal tahun ini?
J: EMD ini kita harus bicarakan lagi kontraknya, bentuk kerjasamanya, butuh waktu lama untuk mensetup kontraknya.
T: Jadi kontraknya terpisah?
J: Terpisah, pertama TD Phase dulu dua tahun, EMD Phase baru production Phase.
T: Kira-kira EMD bisa kapan dibicarakan?
J: Dari hasil Joint Committee Meeting (JCM) kemaren sekitar 2014 akan dimulai.
T: Bagaimana dengan konfigurasi?
J: Sudah ada konfigurasi, tapi belum final karena diserahkan ke air force. Karena konfigurasi Korea dengan kita akan berbeda. Korea tidak butuh jangkauan, Indonesia butuh jangkauan. Jadi kita butuh tanki tambahan. Kita butuh drag chute. Jadi konfigurasinya akan beda untuk kita.
Gambaran Jangkauan Pesawat KFX untuk Indonesia |
T: Supplier system? Radar, mesin?
J: Dalam EMD Phase ini kita akan melakukan lokalisasi masalah technology readyness, masalah lisensi, kita juga perlu security agreement dengan negara-negara lain yang mana komponen-komponennya akan kita beli. Itu membutuhkan fase yang panjang sekali.
Akan dibahas di EMD. Kita juga akan selalu melakukan G-to-G meeting.
T: Jadi timnya tidak akan dibubarkan?
J: Oh tidak, kita sudah buat yang namanya Indonesia Design Center di Bandung yang bisa menampung 100 orang engineer lengkap dengan komputer. Nanti mereka akan kita take-care terus.
T: Berarti selama setahun ini mereka akan menganggur?
J: Tidak, karena ada program yang banyak, namanya engineering services. Mereka harus melakukan analisis weaponry, analisis engineering, evaluasi TD Phase. Mereka akan terus melakukan. Karena program kita tahun ini tetap ada anggaran untuk kegiatan terus.
T: Apakah Korea akan tetap komit dengan program KFX?
J: Masalahnya begini, sekeliling mereka semuanya sudah menggunakan pesawat generasi kelima, Jepang, China dan Rusia. Sedangkan yang kita kembangkan adalah generasi empat setengah. Mereka merasa mereka perlu juga pesawat generasi lima juga. Mereka membeli pesawat generasi kelima keluar, nanti offset pembelian itu, digunakan untuk membangun KFX. Makanya mereka mencari offset industri. yaitu dengan FX-III.
Sekarang mereka sudah melakukan ini. Saya dapat sms dari korea, mereka sudah lakukan seminar di Air Force dan dewan mereka sudah melakukan pembahasan mengenai itu.
Di indonesia banyak yang kaget ketika Korea mengumumkan penundaan KFX dan program FX-III. Kita share dengan korea itu 20:80. Kita perkirakan sekitar Rp 80 milyar. Itu dalam TD Phase yang sudah kita serahkan ke Korea.
T: Tidak akan sia-sia pak?
J: Engineering kita sekarang ada 50 engineer. Tadinya kita, kalau share 20 persen, hanya dapat data 20 persen. Ternyata kita mampu menyerap data 50 sampai 60 persen. Bahkan kalau mau 100 persen data juga bisa kita serap. Di PTDI ada satu ruangan di lantai dua yang kita set-up ruangannya kita kembangkan untuk Design Center Indonesia.
Sumber : ARC
SEMESTI NYA PESAWAT KFX SUDAH MENJADI SKUADRON TNI AU SEBAGAI PERTAHANAN UDARA DAN DI KEMBANGKAN PESAWAT RUANG ANGKASA LAPAN ANTARA BUMI DAN BULAN ATAU PLANET LAIN DI LANGIT LANGIT INDONESIA RAYA, JAMAN INI SUDAH MILENIUM TEGNOLOGI, INDONESIA RAYA KU
BalasHapusKita hrs optimis utk IFX dg 50 engineer Indonesia di korea, disamping itu kami salut dg PT DI membuat Design Center Indonesia (DCI) dan DCI merupakan bayangan utk selalu terus berkomunikasi dg para insinyur yg ada dikorea utk mengevaluasi serta menanyakan bila ada kesulitan yg ada di DCI. Semangat Prof.DR.IR.Eddy S.Siradj.M.Sc utk IFX.
BalasHapuswaahhhh.gawat ne klau udah galau..apalagi saat ini korsel sedang bermasalah dgn korut... tapi udahan terlaksana dgn baik.....hehehe
BalasHapusOPTIMIS..... IFX akan mengudara diindonesia....
BalasHapusDalam EMD Phase harusnya tidak banyak komponen-komponen yang direncanakan untuk dibeli dari negara-negara lain sehingga perlu dibuat security agreement. Seandainya saja saya yang menjabat Kabalitbang Kemhan Indonesia, apalagi bergelar "profesor" tentu sejak 20 tahun lalu saya sudah punya data-data atau output riset yang memadai dari hasil koordinasi riset nasional dengan LIPI atau BPP Teknologi untuk aplikasi atau implementasinya di pesawat tempur IFX ini, terutama untuk kemampuan Tactical and Strategic Weapon Systems.
BalasHapusJadi komponen-komponen penting ini harusnya bisa dibuat sendiri oleh PT Len, PTDI atau PT Inti sejak 20 tahun yang lalu. Tidak mampu membuat, berarti masih salah perencanaan SDM-nya dan masih tidak mengerti hakikat penelitian itu sendiri. Akibatnya ya harus membuat security agreement dengan pihak lain, keluar dana besar lagi untuk membeli hasil otak bangsa lain, lucu juga. Padahal ini masalah pertahanan Indonesia, harusnya untuk produksi dan pemasangan komponen yang sensitif pakai juga "otak Indonesia" sendiri, sebaiknya.
Tactical and Strategic Weapon Systems itu terdiri dari : Air Intercept Guided Missiles, Surface-Target Guded Weapons, Airborne Radar Fire Control Systems, Electro-Optical Avionic Systems, dan Surface-based Electro-Optical Fire Control Systems. Proyek Khusus saya antara lain telah meneliti dan mengembangkan Electro-Optical Components ini sejak 20 tahun lalu untuk diproduksi sendiri. Sekarang saya butuh dana kerja untuk mengintegrasikannya ke dalam rancangan pesawat tempur X versi saya. Kalau DCI ingin dibantu oleh Proyek saya, ya berikan dana kerja yang saya perlukan segera, kalau tidak ya saya tetap melanjutkan Proyek saya ini. Akan saya buktikan bahwa 70 persen dari kebutuhan komponen-komponen sensitif di pesawat tempur KFX/IFX bisa saya rancang sendiri, saya punya visi dan metodologi ampuh untuk bisa melakukan apa pun yang mau anda-anda lakukan itu. Tinggal cari tempat produksinya, berarti yang memproduksi hasil rancangan saya harus membayar saya dengan harga yang sesuai kan ? Hitung sendiri berapa ?
Nah, mari kita menunjukkan nasionalisme Indonesia kita dengan sikap dan cara pengaturan atau penyelesaian permasalahan di PTDI secara jujur, jernih dan benar. Pada saat-saat seperti ini sudah tidak ada gunanya merasa "lebih pintar" atau "sudah sangat pintar" di bidang perancangan pesawat tempur. Saya yang pegang "kunci penting" pengembangan teknologi sensitif ini, maka Direksi PTDI harus segera menghargai hak-hak saya sebagai Karyawan sah PTDI, penuhi permohonan dana kerja yang saya minta sesuai dengan Surat Permohonan kepada Dirut PTDI tanggal 28 Juni 2012. Bisa dimengerti dengan baik ?
bagaimana pa Agustinus, apakah sudah ada tanggapa dari Direksi PTDI? Sebaiknya bapak sampaikan itu ke para anggota DPR RI yang membindangi ini agar menjadi perhatian?
Hapus