Alasan yang dikemukakan pilot, pesawat terbang turboprop bernomor registrasi 13075 itu kehabisan bahan bakar.
"Kesalahan mendaratnya pesawat itu ada di pihak kami," kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, saat mendampingi Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Wendy Sherman, saat bertemu sejumlah mahasiswa di Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta, Selasa.
Marciel menerangkan awak pesawat Dornier Do-328 semula menduga ijin terbang di ruang udara Indonesia masih berlaku tapi kenyataannya telah kadaluwarsa.
Sementara itu, Komandan Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda, Kolonel Penerbang Supri Abu, di Aceh Besar, mengatakan, pesawat militer Amerika Serikat itu terlacak radar saat berada di ruang udara Lhoksumawe.
"Kami tidak perlu susah-susah menerbangkan pesawat kami untuk menggiring mereka mendarat. Karena mereka sendiri yang meminta ijin supaya bisa mendarat di sini," kata dia.
Dia mengatakan setiap pesawat militer luar negeri yang melintas di kawasan udara Indonesia harus memiliki dua izin, yakni dari Kementerian Luar Negeri dan Markas Besar TNI. Namun pesawat militer Amerika Serikat itu tidak memiliki kedua izin tersebut.
Pesawat Dornier 328 bernomor lambung lambung 13075 itu ditumpangi lima awak yang terdiri dari tiga orang militer dan dua sipil.
Mereka tidak bisa melanjutkan penerbangannya sebelum dua izin tersebut ditebitkan.
Pesawat militer Amerika Serikat itu dapat terbang kembali dengan syarat menyelesaikan permasalahan administrasinya berkoordinasi dengan kedutaan besar mereka. Marciel mengatakan permasalahan itu kini telah selesai
"Adapun perizinan itu kemudian telah dipenuhi. Kemudian pesawat itu dapat terbang kembali," kata dia. (Antara)
Wamenlu AS salahkan pilot pesawat yang ditangkap di Aceh
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan Politik, Wendy Sherman mengatakan, persoalan pesawat militer AS jenis Dornier seri 328 yang ditangkap di wilayah udara Aceh, murni karena kesalahan pilot. Hal itu diungkapkan Wendy kepada Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman, saat bersilaturahmi ke Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta.
Menurut Hayono, persoalan pelanggaran wilayah udara tersebut sudah selesai. Tak lama setelah pesawat militer AS digiring mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh, militer AS segera mengurus izinnya.
"Jadi sudah dianggap masalahnya selesai, karena ketidaktahuan pilot ini. Dipikirnya izinnya sudah termasuk untuk review link di Aceh. Tetapi ternyata belum termasuk," cerita Hayono.
Selama kunjungan itu, kedua pihak saling memberikan masukan terkait isu di Asia. Terutama menyangkut isu kebangkitan ekonomi China, konflik Suriah, isu nuklir Iran, dan keberadaan pasukan marinir AS di Australia yang sekarang jumlahnya tinggal 200 personel, dari semula 600 personel.
Terkait isu kebangkitan ekonomi China, Komisi I DPR setuju mendukung AS sebagai pihak penyeimbang pertumbuhan Tiongkok tersebut.
"Oleh karena itu, kita harus bisa memanfaatkan AS untuk mengimbangi kekuatan militer China," kata Hayono. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar