Adalah Ketua Biro Chusus PKI Sjam Kamaruzaman yang memiliki tanggung jawab untuk itu. Sjam mengaku kekuatan tentara yang dibina PKI sudah cukup kuat untuk mengadakan gerakan di Jakarta. Sedangkan di daerah akan ikut begitu di Jakarta meletup.
Dalam buku 'Dalih Pembunuhan Massal' sejarawan John Roosa menuliskan kekuatan para pembelot yang dipimpin Letkol Untung Samsuri tersebut.
Berikut rinciannya:
- 2 Peleton dari Brigade 1 Kodam Jaya atau sekitar 60 orang
- 1 Kompi minus dari Batalyon I Tjakrabirawa atau sekitar 60 orang
- 5 Kompi Batalyon 530 Brawijaya atau 500 orang
- 5 Kompi Batalyon 454 Diponegoro atau 500 orang
- Satu Batalyon dari AURI dan Pasukan Pembela Pangkalan atau 1.000 orang
- Perseorangan dari berbagai kesatuan sekitar 50 orang
Total prajurit militer sekitar 2.130 orang ditambah kekuatan sipil dan ormas pendukung lain menjadi sekitar 4.130 orang.
Untung membagi tiga pasukannya. Pasukan Pasopati (Cakrabirawa dan Brigif) bertugas menculik para jenderal, Bimasakti (Yon 454 dan Yon 530) bertugas mengawal kawasan Monas dan merebut RRI serta Telkom. Lalu pasukan Gatotkaca yang menjaga Lubang Buaya (Terdiri dari PPP dan sukarelawan).
Untuk Batalyon 530 harus dicatat bahwa mereka berhasil langsung diajak kembali bergabung oleh Soeharto. Bahkan Yon 530 langsung diajak ikut menumpas pasukan G30S. Sementara Yon 454 yang akhirnya bergerak ke Halim, juga jumlahnya makin menyusut dan memilih meninggalkan komandan batalyon dan wakilnya. Sehingga kekuatan ini tidaklah sebesar di atas kertas.
"Jumlah pasukan yang ikut gerakan ini sangat kecil. Kodam Jaya punya 60.000 prajurit, 20 kali lebih banyak dari pasukan yang ikut G30S. Masih ditambah dengan pasukan RPKAD dan Kodam Siliwangi di Bandung yang hanya berjarak tujuh jam berkendara dari Jakarta."
John Roosa juga menilai hanya segelintir pasukan yang mau diajak komandannya ikut gerakan tersebut. Kolonel Latief misalnya, sebagai Komandan Brigade dia punya pasukan tiga batalyon atau sekitar 2.000 orang. Nyatanya hanya 60 orang yang ikut gerakan ini.
"Begitu juga Letkol Untung. Dari 500 anggota Yon I Tjakrabirawa, hanya 60-70 orang yang ikut memberontak," kata sejarawan Petrik Matanasi kepada merdeka.com.
Seperti kata salah satu tokoh G30S, Brigjen Soepardjo, Biro Chusus PKI nyatanya memang hanya omong besar. Mereka mengklaim kalau komandan batalyon berhasil didekati, maka dianggapnya seluruh pasukan akan ikut. Padahal kenyataannya tidak demikian.
Selain para penculik, para tentara yang disiagakan di Monas juga bingung mau berbuat apa. Koordinasi tak berjalan dengan mulus. Gara-gara tak makan seharian, mudah saja mereka diajak Letjen Soeharto untuk bergabung dan balik memukul G30S.
Maka gerakan ini nyaris tak berhasil menjalankan misinya selain menculik 7 jenderal. Dalam waktu 24 jam seluruh komando bubar tak beraturan.
Gerakan gagal ini memberi angin bagi kekuatan antikomunis untuk terus bergerak. Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat Kolonel Sarwo Edhie Wibowo mencatat sekitar 3 juta orang yang diduga terlibat komunis tewas dalam operasi militer. (Merdeka)
Ini artikel msh saja menyalahkan TNI dan pki dlm aksi pembunuhan jenderal2 TNI dan kudeta terhadap presiden Soekarno. Sudah jelas perwira dan prajurit TNI yg terlibat hanya menjalankan perintah dan di tipu akan ada dewan jenderal yg sebenarnya utk mengadu domba antara pasukan TNI ide dr CIA.
BalasHapusYang salah tuh PKI karena memberontak, kalau anda berada dikantong2 warga muslim yang ada di daerah anda akan tahu betapa kejamnya mereka(PKI). PKI menggunakan masjid menjadi tempat maksiat, mabok dan berzina disana, mereka membunuh para kiai, bu nyai, para tokoh agama dan orang yang menentang dengan cara yang sadis tidak cukup digergaji dan dibakar, bahkan dikubur hidup2 dan untuk para wanita mereka berbuat lebih keji yang tak pantas saya ceritakan disini. Kalau menurut saya untuk menghukum PKI masih belum cukup dengan yang sudah terjadi, mereka harus dimusnahkan semusnah2nya.
Hapus