Baru-baru ini, salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia membeli satelit dari luar negeri. Proses pengembangan dan produksi tersebut dilakukan di luar negeri tanpa campur tangan tenaga ahli dan perusahaan Indonesia.
Padahal pada era 1980-an, pemerintah melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah memiliki divisi khusus untuk merancang dan mengembangkan satelit buatan Indonesia. Pada masa itu, PTDI dipimpin oleh Menristek BJ Habibie. Ia membangun fasilitas pengembangan satelit hingga menyekolahkan puluhan putra-putri terbaik Indonesia ke luar negeri untuk belajar teknologi satelit.
“Itu kebanyakan angkatan saya. Itu yang pernah training di Los Angeles. Kita belajar bikin badannya. Ada 30 orang. Dia sekolah ambil degree (gelar), ada yang nggak. Saya pernah ikutan,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014).
Program pengembangan satelit dilakukan dengan konsep transfer teknologi. Ketika proses produksi awal dilakukan di luar negeri proses selanjutnya dilakukan di Indonesia dengan memanfaatkan kemampuan insinyur dan komponen lokal. Sayangnya program tersebut berhenti di tengah jalan.
“Itu baru diajarin bagaimana cara bikin. Waktu mau bikin programnya berhenti. Saat mau produksi berhenti,” katanya.
Akibat berhentinya program pengembangan satelit di Indonesia, hingga saat ini tak satupun ada keterlibatan industri strategis nasional dalam mengembangkan satelit.
Kini, para tenaga ahli asal Indonesia yang pernah disekolahkan BJ Habibie, bekerja ke perusahaan-perusahaan pembuat satelit dunia.
“Mereka sudah bekerja di perusahaan satelit dunia. Kalau disuruh balik ke sini, saya nggak kuat bayar,” katanya.
Budi menjelaskan pengembangan industri satelit di Indonesia tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah harus konsisten dalam mendukung dan menjalankan program pengembangan teknologi satelit nasional.
“Katakanlah ada program 6 satelit ke depan. Itu pemerintah katakan harus beli dari situ. Ya memang harus konsisten. Kalau itu harus ditender ya susah. Kalau satelit biarpun namanya sama tapi setiap orang punya cara sendiri. Besok ambil teknologi Amerika, Prancis terus Rusia. Ya nggak jadi-jadi,” paparnya. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 22 Mei 2014
BJ Habibie Sempat Rancang Program Satelit Buatan Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan k...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
TNI bersama Kementerian Pertahanan (Kemhan) sepakat memilih pesawat tempur generasi kelima Sukhoi (Su-35) buatan Rusia, sebagai pengganti pe...
-
Pihak inteljen Kodam, sambung Hardiono, masih melakukan pendeteksian kebangkitan PKI di wilayah Jateng dan DIY. Pangdam menambahkan memang ...
-
Yahudi dan Israel Merasa Disudutkan Indonesia Kelompok pendukung Israel dan Yahudi menilai, Indonesia kerap menyudutkan mereka. Menurut mere...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
TNI Angkatan Laut saat ini memiliki kapal selam sebanyak 12 unit. Alutsista itu, diparkir di wilayah Surabaya, Jawa Timur. “Kita memang ada ...
-
by Narayana ( JKGR ) Jakarta, Medio Maret 2014….Pukul 23.45 wib Malam telah beranjak larut, ketika saya merapihkan setumpuk dokumen yan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar